Yandi menyuruh anak buah untuk melanjutkan penyelidikan. Hasil penyelidikannya pun sudah keluar. Kelima rekening itu menerima transferan dari nomor rekening yang sama.Ketika melihat nama itu, Yandi spontan mengangkat kepala sambil memejamkan matanya. Tubuhnya tiba-tiba menjadi gemetar.Sonia! Yandi sungguh membencinya lantaran dia tidak peduli dengan kematian teman-temannya. Yandi membenci Sonia lantaran dia selalu bersikap dingin seolah-olah masalah itu tidak berhubungan dengannya!Saat mereka berdua bertemu, Sonia juga hanya terdiam membisu dan menerima semua caci maki Yandi.Selama beberapa tahun ini, Yandi hidup keluyuran. Yandi merasa dengan hidup seperti ini, dia baru bisa menebus semua kesalahannya. Dia sungguh tidak menyangka Sonia bahkan menghidupi begitu banyak orang.Atas dasar apa Yandi memarahi Sonia? Atas dasar apa?!Si lelaki mengepal erat tangannya. Dia merasa kesal dengan dirinya sendiri. Saking kesalnya, Yandi bahkan menampar wajahnya sendiri.Leon berjalan mendekati
Sonia dan Leon memalingkan kepala untuk melihat Yandi. Mereka berdua merasa sangat bingung.Yandi merasa canggung lantaran ditatap Sonia melulu, dia pun berkata dengan serius, “Aku merasa benar apa kata dia!”Sonia semakin kebingungan. Dia berkata kepada Leon, “Kamu gendong dia ke kursi roda, aku urus prosedur keluar rumah sakit dulu.”“Ohh!” Leon tidak begitu mengerti pemikiran si Bos. Dia hanya membalas dengan ala kadarnya.Setelah Sonia keluar dari ruangan, Leon baru berjalan ke depan Yandi, lalu bertanya, “Bos, apa maksudmu? Bukannya kamu nggak suka sama cewek itu? Dia itu wanitanya Reza!”Raut wajah Yandi berubah muram. Dia berkata, “Aku beri tahu kalian, kelak kalian mesti bersikap sopan terhadap dia! Perlakukan dia sama seperti kalian perlakukan aku. Barang siapa yang berani bersikap kurang ajar terhadap dia, jangan salahkan aku bersikap tidak sungkan terhadap kalian!”Leon dan yang lainnya saling bertukar pandang. Mereka semua berasumsi apakah Bos mereka sudah terpikat dengan c
Tatapan Sonia berubah tajam. “Aku akan beri tahu kamu dalam dua hari ini!”“Emm!” Nada bicara Yandi berubah datar. Dia tidak berkata lain lagi. Demi Sonia, meski harus mengorbankan nyawa, Yandi juga bersedia!Bima sudah menyajikan makanan di atas meja. Sonia pun menemani Yandi untuk makan bersama.Saat Sonia pulang, dia menerima panggilan di lift. Ketika melihat tampilan ponsel, Sonia langsung mengangkatnya, “Halo, Bu Diana!”Orang yang menghubungi Sonia adalah ibunya Tandy, Diana.Suara Diana terdengar lembut. “Sonia, apa kamu punya waktu besok?”“Ada, ada masalah apa, ya?” tanya Sonia.“Besok itu hari ulang tahun Tandy. Kami ingin mengundangmu untuk merayakan bersama.” Diana melanjutkan, “Sebenarnya aku ingin suruh Tandy telepon kamu, tapi dia bilang dia takut kamu akan menolak undangannya. Dia ngotot ingin aku telepon kamu. Kalau kamu ada waktu, kami sambut kedatanganmu!”Sonia tersenyum datar. “Ulang tahun Tandy? Oke, aku pasti bakal ke sana!”“Janji, ya.” Diana tersenyum. “Sampai
Si lelaki mengerutkan keningnya. “Dua tahun lalu Aquila hampir saja melenyapkan organisasi Tritop. Tapi dalam setahun belakangan ini, tidak terdengar kabar apa pun darinya, sepertinya bukan dia!” Zein tidak berkata apa-apa.Ruang 6616 hanya meminta sebotol minuman saja. Kemudian para tamu pun bubar pada jam 10 malam. Berhubung Sonia sudah tidak ada kerjaan lagi, dia pun langsung kembali ke Imperial Garden.Keesokan harinya, Sonia tiba di Kediaman Herdian pada pukul sembilan. Acara ulang tahun diselenggarakan dengan sangat ramai.Taman sudah didekorasi dengan indah. Berhubung ini adalah pesta ulang tahun anak laki-laki, warna yang digunakan adalah kombinasi dari warna biru dan abu-bau. Tandy mengundang beberapa teman sekelasnya. Pihak keluarganya juga mengundang banyak tamu. Wajar kalau pesta hari ini sangat meriah.Pelayan membawa Sonia ke dalam. Tampak banyak yang sedang berkumpul di dalam ruang tamu. Sonia melirik sekeliling, tapi dia tidak bisa menemukan bayangan tubuh Reza.Diana
Tangan Reza yang sedang memegang cangkir teh langsung terkaku. Dia menundukkan sedikit kepalanya, sengaja menyembunyikan ekspresinya. “Oh ya?”Lysa membalas dengan tersenyum, “Semua anggota keluarganya Fernando fokus dalam dunia penelitian. Fernando sangatlah unggul, sedangkan Sonia anaknya juga baik. Aku merasa mereka berdua cukup serasi.”Reza menundukkan kepalanya untuk menyesap teh. Dia tidak lagi bersuara.Lysa pun melanjutkan, “Fernando yang lebih kecil dari kamu saja sudah mau pacaran. Kapan kamu luangkan waktu untuk membahas masalah pernikahan?”Tatapan Reza berubah datar. Dia lalu berkata, “Ternyata Kak Diana lebih sayang sama Fernando. Padahal kami sama-sama nggak punya pacar. Tapi ketika ada wanita dengan persyaratan bagus, dia malah hanya ingat sama Fernando.”“Kak Diana-mu nggak berani ikut campur sama urusan pribadimu. Kalau kamu penurut seperti Fernando, mana mungkin kamu masih belum menikah sampai sekarang.”Reza menekan-nekan keningnya. Dia berusaha untuk menahan amara
Sonia berkata dengan suara datar, “Biasanya aku juga jarang baca buku.”“Kamu bantu dia carikan, ya. Anggap saja lagi bantu aku.” Diana tersenyum. “Di bawah masih ada banyak tamu. Kalian berdua ngobrol dulu, ya. Aku akan segera kembali!”Diana berkata, lalu menepuk-nepuk pundak Sonia, baru meninggalkan ruangan.Fernando mengangguk terhadap Sonia dengan malunya. “Mohon bantuannya, Bu Guru!”Sonia tersenyum sambil berjalan maju untuk mencari buku. Dia lalu berkata, “Apa Tuan Fernando ada penulis favorit? Suka novel nggak?”“Jangan panggil aku Tuan Fernando, kamu itu teman sekolahnya Tasya, dan juga tamatan Jembara University. Kamu bisa panggil aku kakak.”Sonia mengangguk.Fernando pun melanjutkan, “Novel … baca, kok.”Sonia berjalan di sepanjang rak, lalu mengambil buku yang berjudul Sherlock Holmes. Buku ini adalah buku versi Bahasa Inggris. Dia pun bertanya, “Gimana kalau yang ini? Tapi edisi Bahasa Inggris.”“Boleh, Bahasa Inggris-ku lumayan, kok,” balas Fernando, lalu mengambil buku
Tatapan Fernando berubah muram. Dia memaksakan diri untuk tersenyum. “Kamu sudah punya pacar?”Sonia terdiam sejenak, lalu menggeleng.Fernando mengangkat-angkat pundaknya. “Maksudmu, kamu nggak suka sama aku?”Nada bicara Fernando terdengar sedang bercanda, dan tidak terdengar emosi di dalamnya.“Bukan!” Tatapan Sonia sangatlah tulus. “Ada alasannya.”“Baiklah!” Fernando juga tidak memaksakan kehendaknya. “Tapi apa kamu bisa tinggal di sini sebentar lagi? Kalau kamu langsung keluar, nenekku pasti akan mengomeliku lagi. Dia pasti bakal bilang aku nggak pintar ngobrol sama cewek. Baru beberapa menit saja sudah pergi.”Sonia spontan tertawa. “Oke, kalau begitu, kita baca buku dulu.”Kebetulan Sonia juga tidak punya topik pembicaraan dengan teman sekolah Tasya. Jadi lebih baik untuk bersembunyi di sini.“Terima kasih!” ucap Fernando.Sonia mencari buku dari rak, lalu duduk di seberang Fernando.Kedua orang sedang membaca buku di depan meja kayu. Sementara di luar sana orang-orang sedang b
Reza mengemut bibirnya dan hanya tersenyum saja. Bagaimana menurutnya?Diana berkata, “Pokoknya aku suka sama Sonia.”Reza mengenakan jas berwarna abu-abu. Salah satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Dia pun berkata, “Apa kamu seharusnya menanyakan pendapat Sonia?”“Tentu saja, aku sudah mengatur mereka untuk ketemuan di ruang baca. Sudah hampir satu jam, sepertinya rencanaku berhasil.”Raut wajah Reza semakin masam lagi. Dia melirik sekilas hiasan kue di atas meja. “Apa ini mau ditaruh di atas kue?”“Iya, kenapa aku jadi lupa. Aku antar sekarang!” Diana mengambil hiasan, lalu berjalan pergi.Setelah Diana pergi, Reza melirik ke lantai dua, dia pun kembali naik ke atas.Sesampainya di depan ruang baca, Reza tidak mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam. Raut wajahnya terlihat sangat sinis sekarang.Fernando merasa kalimat yang dibacanya ini sangat mendalam. Dia pun berdiri untuk memperlihatkannya kepada Sonia. Pintu ruang baca tidak bersuara. Jadi mereka berdua tidak meny
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin