Share

Bab 4. Kecurigaan Ella

Ella tersentak hingga menghentikan langkahnya tatkala melihat Surya yang sudah duduk di ranjang mereka berdua. Surya sedang menyisir rambutnya yang basah.

“Dari mana saja kamu Ella? Sudah malam begini, aku kira kamu sudah tidur tadi.”

“Oh.. aku habis jalan – jalan cari angin. Di sini agak jenuh dan sedikit panas. Kamu sendiri dari mana Mas? Aku nunggu Mas Surya lama banget.” Ia sedikit gugup, masih gemetar, namun berusaha tetap tenang. Karena ia berencana menyembunyikan kejadian yang baru saja menimpanya.

“Aku tadi habis dari kamar Mama nemenin Mama sampai Mama tertidur karena Papa ada urusan mendadak. Ya udah, ayo kita tidur. Ini sudah larut.” Surya beranjak merebahkan badannya ke kasur.

Ella yang tiba – tiba penasaran dengan rambut Surya yang basah akhirnya bertanya, “Kamu abis mandi ya Mas? Kok rambutnya basah gitu?”

“Oh, iya. Memang agak panas malam ini. Jadi aku mandi lagi.”

“Oh.. aku mau cuci muka dulu.” Ella bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka.

Di kamar mandi, Ella menggosok – gosok wajah serta bibirnya sambil meratap hingga dibiarkannya air mata itu jatuh setelah ia tahan sejak keluar dari kamar Rigel. Bagaimanapun ia mencoba berpikir, tetap tidak menemukan alasan yang tepat kenapa Rigel berbuat seperti itu padanya. Penipu? Siapa penipu? Jika yang dimaksud adalah Surya, apa yang sudah dilakukan Surya hingga Rigel berkata seperti itu? Dan yang paling penting, kenapa ia diperlakukan seperti itu oleh Rigel yang adalah adik iparnya sendiri? Bukankah ini tidak pantas?

Pikiran Ella berkecamuk, sebelum akhirnya ia menyadari ada bau aneh dari tubuhnya. Diendusnya lengan kiri dan kanan bergantian.

“Astaga!” ia menanggalkan bajunya dan membiarkan badannya tersiram air shower dari ujung rambut hingga ujung kaki, agar bau alkohol yang ia dapat saat ditindih oleh Rigel pun sirna.

Ella terisak, ia takut serta bingung apa yang harus dilakukan sekarang. Jika ia menceritakan hal ini besok kepada Surya, entah apa yang akan terjadi. Sedangkan ia baru saja diterima di keluarga ini setelah 12 tahun lamanya. Air shower itu ia biarkan terus mengaliri tubuhnya, sebelum akhirnya ia menemukan rencananya sendiri.

*****

Pagi itu, Ella sibuk berdandan bersiap untuk sarapan bersama. Marry mendandani Jupiter dan Luna. Sedangkan pelayannya yang lain, Bella, sedang merapikan ruang tidur.

“Tuan muda Jupiter dan Nona muda Luna apakah tidur kalian semalam nyenyak?” tanya Marry ramah.

“Entahlah, aku sempat mendengar suara Papa memanggil – manggil seperti sedang mencari Mama.” Terang jupiter.

“Tapi, semalam aku mendengar Papa bicara sama Mama. Mereka mesra sekali, Papa bilang...” Luna terlihat asyik curhat kepada Marry dengan diselingi sedikit tawa, hingga..

“Kalian sudah siap? Ayo kita segera sarapan dan pergi ke sekolah yang baru.” Mereka berdua mengikuti langkah Ella menuju ruang makan, juga dengan Marry.

Ella yang mengenakan dress berwarna biru langit terlihat menyita perhatian seisi ruang makan. Hampir semua mata tertuju padanya.

“Kamu cantik Ella.” Puji Nyonya Jane sembari tersenyum hangat, sebelum akhirnya mulai menyantap makanannya.

“Terima kasih Ma.”

“Kak Ella sangat manis, tapi lebih baik jangan gunakan kalung itu. Lebih cocok kalau kakak memakai kalung mutiara. Apa Kak Surya tidak memberimu kalung yang pantas?” Jackson memulai ocehannya.

“Tutup mulutmu Jack! Ini ruang makan, bukan fashion show.” Surya yang kesal lalu melanjutkan, “Sayang, aku mau ke kamar dulu. Sepertinya ponselku tertinggal di kamar.” Surya beranjak dari tempat duduknya.

Ella hanya mengangguk, lalu saat ia mengalihkan pandangannya. Tanpa sengaja ia bertatap mata dengan Rigel yang selalu duduk di depannya. Ella tak menyadari kalau sejak tadi Rigel memperhatikannya.

Dan akhirnya Rigel membuka suara.

“Kenapa matamu bengkak Ella? Apa semalam tidurmu tidak nyenyak?” Tanya Rigel dengan tatapan datar seperti biasa.

Ella hanya bisa gelagapan, “Ah, iya semalam aku tidur larut jadi mungkin terlalu lelah.” Ella menyeruput sesendok kuah Sup daging untuk menutupi kegugupannya. Ia penasaran, kenapa Rigel terlihat biasa saja? Apakah ia tidak ingat kejadian semalam?

Tiba – tiba nyonya Jane menimpali kata – kata yang membuat nafsu makan Ella menghilang.

“Ngomong – ngomong, semalam Mama susah tidur sampai larut malam. Papa kalian tiba – tiba ada urusan mendesak. Sedangkan Surya malah buru – buru ke kamarnya katanya capek mau istirahat.”

“Maaf Ma, semalam aku juga ada urusan mendadak. Jadi tidak bisa menemani Mama.” Ucap Levin yang sepertinya hampir tidak terdengar oleh Ella. Pikiran Ella sedang sibuk mencerna ucapan Nyonya Jane yang tidak sinkron dengan ucapan Surya semalam.

Segenap pertanyaan berkecamuk di kepalanya.

Surya yang tak lama kembali ke tempat duduknya untuk sarapan sepertinya tidak menyadari percakapan antara nyonya Jane dan Ella barusan. Dan Ella masih memilih untuk tidak membahas hal ini dulu, ia menunggu waktu yang tepat.

Rigel yang sedari tadi memperhatikan Ella, kini mengalihkan pandangannya ke Surya seraya bertanya, “Apa pagi ini kamu akan mengantar anak – anakmu?”

“Oh, tidak. Aku sudah bilang ke Ella dan anak – anak bahwa aku tidak bisa mengantar mereka hari ini. Karena aku harus segera menghadiri rapat di kantor baruku bersama Papa. Aku sudah meminta Om Tiko menyiapkan sopir untuk mereka.” Terang Surya lalu menatap Ella, serta Jupiter dan Luna.

“Maaf sayang, Papa tidak bisa mengantar kalian hari ini.”

“Tapi Papa janji besok antar kami ya?” Luna sedikit merengek.

“Ok, Papa janji.”

Seusai sarapan, anggota keluarga Wirata sibuk untuk urusan masing – masing. Ella dan Marry buru – buru membawa Jupiter dan Luna untuk masuk ke dalam mobil saat tiba – tiba Om Tiko menghentikan mereka.

“Maaf Nyonya Ella, Tuan Rigel yang akan mengantar kalian. Beliau sudah menunggu di mobil. Mari saya antar.”

Ternyata mobil Rigel sudah parkir di belakang mereka. Ella sebenarnya sangat enggan, tapi Om Tiko sudah lebih dulu mengambil tas Jupiter dan Luna yang di bawa oleh Marry dan segera membawanya ke mobil Rigel. Ella yang tak sempat berkata – kata terpaksa menurutinya.

Suasana di mobil mewah berwarna hitam itu terasa dingin. Bahkan dinginnya sampai menusuk di tulang Marry yang akhirnya ikut mengantar Jupiter dan Luna karena desakan Ella. Marry juga heran, ada angin apa tuan mudanya yang dikenal kaku dan tidak peduli dengan orang lain itu tiba – tiba berinisiatif mengantar Ipar dan keponakannya. Bahkan Rigel sendiri yang menyetir kendaraan itu. Sungguh pemandangan yang langka, pikirnya.

Lamunan Marry buyar saat Ella memulai percakapan.

“Eemm, Rigel. Apa kantormu searah dengan sekolah anak – anak?” Ella mencoba mencairkan suasana walau ia masih dongkol lantaran kejadian semalam.

“Tidak.”

Seperti yang dipikirkan Ella dan Marry, Rigel tidak akan banyak bicara.

“Lalu, kenapa kamu mengantar kami? Apa kamu tidak akan terlambat ke kantormu?” Ella tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Yang ditanya hanya diam sesaat lalu akhirnya menjawab, “Apa perlu alasan khusus?”

Ternyata bukan menjawab, malah balik bertanya. Di titik inilah Ella benar – benar jengkel hingga akhirnya memilih untuk diam saja.

Mobil hitam itu akhirnya sampai di sebuah komplek sekolah. Di sana ada kelas untuk taman kanak – kanak seusia Luna, juga sekolah dasar untuk Jupiter. Ella membuka pintu dan hendak turun.

“Terima kasih tumpangannya.” Ella langsung bergegas keluar, karena ia yakin Rigel tidak akan membalas ucapannya.

“Uncle, terima kasih mengantar kami. Sampai ketemu lagi di rumah.” Luna menyunggingkan senyum manisnya.

Jupiter yang sedikit cuek hanya melambaikan tangannya saat keluar dari mobil itu.

*****

Setelah sekitar hampir 1 jam, akhirnya Ella dan Marry keluar dari gerbang sekolah. Dan mereka terkejut, saat mobil Rigel masih terparkir di sana. Ella yang enggan menyapa, berlagak cuek. Marry akhirnya mendekati mobil itu. Rigel menurunkan kaca jendela.

“Kenapa lama sekali? Cepat masuk!”

“Iya Tuan.” Marry memberi kode kepada Ella untuk ikut masuk.

Di perjalanan, suasana masih saja dingin. Marry yang tidak tahan akhirnya membuka suara.

“Nyonya, untung saja Tuan Besar sudah mengurus kepindahan Tuan muda Jupiter dan Nona Luna. Prosesnya tidak butuh lama dan sekarang pasti mereka sedang bersenang – senang dengan teman baru.” Sembari berusaha tersenyum, Marry berusaha mencairkan suasana.

“Oh, iya.” Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Ella. Ia benar – benar tak habis pikir, kenapa Rigel sampai menunggunya.

Namun Marry tidak kehabisan akal, ia akan terus mengoceh agar hawa dingin itu segera hilang.

“Oiya, tadi pagi Nona Luna menceritakan kejadian semalam. Waah.. benar – benar romantis ya Nyonya Ella.”

“Apa maksudmu?” Ella tersentak mendengarnya, juga Rigel yang akhirnya melirik lewat spion dan berniat menguping.

“Nona Luna mendengar Tuan Surya mengucapkan kata – kata mesra kepada Nyonya Ella. Walaupun katanya tidak mendengar suara Nyonya, tapi suara Tuan Surya terdengar jelas di depan kamar Nona Luna dan Tuan muda Jupiter.”

“Surya bilang apa?” Ella semakin penasaran.

“Emm, katanya, I love you, kamu cantik malam ini, gaun tidurmu juga sangat indah. Kurang lebih seperti itu katanya. Saya jadi malu sendiri saat mendengarnya Nyonya. Romantis sekali.” Marry tersipu.

Sesaat sunyi, namun jantung Ella berdegup kencang. Ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia hanya bisa melotot tanpa bisa berkata – kata. Dan suara tawa tiba – tiba memecah keheningan.

“Hahahahahha.. apa semalam kamu menggunakan gaun tidur Ella?” Rigel menyeringai.

Pertanyaan Rigel membuat Ella bergidik, karena ia sendiri ingat dengan jelas. Semalam ia menggunakan setelan piyama, bukan gaun tidur. Dan Rigel juga tahu itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status