Share

Memilih

Author: Caramelly
last update Last Updated: 2025-05-17 23:34:31

Lizbeth membungkam mulutnya. Ia terkejut, hatinya pedih. Matanya berkaca-kaca, Lizbeth tidak sanggup untuk mendengar lebih jauh pembicaraan mereka. Saat dirinya hendak memutar balik, sebuah suara mengejutkannya.

“Kau menguping?” Lucas bertanya dengan senyuman tipis di wajahnya.

Lizbeth menggeleng pelan.”Bu—-bukan, aku tadi ingin mengantarkan kudapan untuk mereka.”

Lizbeth buru-buru pergi. Lucas diam melihat Lizbeth yang buru-buru mendorong troli berisikan kudapan dan teh yang dibawanya.

Setelah itu Lizbeth pergi ke bar yang berada di lantai dasar. Mansion mewah Lucien memang memiliki bar pribadi, terdapat ruangan bowling pribadi, dan ruangan private lainnya.

Lizbeth menghela napas berat.

“Nona Lizbeth, Anda datang sendirian,” sapa Alex bartender.

Lizbeth tersenyum tipis, lalu menundukkan wajahnya dengan tatapan sendu, belum lama ini hatinya tenang. Kini ucapan Martha dan Samantha menguasai pikirannya.

‘Bodoh. Sejak awal kau tahu, cinta dan kasih sayang adalah yang paling sulit kau
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Memisahkan Kami

    Udara pagi terasa segar menyapu kulit Lizbeth, matahari belum terlalu tinggi ketika Lizbeth mulai melangkah keluar mansion. Ia butuh udara segar untuk menjernihkan pikirannya. Lizbeth mendengarkan musik dari earphone-nya, alunan lagu mengalun pelan, sembari mencoba menghapus kata-kata Samantha semalam yang terus berputar-putar di benaknya.Langkah kakinya ringan menyusuri jalan kompleks perumahan mewah yang tenang. Sepi. Hanya deru angin dan sesekali suara burung yang lewat. Sepatu larinya menyentuh aspal dalam ritme teratur, berusaha sekuat mungkin mengalihkan pikirannya dari kenyataan yang masih menyesakkan.Ia berlari cukup jauh, hingga tiba di satu persimpangan kecil, napasnya mulai memburu. Ia berhenti, membungkukkan tubuhnya sedikit sambil bertumpu pada lutut. Dadanya naik-turun, peluh menetes di pelipis, dan lagu mellow yang masih mengalun dari earphone justru membuat matanya sedikit hangat.“Pagi yang berat, ya?”Suara itu datang dari belakang. Lizbeth langsung menoleh, dan di

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Memilih

    Lizbeth membungkam mulutnya. Ia terkejut, hatinya pedih. Matanya berkaca-kaca, Lizbeth tidak sanggup untuk mendengar lebih jauh pembicaraan mereka. Saat dirinya hendak memutar balik, sebuah suara mengejutkannya.“Kau menguping?” Lucas bertanya dengan senyuman tipis di wajahnya.Lizbeth menggeleng pelan.”Bu—-bukan, aku tadi ingin mengantarkan kudapan untuk mereka.”Lizbeth buru-buru pergi. Lucas diam melihat Lizbeth yang buru-buru mendorong troli berisikan kudapan dan teh yang dibawanya. Setelah itu Lizbeth pergi ke bar yang berada di lantai dasar. Mansion mewah Lucien memang memiliki bar pribadi, terdapat ruangan bowling pribadi, dan ruangan private lainnya. Lizbeth menghela napas berat.“Nona Lizbeth, Anda datang sendirian,” sapa Alex bartender.Lizbeth tersenyum tipis, lalu menundukkan wajahnya dengan tatapan sendu, belum lama ini hatinya tenang. Kini ucapan Martha dan Samantha menguasai pikirannya.‘Bodoh. Sejak awal kau tahu, cinta dan kasih sayang adalah yang paling sulit kau

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Tinggalkan Lizbeth

    “Aku percaya padamu.”Saat itu juga Kilian dan menyiapkan kepulangan Lucien dan Lizbeth menggunakan helikopter. Mereka naik ke atas atap gedung, dimana terdapat landasan helikopter. Mereka pun kembali ke mansion menggunakan helikopter bersama dengan Kilian.Kurang dari 10 menit, mereka tiba di landasan mansion. Lalu, masuk ke dalam mobil yang mengantarkan mereka ke mansion di seberang sana. Saat itu, Lizbeth melihat para pelayan sedang sibuk kesana kemari. Kali ini Kilian sudah mengatur segalanya.“Freya,” panggil Lucien.“Ya, Tuan muda.”“Pilihkan pakaian untuk Nona pakai malam ini.”“Baik.”Lucien melirik ke Lizbeth. “Pergilah.”Langit sudah sore, dan makan malam akan dimajukan lebih awal. Lizbeth pun naik ke atas untuk berganti pakaian yang lebih formal.Satu jam telah berlalu, pintu gerbang mansion terbuka. Mengantar masuk dua tamu istimewa yang tidak pernah Lizbeth sangka akan datang bersamaan. Samantha dan Lucas keluar dari mobil, lalu berjalan anggun dengan sepatu hak tinggi be

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Bukan Anak Haram

    Pagi itu, cahaya matahari menyusup lembut dari sela tirai yang terbuka sebagian. Lizbeth membuka matanya perlahan. Hembusan angin yang masuk dari jendela terasa sejuk, menyentuh kulitnya yang masih hangat oleh selimut. Ia menoleh ke sisi tempat tidur. Lucien tidak lagi terlihat di sisinya, tadi malam Lucien tidur di kamar Lizbeth.Ia duduk menatap ke luar jendela, membiarkan pikirannya melayang. Tentang ucapan Lucien semalam, tentang pelukan yang begitu tenang, dan tentang dirinya yang mulai takut berharap terlalu jauh. Ketukan pelan di pintu menyadarkannya.“Masuk,” ucapnya lembut.Freya masuk dengan membawakan nampan berisi susu hangat dan beberapa dokumen yang dititipkan Lucien.“Pak Lucien sudah di kantor sejak tadi pagi, Bu. Beliau menitipkan ini,” ujar Angela sambil meletakkan dokumen di meja kecil dekat tempat tidur.Lizbeth menatap tumpukan dokumen itu. Di atasnya, ada secarik memo dengan tulisan tangan Lucien yang rapi.“Baca ini sebelum kita bertemu siang nanti. Aku tahu k

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Jangan Pergi

    Lizbeth mengerjapkan matanya, merasa semua pertahanannya mulai runtuh. Ia juga tidak ingin masalah semakin kemana-mana. Di satu sisi Lizbeth merasa ragu, apakah dia harus mengatakannya kepada Lucien, atau tidak.Lucien menatap Lizbeth lekat-lekat, dia tahu sore ini Lucien tidak akan melepaskannya dengan begitu mudah. Lizbeth menelan salivanya, matanya perlahan terasa berbinar.“Dia mengancamku. Bukan secara langsung… tapi dia berkata, kalau rumah tangga Valeria hancur, dia akan menghancurkanku.” Suaranya pelan, nyaris seperti bisikan pilu. “ … dan dia berkata, kamu—- tidak akan pernah menikahiku!”Wajah Lucien mengeras. Rahangnya mengatup tegas. Tapi ia tidak berbicara, hanya menatap Lizbeth dengan intens. Lizbeth menunduk sesaat, sebelum akhirnya menatap kembali Lucien lekat-lekat.“Aku tahu … keluargamu tidak menyukaiku. Aku tahu, aku bukan perempuan yang layak menjadi bagian dari keluarga besar Kingsley. Aku tidak mengharapkan apa-apa, Lucien. Aku hanya ingin tetap berada di sisimu

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Belum Sepenuhnya Membuka Hati

    Lizbeth menggeleng pelan, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang mulai menguasai dadanya. Ia tahu Lucien sudah mengetahui sesuatu, sorot mata itu terlalu tajam untuk diabaikan. Tapi Lizbeth juga tidak ingin memancing konfrontasi lebih awal, belum sekarang. Bukan ketika emosinya masih belum stabil sepenuhnya setelah pertemuannya dengan Martha.Lucien bangkit dari kursinya, menghampiri Lizbeth yang masih berdiri di depan meja. Tinggi tubuhnya yang menjulang membuat atmosfer di dalam ruangan mendadak terasa menekan. Tatapan mata Lucien menelisik, membuat Lizbeth harus mengatakannya. Sebelum Lucien yang memulai.“Lilibeth,” ucapnya dengan suara rendah namun mengandung nada peringatan. “Aku tahu Martha datang ke sini.”Lizbeth menggigit bibir bawahnya. Ia mengalihkan pandangan, tak sanggup menatap mata pria itu. “Aku tidak ingin membuat masalah menjadi lebih besar.”Lucien mengangkat dagunya, nadanya terdengar dingin. “Masalah menjadi lebih besar ketika kamu tidak memberitahuku.”Lizbeth

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kekasih Gelap

    Martha menatap tajam Lizbeth. Lizbeth dapat merasakan, aura kemarahan di wajah Martha yang hampir saja meledak. Martha menghampiri Lizbeth, yang kini masih berdiri di tempatnya. Lizbeth tetap berdiri tegak dan tenang, menatap Martha dengan sorot mata yang tidak kalah kuat. Ia tidak ingin terlihat goyah di depan wanita yang selama ini terus mencampuri hidupnya, bahkan merusak kebahagiaannya.Martha kini berdiri hanya beberapa langkah di hadapan Lizbeth. Matanya menyipit, penuh dendam."Kau tidak perlu menceramahiku," bisiknya tajam, namun penuh ancaman. "Harusnya memang sejak awal aku membunuhmu. Dengan begitu kamu tidak akan merusak masa depan Valeria."Lizbeth mengangkat dagunya sedikit. Matanya menatap lurus ke arah Martha, tidak ada rasa takut sedikit pun. "Kamu salah. Aku tidak pernah merusak kebahagiaan siapa pun. Jangan lupa, kamulah yang datang ke dalam hidupku dan mengambil semua yang kupunya, Martha. Aku tidak akan menyerah lagi."Martha terkekeh, namun bukan karena lucu. S

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Terlalu Serakah

    Lizbeth dan Grace saling mengulas senyum setelah berbagi cerita dari hati ke hati. Momen kehangatan, hari itu Lizbeth terpaksa memberitahu asal mula dia dan Lucien pertama kali bertemu. Grace yang mengetahui itu hanya bisa terkejut, sambil mengatakan kalau Lizbeth luar biasa. Hari itu Grace tampak sangat antusias mendengarkan cerita Lizbeth."Serius, aku benar-benar terkejut, kamu dan Lucien bisa bertemu dengan cara seperti itu. Mungkin sejak awal kalian memang ditakdirkan bersama. Hanya saja, aku merasa ada yang aneh dari Lucien—-”Lizbeth terkejut. “Yang aneh?” Lizbeth bertanya.“Ya. Seolah dia sudah lama mencintaimu. Bisa saja pria seperti Lucien tidak mengingatmu setelah ONS. Tapi, dia malah bucin.”Lizbeth menurunkan pandangannya, seolah sedang mempertimbangkan ucapan sahabatnya.“Sebenarnya aku juga penasaran, kenapa Lucien bisa sebucin itu padaku.”“Bahkan dia menempatkan kamarmu di depannya, seolah dia memang sudah lama menunggumu.”“Ah kamu terlalu berlebihan.”Lizbeth t

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Tamu Spesial

    Lizbeth melepaskan ciuman hangat itu, wajahnya merona menatap Lucien dengan tatapan lembut. Lucien terdiam, mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Lizbeth. Bibir mereka saling bertautan hangat, Lizbeth memeluk Lucien.Setelah ciuman hangat itu terlepas, Lucien dan Lizbeth mengulas senyuman. “Pakai krim ini setiap hari, kamu akan segera sembuh.” “Lucien, terima kasih.”Lucien tersenyum seraya mengelus rambut Lizbeth. “Antara kita tidak perlu ada terima kasih. Lagi pula sudah seharusnya.” Lucien mengecup kening Lizbeth, hati Lizbeth menghangat. Senyuman mengembang di wajahnya, kepalanya menunduk. Lucien pun meninggalkan kamar Lizbeth dan masuk ke kamarnya sendiri.***Keesokan paginya, sinar matahari menerobos lembut melalui tirai jendela besar. Lizbeth membuka mata perlahan, mengerjapkan pandangan sejenak sebelum nyawanya semuanya terkumpul. Rasa hangat masih menyelimuti tubuhnya, dan kaki yang semalam sakit, kini terasa lebih ringan.“Krim yang dibawa Lucien, sangat mujarab.”Lizbet

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status