Beranda / Romansa / Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO / Bertemu keluarga Kingsley

Share

Bertemu keluarga Kingsley

Penulis: Caramelly
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-27 00:25:18
Lizbeth mendongak, melonggarkan pelukan Lucien. Dengan suara bergetar, ia berusaha tersenyum di tengah isak tangisnya.

“Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku ingin percaya... aku ingin bersamamu, Lucien. Tapi, bisakah kamu bersabar denganku?”

Lucien menatapnya dalam sebelum mengangguk, lalu mengecup keningnya penuh kesabaran.

“Tentu,” ucap Lucien, lalu memeluknya kembali.

Lizbeth tersenyum. Pelukan hangat Lucien hampir membuatnya kehilangan napas. Setelah beberapa saat, Lucien melepaskan pelukannya. Mereka duduk saling berhadapan, dan Lucien memegang kedua tangan Lizbeth dengan erat, tatapan matanya lembut dan penuh arti.

"Lucien," panggil Lizbeth pelan. "Aku harap, mulai sekarang kita bisa lebih terbuka satu sama lain. Kamu tahu banyak tentangku, dan aku juga ingin tahu semua tentangmu. Jangan ada yang disembunyikan, kita bisa mendiskusikan semuanya, terutama karena aku sekarang bekerja di bawahmu."

Lucien mengangguk pelan. "Baiklah," jawabnya lembut.

"Ada satu hal lagi. Aku ingin m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Memo Darurat

    Mata Lizbeth terasa panas, dia tahu kalau Lucien akan selalu membelanya. Dia akan tetap berada di sisinya, dan menguatkannya. Lucien tidak pernah goyah untuk tetap di sisinya, mencintainya, menjaganya, melindunginya.Namun, perlakuan Lucien rupanya sedikit membebani hati dan pikirannya. Lizbeth tidak ingin karena mencintainya, pria itu mengalami banyak kerugian. Lizbeth tidak ingin menjadi beban hidupnya.***Di hari yang berbeda, suasana kantor mendadak begitu sunyi, tapi bukan karena tidak ada aktivitas. Justru sebaliknya. Banyak mata mengawasi, berbisik, dan menatap tajam ke arah Lizbeth saat ia melangkah masuk. Langkah kakinya tenang, namun ada getaran samar di ujung bibirnya. Dia tahu. Semua orang sudah tahu. Tentang insiden tamparan itu. Tentang dirinya yang ‘hilang kendali’. Dan tentang siapa yang ia tampar—seorang staf senior yang dikenal dekat dengan manajemen.Isu sudah berkembang ke mana-mana. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Lizbeth memang sejak awal tidak pantas bekerja d

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Rumor Di Kantor

    Air mata Lizbeth menetes lagi. Dia terharu, mendapatkan perlakuan dan cinta sedahsyat ini.“Aku mencintaimu tanpa syarat Lilibeth. Apapun yang terjadi, selama aku masih hidup, aku tidak akan pernah meninggalkanmu.”“Meskipun aku mengkhianatimu?” ucap Lizbeth, suaranya bergetar nyaris tidak terdengar.Jemari tangan Lucien menyeka air mata Lizbeth. “Aku akan tetap menerimamu ….”“Aku tahu, betapa hancurnya kamu saat ini. Aku mengerti Lilibeth, jika kamu ingin menangis. Menangislah. Tapi, setelah esok tiba. Kamu tidak perlu lagi menangis.”Lizbeth memeluk Lucien, air matanya tumpah di pakaian Lucien. Lizbeth tidak pernah merasakan cinta yang begitu luar biasa.Setelah cukup lama Lizbeth memeluk Lucien, dia melepaskan pelukannya dan menatap mata Lucien.“Nenekmu, sejak tadi aku tidak melihatnya?” “Mereka sudah kembali ke New York, mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Lilibeth, selama kamu percaya padaku. Aku bisa melewatinya.”Lizbeth menatap mata Lucien dengan tatapa

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Akan Selalu Mencintaimu

    “Lebih, baik kamu tidak pernah tahu siapa pria itu.”Lizbeth hanya bisa menelan rasa pahit di hatinya, ia tahu sekeras apapun dia meminta. Mateo tidak akan mendengarnya, Lizbeth membalikkan badan, melangkah perlahan meninggalkan ruangan itu. Air mata masih menetes, namun langkahnya tidak lagi ragu.Di belakangnya, Mateo hanya bisa berdiri dalam diam. Menatap pintu yang tertutup kembali, menyadari betapa banyak waktu yang telah hilang—dan mungkin tak akan pernah bisa ia perbaiki. Mateo pun memejamkan matanya.Dengan langkah lemas, dan patah hati. Lizbeth meninggalkan gedung perkantoran sang ayah, ia menyeka air matanya dan masuk ke dalam taxi. Perlahan tangannya meraba dadanya yang terasa sesak, fakta bahwa dirinya bukanlah putri dari Mateo. Lizbeth tidak pernah membayangkan itu semua.“Tidak ada lagi yang tersisa,” gumamnya.Mobil yang ditumpanginya menepi di sebuah area pemakaman. Lizbeth keluar dari mobil, ia mengayunkan langkah kakinya pelan, namun pasti. Hingga langkahnya terhen

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Anak Siapa?

    Lucien memeluk Lizbeth, membalas ciuman hangat itu. Menyesapnya semakin dalam lagi, Samantha yang melihat itu semua terdiam di tempat yang hampir tidak terlihat. Adapun, Lucas melihatnya di balik dinding.Ciuman itu terlepas, Lucien dan Lizbeth sama-sama melepaskan ciuman hangat itu.“Aku akan siap-siap ke kantor,” kata Lizbeth pergi.Lucien menghela napas, dia masih mengingat jelas ucapan Lizbeth. Sebuah kata cinta yang selama ini tidak pernah keluar dari mulutnya. Bagi Lucien, Lizbeth mencintainya saja sudah cukup.Lizbeth masuk ke dalam kamar, dia menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Menguncinya, masih bersandar pada pintu Lizbeth meneteskan air mata. Tatkala teringat ucapan Samantha yang mengatakan kalau dirinya bukan putri Mateo.Samantha bisa tahu dia bukan putri Mateo, artinya ucapan Martha waktu itu bukan hanya sekadar omong kosong belaka. Lizbeth meraba dadanya yang terasa sakit dan perih.“Lalu, aku anak siapa?” gumamnya pelan.Lizbeth menghela napas berat. Meskipun saat ini

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Aku Juga Mencintaimu

    Setelah saling menatap beberapa saat, Lucien memalingkan tubuhnya dan tidak terlihat lagi. Lizbeth menghela napas, lalu masuk ke dalam mansion. Freya membungkuk kepada Lizbeth, saat berpapasan dengannya.“Sarapan paginya apa sudah siap?” tanya Lizbeth.“Sudah Nona, saya sudah memanggil orang-orang.”“Pagi ini aku tidak sarapan bersama,” jawab Lizbeth pelan.Lizbeth melanjutkan langkahnya, dan saat itu dia berpapasan dengan Samantha yang baru saja keluar dari lift. Lizbeth menatapnya sesaat, lalu menunduk sopan kepada Samantha.Samantha melangkah keluar dari lift. “Lilibeth, mari kita bicara.”Lizbeth mengangkat kepalanya, saat Samantha telah berdiri di sampingnya. Lizbeth menghela napas dan meremas celananya. “Baik,” jawabnya hampir tidak terdengar.Samantha dan Lizbeth berjalan ke arah taman belakang. Keduanya duduk di bangku taman, pagi itu matahari sudah naik. Awan biru dan putih menghiasi cakrawala. Sesaat hening, sebelum akhirnya Samantha membuka pembicaraan.“Kamu pasti terkejut

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Memisahkan Kami

    Udara pagi terasa segar menyapu kulit Lizbeth, matahari belum terlalu tinggi ketika Lizbeth mulai melangkah keluar mansion. Ia butuh udara segar untuk menjernihkan pikirannya. Lizbeth mendengarkan musik dari earphone-nya, alunan lagu mengalun pelan, sembari mencoba menghapus kata-kata Samantha semalam yang terus berputar-putar di benaknya.Langkah kakinya ringan menyusuri jalan kompleks perumahan mewah yang tenang. Sepi. Hanya deru angin dan sesekali suara burung yang lewat. Sepatu larinya menyentuh aspal dalam ritme teratur, berusaha sekuat mungkin mengalihkan pikirannya dari kenyataan yang masih menyesakkan.Ia berlari cukup jauh, hingga tiba di satu persimpangan kecil, napasnya mulai memburu. Ia berhenti, membungkukkan tubuhnya sedikit sambil bertumpu pada lutut. Dadanya naik-turun, peluh menetes di pelipis, dan lagu mellow yang masih mengalun dari earphone justru membuat matanya sedikit hangat.“Pagi yang berat, ya?”Suara itu datang dari belakang. Lizbeth langsung menoleh, dan di

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Memilih

    Lizbeth membungkam mulutnya. Ia terkejut, hatinya pedih. Matanya berkaca-kaca, Lizbeth tidak sanggup untuk mendengar lebih jauh pembicaraan mereka. Saat dirinya hendak memutar balik, sebuah suara mengejutkannya.“Kau menguping?” Lucas bertanya dengan senyuman tipis di wajahnya.Lizbeth menggeleng pelan.”Bu—-bukan, aku tadi ingin mengantarkan kudapan untuk mereka.”Lizbeth buru-buru pergi. Lucas diam melihat Lizbeth yang buru-buru mendorong troli berisikan kudapan dan teh yang dibawanya. Setelah itu Lizbeth pergi ke bar yang berada di lantai dasar. Mansion mewah Lucien memang memiliki bar pribadi, terdapat ruangan bowling pribadi, dan ruangan private lainnya. Lizbeth menghela napas berat.“Nona Lizbeth, Anda datang sendirian,” sapa Alex bartender.Lizbeth tersenyum tipis, lalu menundukkan wajahnya dengan tatapan sendu, belum lama ini hatinya tenang. Kini ucapan Martha dan Samantha menguasai pikirannya.‘Bodoh. Sejak awal kau tahu, cinta dan kasih sayang adalah yang paling sulit kau

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Tinggalkan Lizbeth

    “Aku percaya padamu.”Saat itu juga Kilian dan menyiapkan kepulangan Lucien dan Lizbeth menggunakan helikopter. Mereka naik ke atas atap gedung, dimana terdapat landasan helikopter. Mereka pun kembali ke mansion menggunakan helikopter bersama dengan Kilian.Kurang dari 10 menit, mereka tiba di landasan mansion. Lalu, masuk ke dalam mobil yang mengantarkan mereka ke mansion di seberang sana. Saat itu, Lizbeth melihat para pelayan sedang sibuk kesana kemari. Kali ini Kilian sudah mengatur segalanya.“Freya,” panggil Lucien.“Ya, Tuan muda.”“Pilihkan pakaian untuk Nona pakai malam ini.”“Baik.”Lucien melirik ke Lizbeth. “Pergilah.”Langit sudah sore, dan makan malam akan dimajukan lebih awal. Lizbeth pun naik ke atas untuk berganti pakaian yang lebih formal.Satu jam telah berlalu, pintu gerbang mansion terbuka. Mengantar masuk dua tamu istimewa yang tidak pernah Lizbeth sangka akan datang bersamaan. Samantha dan Lucas keluar dari mobil, lalu berjalan anggun dengan sepatu hak tinggi be

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Bukan Anak Haram

    Pagi itu, cahaya matahari menyusup lembut dari sela tirai yang terbuka sebagian. Lizbeth membuka matanya perlahan. Hembusan angin yang masuk dari jendela terasa sejuk, menyentuh kulitnya yang masih hangat oleh selimut. Ia menoleh ke sisi tempat tidur. Lucien tidak lagi terlihat di sisinya, tadi malam Lucien tidur di kamar Lizbeth.Ia duduk menatap ke luar jendela, membiarkan pikirannya melayang. Tentang ucapan Lucien semalam, tentang pelukan yang begitu tenang, dan tentang dirinya yang mulai takut berharap terlalu jauh. Ketukan pelan di pintu menyadarkannya.“Masuk,” ucapnya lembut.Freya masuk dengan membawakan nampan berisi susu hangat dan beberapa dokumen yang dititipkan Lucien.“Pak Lucien sudah di kantor sejak tadi pagi, Bu. Beliau menitipkan ini,” ujar Angela sambil meletakkan dokumen di meja kecil dekat tempat tidur.Lizbeth menatap tumpukan dokumen itu. Di atasnya, ada secarik memo dengan tulisan tangan Lucien yang rapi.“Baca ini sebelum kita bertemu siang nanti. Aku tahu k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status