Share

Bab 5. Bella atau Marry?

last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-03 01:01:07

“Hahahahahha.. apa semalam kamu menggunakan gaun tidur Ella?” Rigel menyeringai.

Pertanyaan Rigel membuat Ella gemetar, karena ia sendiri ingat dengan jelas. Semalam ia menggunakan setelan piyama, bukan gaun tidur. Dan Rigel juga tahu itu.

Raut muka Marry berubah, ia bingung dengan maksud candaan Rigel. Namun ia tetap memilih diam, takut salah bicara.

“Apa ada lagi yang diceritakan anak – anak, Marry?” Ella masih memendam rasa penasaran.

“Tidak Nyonya, hanya itu yang saya dengar dari anak – anak.” Jawab Marry singkat.

Beberapa menit berlalu, dan suasana di mobil itu semakin sunyi. Walau sesekali Rigel menyeringai tanpa disadari Ella.

Akhirnya, tibalah mereka di kediaman keluarga Wirata. Ella yang sudah merasa engap berada 1 mobil dengan Rigel, buru – buru membuka pintu berniat keluar.

“Tunggu! Jangan keluar dulu, ada yang ingin aku bicarakan.” Perintah Rigel kepada Ella.

Marry yang mengerti maksud Rigel segera turun dari mobil. Sedangkan Ella, kembali duduk di kursinya dan membanting pintu mobilnya.

“Ada apa lagi?” tanya Ella ketus. Namun Rigel tidak menjawab, dan langsung menancap gas dengan kencang.

“Apa ini? Apa menurutmu ini sopan? Sebenarnya ada apa denganmu? Bahkan tadi malam kamu berbuat seenaknya, tidak sopan pada kakak iparmu!” Ella membiarkan isi hatinya keluar, menumpahkan amarahnya.

“Kenapa aku harus sopan padamu? Dengar Ella, ada banyak hal rumit yang tidak kamu ketahui. Lalu, apa kamu benar - benar lupa kita pernah bertemu sekitar 7 tahun yang lalu?"

Ella terkesiap sampai tak sadar membelalakkan matanya.

"Kita sudah sepakat tidak membahas itu lagi Rigel. Jadi kumohon hentikan semua ini." Ella berusaha memelas dalam keadaan frustasi.

"Entahlah, lihat saja nanti." Hanya itu yang diucapkan Rigel hingga sampai kembali ke kediaman Wirata. Mereka berputar - putar di pusat kota sekitar 60 menit.

***

Selepas makan malam, Ella bersantai sembari melakukan hobinya yaitu menulis novel di ruang keluarga. Ia meminta Marry untuk menemani Jupiter dan Luna belajar juga menidurkan mereka.

Hampir 2 jam ia berada di sana. Ia sedang fokus menatap laptopnya, hingga seseorang mengejutkannya.

"Sayang, kenapa kamu di sini? Anak - anak mana?" Surya merangkul Ella dari belakang.

"Oh, kamu sudah pulang Mas. Aku sedikit bosan, makanya aku di sini mau bersantai dulu sekalian mencari ide untuk bahan novelku. Tadi mereka belajar selepas makan malam, mungkin sudah mau tidur. Ngomong - ngomong, hari pertama kerja sudah langsung lembur?"

"Iya, karena aku perlu menyesuaikan diri dulu. Juga mendalami semua tugasku untuk kedepannya. Apa kamu masih akan lama di sini?. Aku capek banget mau mandi." Tukas Surya.

"Mas Surya mandi saja dulu, aku masih mau melanjutkan ini dulu." Ucap Ella sembari menunjuk laptopnya diikuti dengan senyumannya.

"Ah... oke. Aku tunggu di atas ya. Lalu, aku sebenernya kangen kopi buatanmu sayang." Surya mencium pipi Ella dengan manja.

"Ia aku paham Mas. Nanti kalau aku mau keatas aku buatin ya."

"Ok!" Surya kembali mengecup pipi Ella, dan beranjak ke lantai 4 menuju kamarnya.

Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Ella bergegas ke dapur utama di lantai 1 untuk membuatkan kopi. Saat selesai, ia celingukan mencari pelayan. Sepertinya sejak tadi ia tidak melihat Bella yang biasanya sigap saat dibutuhkan. Bagaimana bisa ia ke atas dengan membawa laptop dan 2 gelas kopi itu. Saat ia mencoba mengapit laptop diketiaknya, ia dikejutkan oleh suara seseorang.

"Apa Kakak perlu bantuanku?" Suara Jackson memecah kesunyian di dapur itu.

"Oh Jack, kamu mengagetkanku! Tidak perlu, kenapa tidak ada pelayan sama sekali di jam segini? Padahal kediaman sebesar ini." Ella sedikit kesal.

"Itu karena Dad and Mom belakangan ini tidak suka keramaian. Jadi selepas makan malam, sebisa mungkin semua pelayan harus segera menyelesaikan pekerjaannya. Kak Rigel mungkin mewarisi hal ini. Eh by the way, ayo aku bantu bawa laptopnya. Aku yakin Kak Surya sudah menunggu kopi panasnya." Jackson tersenyum dan segera mengambil laptop dari tangan Ella.

"Oh begitu, makasih sebelumnya Jack." Ella membalas dengan senyum juga dan mereka berdua beranjak menuju kamar Ella dan Surya.

Sesaat setelah keluar dari lift, mereka berdua dikejutkan dengan Bella yang terlihat keluar dari kamar Ella.

"Bella, ada apa kamu jam segini di kamarku?"

"Ah... Nyonya, itu... tadi saya menidurkan anak - anak menggantikan Marry." Entah kenapa Bella terlihat sedikit pucat dan gelagapan. " Mari saya bantu Nyonya membawa kopi ke dalam", lanjutnya setelah melihat Ella kerepotan membawa 2 gelas kopi.

Namun Ella menolaknya dan memintanya untuk kembali ke aktivitasnya. Bella pergi dengan tergesa - gesa. Ella membuka pintu kamarnya diikuti Jackson di belakangnya. Dan terkejutnya mereka berdua saat Marry sedang berdiri di balik pintu itu.

"Oh, Marry! Apa yang sedang kamu lakukan? Kamu membuatku kaget!" Ella tiba - tiba gemetar dan Marry dengan sigap mengambil gelas kopi di tangan Ella yang hampir jatuh. Ia meletakkan gelas kopi itu di meja. lalu kembali ke hadapan Ella yang masih mematung kebingungan.

"Kenapa kamu di sini Marry?" Jackson ikut penasaran.

"Saya menidurkan anak - anak, Tuan." Marry terlihat gemetar juga seperti Ella.

"Apa? Bukannya Bella barusan... "

"Mana Mas Surya?" Ella memotong kalimat Jack dengan napas yang mulai tersengal.

"Sepertinya di kamar mandi Nyonya." Jawab Marry singkat. Lalu Ella menyuruhnya segera keluar dari kamar.

"Ella? Jack? sedang apa kalian?" Surya tampak keluar dari kamar mandi dan masih mengenakan jubah mandinya.

"Aku membantu Kak Ella membawakan laptopnya." Jack cengingisan.

"Terima kasih Jack, maaf merepotkanmu." Tutur Ella seraya mengambil laptop dari tangan Jack. Wajahnya tampak datar.

"Ok! Aku kembali dulu. Selamat menikmati kopi dan malam yang panjang." Jack mulai memasang tampang tengilnya.

"Ini menarik Kak. Aku bersedia menjadi saksi dan membantumu mengungkap semua. Bagaimana? Lalu, jangan lupa besok datang ke kantor agensiku seperti janjimu tadi. Bye!" Bisik Jack ke Ella yang masih saja berdiri mematung dengan wajah datarnya, saat Surya sedang berganti pakaian di ruang sebelah.

Ella menghela napas.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jatuh ke Pelukan Para Ipar   Bab 23 Masa Remaja Levin : Aku Terlambat

    Parto berjalan menuju garasi dengan lesu. Tatapannya kosong, badannya basah karena keringat. Pikirannya kalut, setelah ini entah apa yang akan terjadi dengan nasibnya. Sudah jelas ia akan dipecat, tapi lebih takut lagi jika sampai masuk penjara. Sedangkan sebenarnya, ia tidak melakukan kesalahan apapun. "Sssttt.. Parto! Sini!" Suara Surya mengagetkan Parto. Lalu ditariknya Parto ke pojokan garasi. "Mas, tuan Besar marah sekali. Saya takut dipenjara, Mas. Gimana ini?" mata Parto tampak berkaca-kaca. "Tenang, To. Aku jamin kamu aman. Papa pasti membantumu agar tidak sampai masuk penjara, walau pasti kamu dipecat. Begini saja, aku akan kasih kamu kompensasi sebagai permintaan maafku. Aku akan kasih uang lima puluh juta buat kamu dan keluargamu di kampung. Gimana?" "Bener lo, Mas." desak Parto. "Iya, tenang saja. Kamu bisa beli motor baru dan buka usaha di kampungmu. Tapi kamu janji, jangan sampai ada yang tahu kalau aku yang pakai motormu." Pak Basir mengelus dada saat tak s

  • Jatuh ke Pelukan Para Ipar   Bab 22. Masa Remaja Levin : Parto

    "Bagaimana, Pa?" tanya nyonya Jane serius. "Sebenarnya Levin masih terlalu muda untuk hal ini. Tapi, mengingat apa yang telah terjadi kepada keluarga Herman, terlebih Ella yang sekarang menjadi sangat menderita, aku merasa sangat bersalah." kata tuan Prabu penuh penyesalan. "Kita kan tidak langsung menikahkan mereka. Cukup tunangan saja dulu. Nantinya Ella bisa kita rawat, juga bisa kita sekolahkan lagi. Entah kebetulan sekali Levin tertarik dengannya." Tuan Prabu dan nyonya Jane berada di ruang kerja saat percakapan itu sedang berlangsung. Tanpa mereka sadari, Surya yang awalnya hendak menemui nyonya Jane, akhirnya menghentikan langkahnya setelah mendengar percakapan kedua orang tuanya itu. Hatinya semakin penasaran, siapa Ella sebenarnya. Ia pun berniat mencari tahu tentang Ella. Parto bersiap dengan motornya. Lalu tiba - tiba dikejutkan dengan kehadiran Surya."Ayo, Mas Parto. Aku ikut." ucap Surya seraya naik diatas motor Parto yang beberapa detik lagi akan melaju. "Astaga

  • Jatuh ke Pelukan Para Ipar   Bab 21. Masa Remaja Levin: Hadiah untuk Ella

    Ketiga kalinya, Levin datang ke rumah lavender bersama Pak Basir. Ia selalu antusias saat menanti Ella menampakkan diri. "Sudah saya bilang kan tadi, seharusnya Mas Levin ikut masuk. Jadi kita tidak menunggu begini." "Pak, kan katanya rahasia. Masak aku ikut juga ke sana, kan aneh. Ya sudahlah, ayo kita pulang. Sudah sore juga, aku capek." keluh Levin yang kemudian menyandarkan tubuhnya. "Eh, Mas. Itu dia Non Ella nya!" seru Pak Basir dengan riang. Levin bergegas merapatkan tubuhnya ke pintu samping seraya menatap dalam Ella yang tiba - tiba keluar dari rumah bersama Pak Singgih. Sepertinya mereka berdua hendak keluar rumah bersama, dengan menaiki motor matic berwarna hitam. Pak Singgih yang melihat keberadaan mobil Pak Basir, lalu turun dari motornya dan mengatakan sesuatu kepada Ella. Pak Basir dan Levin menjadi tegang, keduanya dengan fokus menatap Pak Singgih dan Ella yang menunjuk ke arah mereka berdua. Tak lama, Ella berjalan menuju mobil yang dinaiki Levin itu.

  • Jatuh ke Pelukan Para Ipar   Bab 20. Masa Remaja Levin: Namanya Ella

    "Aku dengar keluarga Herman bangkrut karena ulahmu, Prabu. Apa benar?" tanya seorang tamu di rumah Tuan Prabu kala itu. Laki-laki berkumis tebal dengan sinis memandang Tuan Prabu.Tuan Prabu enggan menjawab pertanyaan itu. "Apa kamu jauh-jauh kemari hanya untuk melontarkan pertanyaan bodoh itu, Joko?" tanya balik Tuan Prabu. "Kamu sendiri tahu persis, apa yang sebenarnya terjadi dibalik kasus kebangkrutan perusahaan Herman. Kenapa masih pura - pura tidak tahu?" imbuhnya.Joko yang adalah saingan bisnis Tuan Prabu, mendengus karena kesal."Tidak usah munafik kamu, Prabu. Bukankah kini perusahaan Herman sudah kamu ambil alih?""Apa aku harus menjelaskan satu per satu kepadamu? Aku dijebak untuk dimanfaatkan oleh Jaya Grup, sehingga seolah aku yang membuat Herman bangkrut. Dan kini perusahaan Herman diberikan kepadaku dengan alasan kompensasi atas dasar rekan bisnis. Apa kamu pikir aku bodoh? Aku menerima perusahaan Herman karena aku tidak ingin perusahaan itu jatuh ditangan orang yang

  • Jatuh ke Pelukan Para Ipar   Bab 19. Aku Juga Menyukai Ella

    "Tuan Levin!"Dengan langkah cepat, Levin menghampiri Ella dan Marry yang tengah duduk santai. Kali ini Levin berpakaian santai tak seperti biasanya. Wajahnya terlihat cerah ceria, segar dan mempesona. Senyumnya juga terus mengembang di bibirnya. Ella berpikir, sepertinya ada hal baik yang sedang dirasakannya. Padahal semalam masih terasa ketegangan diantara keluarga Wirata itu. "Bagaimana keadaanmu, Ella? Apakah sudah membaik? Aku membawakanmu minuman kesehatan, ini sangat baik untuk mengurangi stres dan membuat badan menjadi bugar. Lalu, ada camilan juga untuk anak - anak." Wajah rupawan Levin rupanya telah membuat Ella tak menyadari bahwa Levin datang sambil menenteng tas plastik berisi banyak makanan dan minuman."Oh, iya. Terima kasih." Hanya itu yang bisa diucapkan Ella lantaran merasa masih canggung, sejak ia mendengar percakapan semalam.Hening sesaat.Ada hawa dingin yang dirasakan Marry. Sejak kedatangan Levin, Marry hanya bisa diam sambil memperhatikan gerak gerik Tuanny

  • Jatuh ke Pelukan Para Ipar   Bab 18. Awal Terbongkarnya rahasia 2

    Keringat Ella bercucuran, tubuhnya panas dingin. Namun ia tetap berusaha memfokuskan pendengarannya agar bisa terus memahami isi pembicaraan orang - orang di dalam ruangan itu.Ella perlahan kembali mencoba mengintip di balik pintu yang tak tertutup rapat itu. Terlihat Rigel yang duduk kaku dengan sorot mata yang tajam seolah baru mendengar kabar menggemparkan yang belum pernah ia ketahui. Sedangkan Levin dan Jack juga terlihat tegang"Pa, aku menyukai Ella. Lagi pula saat itu Levin masih usia berapa? Kenapa memaksakan Levin menikah dengan Ella?" Ucap Surya protes."Hah! Kamu sendiri saat itu umur berapa? Kamu memaksakan kehendakmu sendiri untuk segera menikah hingga rela pergi dari kediaman ini. Jangan lupa itu!" timpal Levin yang merasa tak terima dengan kata-kata Surya."Papa dan Mama berencana menjodohkan Levin dan Ella, itu adalah keputusan kami yang tidak perlu kalian tahu. Terutama kamu Surya." Kata Tuan Prabu seraya menunjuknya."Kenapa, Pa? Kenapa aku tidak boleh tahu? Apa ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status