“Hahahahahha.. apa semalam kamu menggunakan gaun tidur Ella?” Rigel menyeringai.
Pertanyaan Rigel membuat Ella gemetar, karena ia sendiri ingat dengan jelas. Semalam ia menggunakan setelan piyama, bukan gaun tidur. Dan Rigel juga tahu itu.Raut muka Marry berubah, ia bingung dengan maksud candaan Rigel. Namun ia tetap memilih diam, takut salah bicara.“Apa ada lagi yang diceritakan anak – anak, Marry?” Ella masih memendam rasa penasaran.“Tidak Nyonya, hanya itu yang saya dengar dari anak – anak.” Jawab Marry singkat.Beberapa menit berlalu, dan suasana di mobil itu semakin sunyi. Walau sesekali Rigel menyeringai tanpa disadari Ella.Akhirnya, tibalah mereka di kediaman keluarga Wirata. Ella yang sudah merasa engap berada 1 mobil dengan Rigel, buru – buru membuka pintu berniat keluar.“Tunggu! Jangan keluar dulu, ada yang ingin aku bicarakan.” Perintah Rigel kepada Ella.Marry yang mengerti maksud Rigel segera turun dari mobil. Sedangkan Ella, kembali duduk di kursinya dan membanting pintu mobilnya.“Ada apa lagi?” tanya Ella ketus. Namun Rigel tidak menjawab, dan langsung menancap gas dengan kencang.“Apa ini? Apa menurutmu ini sopan? Sebenarnya ada apa denganmu? Bahkan tadi malam kamu berbuat seenaknya, tidak sopan pada kakak iparmu!” Ella membiarkan isi hatinya keluar, menumpahkan amarahnya.“Kenapa aku harus sopan padamu? Dengar Ella, ada banyak hal rumit yang tidak kamu ketahui. Lalu, apa kamu benar - benar lupa kita pernah bertemu sekitar 7 tahun yang lalu?"Ella terkesiap sampai tak sadar membelalakkan matanya."Kita sudah sepakat tidak membahas itu lagi Rigel. Jadi kumohon hentikan semua ini." Ella berusaha memelas dalam keadaan frustasi."Entahlah, lihat saja nanti." Hanya itu yang diucapkan Rigel hingga sampai kembali ke kediaman Wirata. Mereka berputar - putar di pusat kota sekitar 60 menit.***Selepas makan malam, Ella bersantai sembari melakukan hobinya yaitu menulis novel di ruang keluarga. Ia meminta Marry untuk menemani Jupiter dan Luna belajar juga menidurkan mereka.Hampir 2 jam ia berada di sana. Ia sedang fokus menatap laptopnya, hingga seseorang mengejutkannya."Sayang, kenapa kamu di sini? Anak - anak mana?" Surya merangkul Ella dari belakang."Oh, kamu sudah pulang Mas. Aku sedikit bosan, makanya aku di sini mau bersantai dulu sekalian mencari ide untuk bahan novelku. Tadi mereka belajar selepas makan malam, mungkin sudah mau tidur. Ngomong - ngomong, hari pertama kerja sudah langsung lembur?""Iya, karena aku perlu menyesuaikan diri dulu. Juga mendalami semua tugasku untuk kedepannya. Apa kamu masih akan lama di sini?. Aku capek banget mau mandi." Tukas Surya."Mas Surya mandi saja dulu, aku masih mau melanjutkan ini dulu." Ucap Ella sembari menunjuk laptopnya diikuti dengan senyumannya."Ah... oke. Aku tunggu di atas ya. Lalu, aku sebenernya kangen kopi buatanmu sayang." Surya mencium pipi Ella dengan manja."Ia aku paham Mas. Nanti kalau aku mau keatas aku buatin ya.""Ok!" Surya kembali mengecup pipi Ella, dan beranjak ke lantai 4 menuju kamarnya.Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Ella bergegas ke dapur utama di lantai 1 untuk membuatkan kopi. Saat selesai, ia celingukan mencari pelayan. Sepertinya sejak tadi ia tidak melihat Bella yang biasanya sigap saat dibutuhkan. Bagaimana bisa ia ke atas dengan membawa laptop dan 2 gelas kopi itu. Saat ia mencoba mengapit laptop diketiaknya, ia dikejutkan oleh suara seseorang."Apa Kakak perlu bantuanku?" Suara Jackson memecah kesunyian di dapur itu."Oh Jack, kamu mengagetkanku! Tidak perlu, kenapa tidak ada pelayan sama sekali di jam segini? Padahal kediaman sebesar ini." Ella sedikit kesal."Itu karena Dad and Mom belakangan ini tidak suka keramaian. Jadi selepas makan malam, sebisa mungkin semua pelayan harus segera menyelesaikan pekerjaannya. Kak Rigel mungkin mewarisi hal ini. Eh by the way, ayo aku bantu bawa laptopnya. Aku yakin Kak Surya sudah menunggu kopi panasnya." Jackson tersenyum dan segera mengambil laptop dari tangan Ella."Oh begitu, makasih sebelumnya Jack." Ella membalas dengan senyum juga dan mereka berdua beranjak menuju kamar Ella dan Surya.Sesaat setelah keluar dari lift, mereka berdua dikejutkan dengan Bella yang terlihat keluar dari kamar Ella."Bella, ada apa kamu jam segini di kamarku?""Ah... Nyonya, itu... tadi saya menidurkan anak - anak menggantikan Marry." Entah kenapa Bella terlihat sedikit pucat dan gelagapan. " Mari saya bantu Nyonya membawa kopi ke dalam", lanjutnya setelah melihat Ella kerepotan membawa 2 gelas kopi.Namun Ella menolaknya dan memintanya untuk kembali ke aktivitasnya. Bella pergi dengan tergesa - gesa. Ella membuka pintu kamarnya diikuti Jackson di belakangnya. Dan terkejutnya mereka berdua saat Marry sedang berdiri di balik pintu itu."Oh, Marry! Apa yang sedang kamu lakukan? Kamu membuatku kaget!" Ella tiba - tiba gemetar dan Marry dengan sigap mengambil gelas kopi di tangan Ella yang hampir jatuh. Ia meletakkan gelas kopi itu di meja. lalu kembali ke hadapan Ella yang masih mematung kebingungan."Kenapa kamu di sini Marry?" Jackson ikut penasaran."Saya menidurkan anak - anak, Tuan." Marry terlihat gemetar juga seperti Ella."Apa? Bukannya Bella barusan... ""Mana Mas Surya?" Ella memotong kalimat Jack dengan napas yang mulai tersengal."Sepertinya di kamar mandi Nyonya." Jawab Marry singkat. Lalu Ella menyuruhnya segera keluar dari kamar."Ella? Jack? sedang apa kalian?" Surya tampak keluar dari kamar mandi dan masih mengenakan jubah mandinya."Aku membantu Kak Ella membawakan laptopnya." Jack cengingisan."Terima kasih Jack, maaf merepotkanmu." Tutur Ella seraya mengambil laptop dari tangan Jack. Wajahnya tampak datar."Ok! Aku kembali dulu. Selamat menikmati kopi dan malam yang panjang." Jack mulai memasang tampang tengilnya."Ini menarik Kak. Aku bersedia menjadi saksi dan membantumu mengungkap semua. Bagaimana? Lalu, jangan lupa besok datang ke kantor agensiku seperti janjimu tadi. Bye!" Bisik Jack ke Ella yang masih saja berdiri mematung dengan wajah datarnya, saat Surya sedang berganti pakaian di ruang sebelah.Ella menghela napas."Apa? Di mana kalian berdua sekarang?" Suara lantang Surya menggema di ruang kamar, hingga Ella terbangun dari tidurnya."Ada apa Mas?""Rigel berulah di sekitar sini, aku akan menjemputnya. Kamu tunggu di rumah dengan Jupiter ya." Terang Rigel seraya menutup teleponnya."Rigel di sekitar sini? Apa yang terjadi Mas?" Pertanyaan Ella tak sempat terjawab lantaran Surya sudah bergegas pergi.Satu jam lebih Surya baru kembali ke rumah. Ella yang melihatnya membopong seseorang segera menghampirinya. Rupanya Surya tidak sendiri, ia bersama dengan laki - laki berjas rapi dan berkaca mata. Dani yang menyadari bahwa ia diperhatikan oleh Ella segera menganggukkan kepala isyarat menyapa.Mereka merebahkan Rigel di tempat tidur kamar tamu. "Ella, ini Dani asisten sekaligus pengawal Rigel." Surya memperkenalkan."Ah, iya. Apa yang terjadi dengannya?""Hari ini Tuan Rigel ada urusan pribadi dengan teman kuliahnya. Lalu setelah pertemuan selesai, beliau mengajak saya ke sebuah bar. Entah apa yang m
"Dan, kamu jangan jemput aku hari ini. Aku berencana beberapa hari tinggal di sini. Untuk kuliahku, tolong atur saja. Lalu, aku butuh bantuanmu mencari tahu sesuatu tentang kakakku dan juga istrinya." Pagi itu Rigel berkeliling sekitar rumah, baru kali ini ia berkunjung ke rumah Surya dan Ella. Ia ingat betul keluarganya tidak menerima Ella pada awalnya. Namun akhirnya mereka merestui, dengan catatan mereka harus tinggal jauh dari kediaman Wirata. Hingga saat ini, Rigel masih penasaran apa yang menyebabkan keluarganya tetap tidak mau menerima kedatangan Ella. Alasan karena anak adopsi bukanlah alasan yang masuk akal baginya. Bagaimana tidak, Surya sebenarnya adalah anak adopsi juga!Rigel sedang duduk di bangku kuliah, namun masih belum mengerti tentang banyak hal rumit di keluarganya. Dan setelah kejadian memalukan semalam, ia mulai penasaran dengan rumah tangga kakaknya. Dari gelagat Ella tadi, ia bisa menyimpulkan bahwa rumah tangga mereka sedang tidak baik - baik saja. Tapi kenap
Dengan tatapan setengah kosong, Ella masuk ke dalam mobil Rigel. Ella pun tak mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa ia tak menolak saja. Harusnya ia bisa lebih tegas menolak tawaran Rigel. Meski hujan deras, bisa saja ia menjemput Jupiter dengan motor dan menggunakan mantel.Tapi penyesalan itu tetap sia - sia lantaran mobil itu sudah melaju kencang di jalan yang terguyur oleh derasnya hujan.Mereka berdua hanya saling membisu satu sama lain selama beberapa saat. Hingga Rigel mencoba memulai pembicaraan."Mulai besok aku yang akan mengantar Jupiter, selama Kak Surya tidak di rumah. Kamu cukup di rumah saja." Kata Rigel dengan percaya diri seolah ia adalah ayah Jupiter.Ella yang sejak tadi hanya fokus melihat pemandangan dari jendela pintunya, mengalihkan pandangan ke Rigel sambil memicingkan matanya karena keheranan. Namun, tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.Ella tetap enggan bicara dengan Rigel selama perjalanan pulang setelah menjemput Jupiter. Bahkan saat sampai di rumah
"Apa kabar Nona Ella?" Sapa Dani dengan senyuman. Senyuman hangat yang membuat Rigel terus memelototi asistennya itu."Iya, Baik. Kamu mau menjemput Rigel?" Tanya Ella saat sedang duduk santai di ruang tamu."Ah, tidak. Tuan Surya memintanya untuk di sini sementara bukan?""Iya benar." Jawab Ella singkat."Saya hanya menengok Tuan Rigel. Apa Anda merasa terganggu?" Selidik Dani.Ella tak langsung menjawab. Beberapa detik kemudian baru ia mengeluarkan kalimat, "Tidak. Silakan jika ingin bersantai di rumahku." Ella beranjak dari duduknya, meninggalkan Rigel dan Dani. "Kapan pencarian akan dimulai Tuan? Nona Ella terus berada di rumah." Tanya Dani dengan suara yang pelan. Rigel menghela napas lalu hendak menjawab Dani, namun tiba - tiba Ella kembali bersama Jupiter."Aku akan keluar berbelanja, mungkin sekalian makan malam di luar. Kalau butuh apa - apa, kalian bisa minta ke Bi Tami termasuk makan malam." Ucap Ella, lalu Jupiter menarik tangannya."Aku mau diantal Om... " Rengek Jupite
Ella sedang berpikir, mungkin Jackson mengerjainya. Bagaimana bisa sudah hampir satu jam tidak ada kabar apapun darinya. Nomor ponselnya pun sulit dihubungi. Seharusnya dia bilang kalau memang sedang sibuk. Pagi ini Ella bahkan tidak sempat sarapan karena harus pagi - pagi datang ke kantor agensi. Hampir saja Ella beranjak dari tempat duduknya. Hingga akhirnya yang di tunggu pun tiba."Maaf, sudah menungguku lama." Ujar Jack dengan senyum tengil khasnya."Aku kira kamu sedang mengerjaiku." Gerutu Ella dengan muka masam."Mana berani aku, Kak." "Lihat saja penampilanku, kenapa aku harus menutupi kepalaku dengan syal, memakai masker. dan kacamata hitam begini? Aku juga sudah menunggumu lama. Lagi pula kita satu rumah, kenapa kita tidak bicarakan di rumah saja sih?" Ella yang terlanjur kesal tidak sengaja mengoceh di lobi kantor yang tidak terlalu ramai orang.Dan dengan sigap Jackson menyambar tangan Ella serta menariknya untuk segera pergi meninggalkan lobi. "Sebentar Jack, lepaskan
"Apa ini benar kamu, Ella?" Isi pesan itu diikuti sebuah foto. Ella terbelalak, tampak foto Ella saat di lobi agensi Jackson.Foto pertama saat Ella sedang duduk menunggu. Foto kedua saat sedang mengobrol dengan Jack. Dan foto ketiga saat Jack menggandeng tangannya.Awalnya Ella enggan membalas pesan itu, namun ia penasaran dengan si pengirim. Juga ia takut foto itu disalah akan gunakan."Siapa?" Hanya itu yang ia tanyakan. Dengan cepat pesan Ella dibalas, "Rigel, Simpan nomorku. Apa benar difoto itu kamu?""Apa maumu?" Ella yang masih enggan menjawab, terus balik bertanya.Rigel tidak kunjung membalas pesan Ella. Lalu tiba - tiba ada panggilan masuk dari Surya."Ella, kamu dimana sekarang?""Aku di rumah, Mas."*****Ella merasa bersalah karena belum menjelaskan yang sebenarnya kepada Surya. Pagi tadi sebelum ia berangkat, ia hanya berpamitan sedang ada urusan dengan teman lamanya.Surya meneguk segelas Es Kopi yang dimintanya dari pelayan tadi. Sementara Ella terduduk lesu. Ia geli
"Ponselmu terus berbunyi, kenapa tidak kamu jawab sih? Berisik sekali tau!""Ck! Kamu yang berisik!" Surya mematikan ponselnya, lalu meneguk segelas minuman beralkohol. Suasana di ruang karaoke itu sebenarnya tak kalah riuh dari bunyi ponsel Surya. "Kamu ini luar biasa, belum dapat kekuasaan dari ayahmu tapi sudah bisa bertingkah," ujar salah satu teman Surya di ruangan itu dengan sinis."Memangnya kenapa? Sebentar lagi akan diumumkan bahwa aku, Surya Wirata sang anak sulung keluarga Wirata akan menjadi CEO Wirata Grup. Hahaha..." Kata Surya seraya mengangkat gelas berisi minuman beralkohol itu, diikuti teman - temannya.*****"Apa kami melewatkan sesuatu yang menarik Pa, Ma?" sapa wanita cantik berambut ikal dengan pakaian glamournya. Ia tidak sendirian, di sebelahnya berdiri Levin yang tampak tak peduli.Ella langsung paham bahwa itu adalah Lusy. Ella kagum dengan kecantikan dan keanggunannya. Menurutnya tampak cocok jika bersanding dengan Levin yang tampan. Ia juga melihat Lusy ak
"Aku sangat menginginkanmu Ella. Katakan padaku, kamu akan datang padaku atau aku yang menjemputmu?" tanya Rigel dengan mata yang penuh harap. Ella yang juga masih dengan napas yang tersengal tak bisa menjawabnya.*****"Kak, come on! Ini hanya skandal murahan. Semua sudah diurus sama Demon. Kak Rigel juga tidak keberatan, dia bahkan mau bantu buat ngendalikan media. So, please... Kita ga punya banyak waktu lagi. Dua hari lagi sudah waktunya shooting," rengek Jack kepada Ella."Apa benar - benar tidak ada yang bisa menggantikan? Pasti banyak model baru yang bisa kan?" Ujar Ella di sambungan telepon itu."Kalau memang ada, aku tidak akan seperti ini ke Kak Ella."Ella terdiam beberapa saat kemudian menjawab, "Baiklah, tapi sesuai perkataanmu. Wajahku tidak terlihat kan?" "Tenang saja, semua ada tertulis di surat kontrak nanti. Kalau begitu aku balik kerja dulu. Sampai ketemu nanti malam, kita makan malam di luar bersama Demon juga.""Ok"Ella yang baru saja menutup teleponnya dikejut