Lizbeth melepaskan ciuman hangat itu, wajahnya merona menatap Lucien dengan tatapan lembut. Lucien terdiam, mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Lizbeth. Bibir mereka saling bertautan hangat, Lizbeth memeluk Lucien.Setelah ciuman hangat itu terlepas, Lucien dan Lizbeth mengulas senyuman. “Pakai krim ini setiap hari, kamu akan segera sembuh.” “Lucien, terima kasih.”Lucien tersenyum seraya mengelus rambut Lizbeth. “Antara kita tidak perlu ada terima kasih. Lagi pula sudah seharusnya.” Lucien mengecup kening Lizbeth, hati Lizbeth menghangat. Senyuman mengembang di wajahnya, kepalanya menunduk. Lucien pun meninggalkan kamar Lizbeth dan masuk ke kamarnya sendiri.***Keesokan paginya, sinar matahari menerobos lembut melalui tirai jendela besar. Lizbeth membuka mata perlahan, mengerjapkan pandangan sejenak sebelum nyawanya semuanya terkumpul. Rasa hangat masih menyelimuti tubuhnya, dan kaki yang semalam sakit, kini terasa lebih ringan.“Krim yang dibawa Lucien, sangat mujarab.”Lizbet
Grace mengangguk pelan seraya tersenyum. “Aku bisa merasakannya, kalau dia memang bucin padamu, Lilibeth. OMG … seorang Lucien, yang terkenal menakutkan bisa menyukaimu, ini luar biasa.”Grace begitu bahagia. Lizbeth terdiam, tetapi tidak bisa menyembunyikan bahwa dia juga senang memiliki seseorang yang tulus padanya. Malam itu, mereka berbaring di atas tempat tidur, sambil bercerita dengan hati yang hangat dan perasaan yang sedikit tidak percaya, seolah kebahagiaan itu terlalu manis untuk jadi kenyataan.***Keesokan paginya, suasana Hermosa terasa tenang dan segar. Langit berwarna biru lembut, dan hangatnya matahari pagi yang menyapa para pejalan kaki. Di jalur jogging yang membentang di sepanjang pantai, Lucien berlari dengan langkah tegap dan teratur, mengenakan kaos abu-abu dan celana olahraga hitam.Langkahnya terhenti sesaat saat melihat sosok pria yang juga tengah jogging dari arah berlawanan. Daniel. Mereka berhenti beberapa meter satu sama lain, dan Daniel menyapa lebih dulu
“Lilibeth,” panggil Grace dari belakang mengejutkannya.Lizbeth menoleh ke belakang, melihat temanya memegangi botol kaleng bir. Lalu, berdiri di sisinya.“Kamu sungguh membuatku syok!” seru Grace sembari tertawa pelan, mengamati sahabatnya yang kini merona dari telinga hingga leher. “Lucien Kingsley? Lelaki super dingin itu, yang katanya tidak tersentuh. Astaga, tidak disangka dia bisa sehangat itu, menggendongmu. Sungguh luar perkiraan.”Lizbeth hanya bisa menunduk, menahan senyumnya yang mengembang perlahan. Embusan angin pantai membawa aroma laut yang memenangkan.Di depan mereka, ombak berdebur pelan.“Aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu, Grace. Hanya saja, semuanya berjalan begitu cepat. Aku sendiri masih belum percaya.” Lizbeth menatap lurus ke depan, bibirnya bergerak pelan. “Lucien... dia sangat berbeda dari apa yang orang lihat di luar.”Grace menyentuh tangan Lizbeth, menggenggamnya erat. “Aku mengerti. Aku bisa lihat cara dia menatapmu saat makan malam tadi. Aku b
Tatapan semua orang kini tertuju pada sosok Lucien, yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Daniel sempat melirik ke arah Lizbeth yang sampai detik ini masih membeku. “Lilibeth, bukankah di atasan kita?” bisik Grace menjadi canggung.Lizbeth melotot, dia hampir lupa kalau perusahaan lamanya juga sudah dibeli oleh Lucien. Lizbeth kembali menatap Lucien.Tiba-tiba suara Daniel sempat memecah keheningan.“Boleh,” kata Daniel dengan suara ramah.Lucien pun duduk di samping Lizbeth, Grace menyadari ada yang tidak biasa antara bos dan sahabatnya itu.Setelah kehadiran Lucien, suasana sekitar mereka sempat sunyi sejenak, namun Grace, dengan celotehnya yang ringan dan hangat, segera membuat suasana kembali hangat. Ia mengalihkan percakapan.“Aku dengar makanan di restoran ini sangat enak, belum lagi pantainya selalu menjadi tempat favorit. Sayang sekali kaki Lilibeth terkilir, besok dia tidak bisa main di air lagi.”“Betul, tempat ini memang selalu membuat para turis tertarik. Mungkin karen
Hati Lizbeth menghangat saat membaca pesan itu.[Mungkin lusa.]Pesan itu dikirimnya kepada Lucien. Namun, sejujurnya dia ingin lebih lama berada di sini. Berada dalam kedamaian yang panjang, jauh dari tekanan orang-orang di sekitarnya. Bukan berarti dia ingin sembunyi, ia hanya ingin menenangkan hati dan pikirannya sejenak.Lizbeth menatap layar ponselnya beberapa saat sebelum akhirnya meletakkannya di atas meja. Angin sore berhembus kencang, menyapu rambutnya yang dibiarkan terurai. Jemarinya secara refleks merapikan helai-helai yang terbawa angin, sementara pandangannya mulai kosong, menatap ke laut yang membiru. Dimana pasir putih sebagai pijakannya.Grace yang duduk di seberang, meletakkan gelas yang berisikan minuman dinginnya dan mencondongkan tubuh sedikit. “Apa yang sedang kamu pikirkan?”Lizbeth tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan. “Bukan apa-apa.” Tapi matanya sedikit lebih lembut dari sebelumnya, dan pipinya tampak bersemu.“Apa mungkin kamu sedang memikirkan seseorang
“Lilibet,” bisik Grace.“Kenapa?” tanya Lizbeth seraya menyisip minumannya.“Tadi aku ketemu pria seram bangat. Aku perhatikan pria itu, pria yang satu kereta dengan kita.”LIzbeth yang mendengar itu menebak kalau pria yang disebutkan oleh sahabatnya adalah Frans. Frans mengikutinya atas titah Lucien, dia juga menginap di kamar yang sama dengan Lizbeth. Namun, Grace tidak tahu apapun.LIzbeth tidak bisa memberitahu hubungannya dengan Lucien yang begitu rumit. Meskipun begitu, Lizbeth mulai merasa nyaman berada di sisi Lucien, meskipun banyak rintangan yang menghadang. Tapi, ia ingin tetap berada di sisi Lucien. Meskipun dunia mengatakan dirinya tidak layak.Pagi itu selesai jogging, Lizbeth dan Grace kembali ke hotel. Mereka pergi mandi lebih dulu, sebelum akhirnya mereka turun kembali ke bawah untuk sarapan.Saat sarapan di restoran yang ada di hotel, Lizbeth sempat melirik ke arah ponselnya. Dia bertanya-tanya sedang apa Lucien saat ini, kenapa tidak mengirimkan pesan. Apakah dia s
“Dia siapa?” tanya Grace seraya menyiku tangan Lizbeth.Lizbeth menganga seraya menatap sahabatnya itu. “Ah, tidak ada.”Grace memegang kedua pipi Lizbeth.”Lilibeth, ayolah. Lupakan Elmer, pria seperti dia tidak cocok untuk kamu tangisi, apa lagi kamu rindukan.” Lizbeth terkejut, sahabatnya masih mengira kalau ia masih belum bisa melupakan Elmer. “Dunia ini sangat luas. Pasti ada satu, dari banyak pria di dunia ini, yang mencintaimu dengan tulus.”Seketia ucapan Grace membuat Lizbeth terharu, matanya berbinar. Grace tersenyum lalu memeluk Lizbeth.“Elmer, pasti akan menyesalinya. Mencampakkan Lilibethku yang cantik.”Sikap Grca terkadang mirip sekali orang tua yang menasihati putri kecilnya, dan Lizbeth bersyukur memiliki Grace sebagai sahabatnya. Di kehidupannya yang menyesakkan ini.“Grace, terima kasih.”“Tidak perlu berterima kasih, kita sahabat.”Lizbeth tersenyum, lebih tepatnya keduanya sama-sama tersenyum. Grace tahu seperti apa kondisi Lizbeth, mereka tumbuh bersama dan melew
Lizbeth mendekatkan wajahnya ke Lucien, lalu menggeleng pelan. “Dulu iya, sekarang tidak.” Senyumnya mengembang tenang. “Malam ini aku tidak bisa makan malam denganmu.”Tatapan Lucien yang awalnya hangat perlahan meredup. “Kenapa?”Lizbeth menarik napas. “Aku lupa memberitahumu. Beberapa hari terakhir terlalu sibuk, terlalu banyak hal terjadi. Sehingga aku tidak memiliki waktu untuk mengatakannya, maaf — tapi, sebelumnya aku sudah membuat rencana… aku akan pergi liburan bersama temanku.”“Liburan?” Lucien mengerutkan kening. “Kenapa tidak bilang dari awal?”Lizbeth menunduk sebentar, lalu menatapnya lagi. “Aku butuh sedikit ketenangan. Bukan karena marah atau ingin menghindar darimu… hanya ingin mengambil waktu sejenak untuk diriku sendiri. Apa tidak boleh?”Lucien tidak langsung menjawab. Ia memandangi wajah Lizbeth sejenak, seolah sedang menimbang sesuatu. Kemudian, dia mengangguk pelan.“Tapi—”“Tapi apa?” tanya Lizbeth sambil mengangkat alis.“Setidaknya, biarkan bodyguard ikut me
Air matanya tidak bisa berhenti menetes. Setiap perkataan Lucien mampu membuat hatinya luluh, tetapi bukan sekadar bualan semata. Melainkan cinta yang sebenarnya, walaupun dulu Lizbeth nyaris tidak percaya dengan apa yang dikatakan Lucien. Namun, setelah menyaksikan itu semua membuat Lizbeth yakin, bahwa Lucien memang tulus mencintainya.Hanya saja Lizbeth tidak tahu harus bereaksi seperti apa, bagaimanapun, ini pertama kalinya dia dicintai secara ugal-ugalan, oleh sosok pria yang terkenal kejam, dan arogan. Tapi, berhati hangat di hadapan perempuan yang dicintainya.‘Lizbeth, di dunia ini hanya aku yang tulus padamu. Tidak akan pernah ada cinta seperti aku.’Lizbeth melepaskan pelukannya, Lucien dengan mata merah dan tatapan teduh menyeka air mata Lizbeth. Lalu membelai wajahnya.“Aku tidak bermaksud membohongimu. Percayalah, Lilibeth.”Lizbeth mengerutkan alisnya, lalu mengangguk pelan. “Aku percaya.”Lucien meraih kepala Lizbeth, dan mencium bibir Lizbeth lembut. Lizbeth membalas