Lizbeth menyeka air matanya. Lalu tersenyum, ia dicintai secara ugal-ugalan olah seorang Lucien. Lizbeth menyimpannya kembali, dia berniat memakainya saat bertemu dengan Lucien kembali. Saat ini Lizbeth tidak ingin ambil pusing dengan komentar orang di luar sana.Dia hanya percaya pada apa yang diyakininya bahwa Lucien tidak bersalah. Saat itu Lizbeth mendengar pintu kamarnya diketuk.Saat pintu dibuka, Lucas berdiri di hadapannya.“Maaf mengganggumu,” kata Lucas. Lizbeth menggeleng. “Ada apa?”“Urusanku di sini sudah selesai. Besok pagi aku akan kembali, setelah itu menemui keluarga Elmer.”Lizbeth terkejut. Namun, itu hal wajar. Bagaimanapun anak perusahaan mereka telah diakuisisi oleh Lucien. Lizbeth menghela napas.“Sebenarnya aku juga ingin pergi.”“Jika kamu ingin tetap di sini, kamu bisa di sini. Aku akan menempatkan orang untuk menjagamu.”Lizbeth tersenyum, lalu meraih tangan Lucas.“Terima kasih, Kak. Tapi, Dad sudah mengirimkan Leo untuk menjagaku. Sudah cukup, selain itu
Setelah mengatakan itu kepada Lucien, Rosalia pergi. Lucien pun kembali ke ruang tahanan. Lucien kini duduk di sisi tempat tidurnya, memikirkan ucapan Rosalia. Dia tahu Rosalia datang bukan untuk berbicara omong kosong kepada dirinya.Lucien mengusap wajah, mencoba mengatur napas. “Rosalia, apa yang kau inginkan dariku. Aku tahu di dunia ini tidak ada yang gratis. Kau menginginkan apa? Sampai mau melawan Alessandro.”Tawaran itu memang menggiurkan. Namun, Lucien harus tahu motif Rosalia membantunya. Lucien yakin dia juga mengetahui sesuatu yang mungkin sama sekali tidak Lucien ketahui. Dia tidak ingin gegabah, jujur saja dia tidak ingin berpisah dengan Lizbeth perempuan yang dicintainya.Di mansion, Samantha berdiri di balkon kamarnya.Polly memakaikan jubah di tubuhnya.“Nyonya sudah malam, kenapa Anda belum tidur?”Samantha menoleh sekilas, wajahnya muram. “Polly, kau merasakan ada sesuatu yang aneh, bukan?”Polly menelan salivanya lalu mengangguk. “Ya. Sejak Tuan Lucas jadi CEO, mes
Sore itu, Kilian mengikuti Lizbeth ke ruangan kaca. Kilian merasakan ada kemarahan di wajah Lizbeth, dia tahu Lizbeth akan mengomelinya.“Nyonya.” Suaranya terdengar parau, seolah ingin menjelaskan sesuatu.Namun, Lizbeth menghentikan langkahnya tiba-tiba. Ia berbalik cepat, membuat Kilian hampir menabrak tubuhnya. Mata Lizbeth tajam, bibirnya bergetar menahan emosi.“Kau pikir aku tidak marah?” suaranya bergetar, namun penuh tekanan. “Kau pikir aku tidak melihat bagaimana Lucas berdiri di hadapanmu tadi, dengan wajah penuh sindiran? Kau kira aku tidak merasakan sesuatu yang janggal darinya? Aku tahu, Kilian!”Kilian terdiam, tetapi terkejut. Ia menatap Lizbeth dengan mata penuh keyakinan. “Kalau kau tahu, kenapa kau masih diam? Kenapa kau malah menegurku di depan semua orang? Aku hanya ingin membongkar siapa Lucas sebenarnya!”“Justru karena itu aku marah padamu!” Lizbeth mendekat, jarak mereka kini hanya satu langkah. Suaranya mendadak rendah, tapi matanya tetap tajam. “Kau tidak me
Lizbeth terduduk di tepi ranjang, jantungnya masih berdegup kencang. Ucapannya barusan kepada Lucas masih terngiang di telinganya sendiri. Ia tahu, setiap kata yang ia lontarkan hanyalah tameng, sebuah kebohongan untuk melindungi dirinya dan juga Lucien. Namun, semakin ia berpura-pura, semakin hatinya sakit. Dia tidak bisa ke gabah, karena saat ini Kingsley ada di tangan Lucas. Dia bisa saja membuang Lizbeth, seperti dia membuang Lucien. Sebelum menemukan semua bukti yang tidak bisa terbantahkan, Lizbeth harus tetap tenang agar Lucas tidak curiga. Karena ia tahu Lucas sama seperti Lucien, tidak bodoh.“Kabar kedatanganku sangat cepat terdengar ke telinganya. Aku yakin di rumah ini masih ada mata-mata.”Tangannya perlahan mengusap perutnya. Ia menutup mata, mencoba menenangkan diri, tapi bayangan Lucas, serta tatapan Lucas yang kadang terasa dingin, menusuk, penuh rahasia, tidak bisa Lizbeth abaikan begitu saja.Malam itu, tanpa Lizbeth sadari, di balik dinding, sepasang mata
Lizbeth berhenti melangkah. Matanya menatap Kilian tajam, seakan bersiap jika harus menerima kabar buruk lagi. “Apa itu?”Kilian menarik napas panjang. “Lucas, dia juga berada di New York. Dia datang ke sini, melihat Pak Lucien, belum lama ini.”Deg! Hati Lizbeth langsung mencelos. Ia baru tahu kalau Lukas berada di sini, hal itu mengejutkan Lizbeth. Membuat Lizbeth semakin yakin, kalau Lucas adalah anak kesayangan Alessandro. Bahkan kepergiannya sama sekali tidak diketahui oleh Lizbeth, dan sama sekali tidak memberitahunya.Lizbeth menahan napas. Ekspresinya datar, meski dalam hati penuh gejolak. “Aku mengerti.”Kilian tampak ragu. “Nyonya, apakah Anda tidak—”“Tidak perlu membicarakannya sekarang,” potong Lizbeth cepat, suaranya tegas. “Kita pulang. Aku ingin kembali ke rumah.”Kilian menunduk. “Baik, Nyonya.”Meskipun sebenarnya banyak hal yang ingin kalian katakan kepada Lizbeth tentang Lucas, ia berpikir Lizbeth pasti akan menuduhnya lagi. Demi menjaga perasaan Lizbeth, Kilian
“Justru aku yang seharusnya berterima kasih.” Victoria terkejut. “Karena Mom sudah melahirkan Lucien kedunia ini.” Lizbeth tersenyum, yang diikuti oleh senyuman Victoria.“Hari ini aku akan menjenguk Lucien,” sambung Lizbeth.Ada keterkejutan di wajah Victoria. Bahkan Victoria dan Cameron hingga hari ini belum berani melihat Lucien, dan semua itu diurus oleh pengacara. Victoria tidak tega melihat Lucien yang seperti itu.“Kau memiliki keberanian ibumu, Lilibeth.”Lizbeth tersenyum, setelah itu dia berdiri. Lalu pergi dari kamar Victoria.Sekitar jam 11 siang, Lizbeth akhirnya memutuskan untuk menemui suaminya. Namun, orang yag pertama menemui Lucien adalah Kilian.Petugas membuka pintu ruangan khusus yang dipinta oleh Lizbeth untuk berbicara dengan mereka. Di dalam, Lucien duduk di bangku besi. Wajahnya lebam, bibir pecah, ada luka memar yang sudah mengering di pelipis. Namun, matanya tetap tajam.“Kilian?” suara Lucien serak, nyaris berbisik. Ada keterkejutan sekaligus secercah keleg