"Apa? Di mana kalian berdua sekarang?" Suara lantang Surya menggema di ruang kamar, hingga Ella terbangun dari tidurnya.
"Ada apa Mas?""Rigel berulah di sekitar sini, aku akan menjemputnya. Kamu tunggu di rumah dengan Jupiter ya." Terang Rigel seraya menutup teleponnya."Rigel di sekitar sini? Apa yang terjadi Mas?" Pertanyaan Ella tak sempat terjawab lantaran Surya sudah bergegas pergi.Satu jam lebih Surya baru kembali ke rumah. Ella yang melihatnya membopong seseorang segera menghampirinya. Rupanya Surya tidak sendiri, ia bersama dengan laki - laki berjas rapi dan berkaca mata. Dani yang menyadari bahwa ia diperhatikan oleh Ella segera menganggukkan kepala isyarat menyapa.Mereka merebahkan Rigel di tempat tidur kamar tamu."Ella, ini Dani asisten sekaligus pengawal Rigel." Surya memperkenalkan."Ah, iya. Apa yang terjadi dengannya?""Hari ini Tuan Rigel ada urusan pribadi dengan teman kuliahnya. Lalu setelah pertemuan selesai, beliau mengajak saya ke sebuah bar. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba mabuk berat seperti ini." Dani menghela napas."Baiklah, biarkan dia istirahat di sini. Tolong kabari Papa dan Mama bahwa Rigel mampir ke rumahku." Tegas Surya kepada Dani.Malam itu juga Dani pamit untuk pergi, dan ia akan kembali besok untuk menjemput Rigel.Ella yang telah terlelap kembali, merasakan ada yang memeluknya erat sekali. Dan sejurus kemudian ia telah ditindih oleh badan yang tidak terlalu besar namun memiliki dada yang bidang itu. Ella menikmati tubuh yang ia pikir sedikit ringan itu, jemarinya terus menulusuri kulit halus yang menyelimuti dada, perut hingga bagian belakang punggung dalam kegelapan di kamar itu. Walau sebenarnya ia merasa sedikit asing dengan tubuh ini, namun ia menyukainya."Mas, apa kamu kurusan? Badanmu kurang berisi, tapi aku suka." Kata Ella tersenyum manja, sembari memeluknya semakin erat."Kamu habis minum ya Mas? Kenapa bau alkohol begini?" Lanjutnya."Mas, kenapa diam aja sih?... Hhhmmpp!!" Si pemilik tubuh indah itu sepertinya enggan memberikan jawaban secara lisan, dan malah memberikan ciuman yang panas hingga Ella gelagapan.Ella yang sudah terlanjur merasakan panas di sekujur tubuhnya tak mungkin mengelak dari serangan laki - laki itu. Ia membalas ciuman membara itu dan melepaskan hasratnya. Laki - laki itu mulai beraksi dengan menanggalkan pakaian Ella satu persatu. Belaian serta perlakuannya yang lembut saat bercinta membuat Ella terhanyut.Dua jam sudah mereka berdua memadu kasih. Mereka yang telah kelelahan merebahkan badan di kasur itu. Tak lama, ponsel Ella bergetar tanda pesan masuk."Ella, aku masih di bar bersama Hendra dan Toni. Maaf sayang mungkin aku pulang pagi, mereka berdua mabuk berat dan aku harus mengantar mereka pulang." Isi pesan Surya membuat Ella gemetar, dan jantungnya berpacu dengan cepat. Perlahan ia memalingkan wajahnya kepada pria yang sedang tidur di sebelahnya.Kalau bukan Surya suaminya, lalu siapa dia? Pertanyaan itu menghujami pikirannya. Saat ia hendak bangun, pria itu dengan sigap menarik tubuh Ella hingga terpental kembali di kasur. Pria itu menindihnya kembali."Siapa kamu? Beraninya kamu masuk kamar orang! Lepaskan aku atau aku lapor polisi!" Ella yang ketakutan mengancam dengan air mata yang mulai berlinang.Pria itu tidak menjawab dan hanya mematung di atas tubuh Ella. Tangan Ella berusaha meraih meja di sebelah ranjang itu, hendak menyalakan lampu. Saat ia telah berhasil menyalakan lampu di atas meja, terlihat dalam cahaya remang sesosok pria tanpa busana berada di atas tubuhnya. Saat kedua mata mereka saling bertemu, Ella mendaratkan tamparan di wajah tampan itu lantaran benar bahwa itu bukan suaminya.Plakk!!!"Apa yang kamu lakukan di kamarku, Rigel?!" Ella berteriak penuh amarah hingga air matanya mengalir semakin deras.Rigel yang sejak tadi hanya terdiam lalu didorong Ella hingga hampir terjatuh. Ella menutupi tubuhnya dengan selimut seraya beringsut di sudut ranjang."Lancang kamu! Cepat keluar dari kamarku!" Teriakannya hampir membangunkan Jupiter yang tidur di kamar sebelah.*****"Sayang, dari tadi aku penasaran kenapa mata kamu sembab gitu? Kamu habis nangis semalam?" Tanya Surya seraya melahap selembar roti selai cokelat di piringnya."Iya, aku habis mimpi buruk semalam. Jadi saat aku bangun, aku menangis sampai pagi." Jawabnya tanpa melihat lawan bicaranya dan hanya fokus dengan makanan di piringnya."Iya, aku semalam juga mendengal Mama bilang 'kelual!' kenceng sekali." Jupiter kecil menambahkan."Oh ya? Wah, kasian Mama ya. Kira - kira mimpi apa ya Mama? Apa ada monster masuk ke kamar Mama?" canda Surya ke Jupiter yang saat itu masih berusia 3 tahun."Tapi Mas, ada yang mau aku bicarakan denganmu soal Rigel semalam..." lanjut Ella namun segera dipotong oleh Rigel."Ehem, maaf Kak Surya aku semalam membuat keributan dan menyusahkanmu. Aku sedang frustasi makanya aku mabuk.""Dani sudah menceritakan itu. Tapi, kenapa kamu sampai di kota ini? Kalau dibilang bertemu dengan teman kuliah, aku rasa ini terlalu jauh Rigel." Surya penasaran dengan kedatangan adiknya yang datang jauh - jauh itu."Papa, ayo kita belangkat. Nanti tellambat." Rengek Jupiter."Iya sayang, hari ini jadwal Papa yang antar ke sekolah ya. Ayo kita berangkat sekarang." Ajak Surya sembari bangkit dari duduknya di ruang makan. Surya menggandeng Jupiter setelah berpamitan kepada Elladan Rigel.Kini tinggal Ella dan Rigel di meja makan. Suasana canggung namun terasa sangat dingin menyelimuti ruangan di sekitar keduanya."Apa tidak ada sesuatu yang ingin kamu jelaskan Rigel?" Ella memulai pembicaraan dengan perasaan sangat marah yang lebih dominan dibandingkan dengan rasa malunya. Sorot matanya benar - benar tajam membuat Rigel tak mampu menatap matanya terlalu lama."Maaf. Aku semalam mabuk berat jadi tidak sadar melakukan itu." jawabnya singkat."Itu saja? Bagaimana bisa kamu masuk kamarku? Kenapa harus masuk ke kamarku? Kita baru bertemu setelah beberapa tahun dan kamu lancang masuk kamar kakak iparmu?""Aku sudah bilang aku mabuk berat, jadi mana mungkin aku sadar sedang melakukan apa. Itu diluar kendaliku. Tapi aku heran, kenapa kamu sendiri tidak sadar sedang tidur dengan siapa? Apa kamu bodoh?" Rigel berusaha membela diri agar tidak terlalu disalahkan atas kejadian semalam."Apa maksudmu? Mana mungkin aku bisa melihat dalam kegelapan kamar seperti itu?" Ella berusaha mengelak."Jangan membuatku tertawa, dilihat dari ukuran badan saja sudah terlihat jelas perbedaanku dan Kak Surya. Apa kamu memang sengaja menikmatinya? Atau jangan - jangan kalian...""Jangan - jangan apa?!" bentak Ella."Akui saja, kalian sudah lama tidak berhubungan? Sudah lama tidak tidur bersama, sampai tidak sadar suami atau bukan." Pernyataan Rigel kali ini menohok Ella. Ella hanya bisa terdiam, suaranya seolah tercekat di kerongkongan."Kenapa diam? Apa aku benar?" Rigel menatap Ella menyelidik, dan ia melihat kedua mata Ella mulai berkaca - kaca. Rigel masih menatapnya dalam - dalam. Air mata Ella membuat hatinya tiba - tiba terasa nyeri. "Apa ini?" gumamnya seraya menyentuh dadanya. Ia tidak sanggup melihat Ella menangis untuk kedua kalinya.Ella hendak beranjak dari kursinya saat tiba - tiba ada seseorang yang datang."Bu Ella, maaf saya datang kesiangan. Ini tadi mengantar anak saya sekolah dulu." Rupanya Bi Tami, asisten rumah tangga di rumah Ella. Bi Tami tidak menginap di rumah Ella karena rumahnya tidak jauh dari sana. Bi Tami datang pagi ketika waktunya membuat sarapan hingga malam selepas makan malam.Ella hanya mengangguk kepada Bi Tami, dan mengenalkan Rigel kepadanya."Terserah apapun yang kamu lakukan di rumah ini, tapi jangan ikut campur urusan pribadiku. Terlebih lagi, aku adalah kakak iparmu. Dan aku belum memaafkanmu." Tegas Ella saat Bi Tami sudah memasuki dapur. Ia pun segera masuk ke kamarnya dan terdengar pula ia mengunci pintunya.Rigel menghela napas seraya menepuk dadanya. Lalu ia meraih ponselnya dan menghubungi Dani."Dan, kamu jangan jemput aku hari ini. Aku berencana beberapa hari tinggal di sini. Untuk kuliah, tolong atur saja. Lalu, aku butuh bantuanmu mencari tahu sesuatu tentang kakakku dan juga istrinya.""Dan, kamu jangan jemput aku hari ini. Aku berencana beberapa hari tinggal di sini. Untuk kuliahku, tolong atur saja. Lalu, aku butuh bantuanmu mencari tahu sesuatu tentang kakakku dan juga istrinya." Pagi itu Rigel berkeliling sekitar rumah, baru kali ini ia berkunjung ke rumah Surya dan Ella. Ia ingat betul keluarganya tidak menerima Ella pada awalnya. Namun akhirnya mereka merestui, dengan catatan mereka harus tinggal jauh dari kediaman Wirata. Hingga saat ini, Rigel masih penasaran apa yang menyebabkan keluarganya tetap tidak mau menerima kedatangan Ella. Alasan karena anak adopsi bukanlah alasan yang masuk akal baginya. Bagaimana tidak, Surya sebenarnya adalah anak adopsi juga!Rigel sedang duduk di bangku kuliah, namun masih belum mengerti tentang banyak hal rumit di keluarganya. Dan setelah kejadian memalukan semalam, ia mulai penasaran dengan rumah tangga kakaknya. Dari gelagat Ella tadi, ia bisa menyimpulkan bahwa rumah tangga mereka sedang tidak baik - baik saja. Tapi kenap
Dengan tatapan setengah kosong, Ella masuk ke dalam mobil Rigel. Ella pun tak mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa ia tak menolak saja. Harusnya ia bisa lebih tegas menolak tawaran Rigel. Meski hujan deras, bisa saja ia menjemput Jupiter dengan motor dan menggunakan mantel.Tapi penyesalan itu tetap sia - sia lantaran mobil itu sudah melaju kencang di jalan yang terguyur oleh derasnya hujan.Mereka berdua hanya saling membisu satu sama lain selama beberapa saat. Hingga Rigel mencoba memulai pembicaraan."Mulai besok aku yang akan mengantar Jupiter, selama Kak Surya tidak di rumah. Kamu cukup di rumah saja." Kata Rigel dengan percaya diri seolah ia adalah ayah Jupiter.Ella yang sejak tadi hanya fokus melihat pemandangan dari jendela pintunya, mengalihkan pandangan ke Rigel sambil memicingkan matanya karena keheranan. Namun, tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.Ella tetap enggan bicara dengan Rigel selama perjalanan pulang setelah menjemput Jupiter. Bahkan saat sampai di rumah
"Apa kabar Nona Ella?" Sapa Dani dengan senyuman. Senyuman hangat yang membuat Rigel terus memelototi asistennya itu."Iya, Baik. Kamu mau menjemput Rigel?" Tanya Ella saat sedang duduk santai di ruang tamu."Ah, tidak. Tuan Surya memintanya untuk di sini sementara bukan?""Iya benar." Jawab Ella singkat."Saya hanya menengok Tuan Rigel. Apa Anda merasa terganggu?" Selidik Dani.Ella tak langsung menjawab. Beberapa detik kemudian baru ia mengeluarkan kalimat, "Tidak. Silakan jika ingin bersantai di rumahku." Ella beranjak dari duduknya, meninggalkan Rigel dan Dani. "Kapan pencarian akan dimulai Tuan? Nona Ella terus berada di rumah." Tanya Dani dengan suara yang pelan. Rigel menghela napas lalu hendak menjawab Dani, namun tiba - tiba Ella kembali bersama Jupiter."Aku akan keluar berbelanja, mungkin sekalian makan malam di luar. Kalau butuh apa - apa, kalian bisa minta ke Bi Tami termasuk makan malam." Ucap Ella, lalu Jupiter menarik tangannya."Aku mau diantal Om... " Rengek Jupite
Ella sedang berpikir, mungkin Jackson mengerjainya. Bagaimana bisa sudah hampir satu jam tidak ada kabar apapun darinya. Nomor ponselnya pun sulit dihubungi. Seharusnya dia bilang kalau memang sedang sibuk. Pagi ini Ella bahkan tidak sempat sarapan karena harus pagi - pagi datang ke kantor agensi. Hampir saja Ella beranjak dari tempat duduknya. Hingga akhirnya yang di tunggu pun tiba."Maaf, sudah menungguku lama." Ujar Jack dengan senyum tengil khasnya."Aku kira kamu sedang mengerjaiku." Gerutu Ella dengan muka masam."Mana berani aku, Kak." "Lihat saja penampilanku, kenapa aku harus menutupi kepalaku dengan syal, memakai masker. dan kacamata hitam begini? Aku juga sudah menunggumu lama. Lagi pula kita satu rumah, kenapa kita tidak bicarakan di rumah saja sih?" Ella yang terlanjur kesal tidak sengaja mengoceh di lobi kantor yang tidak terlalu ramai orang.Dan dengan sigap Jackson menyambar tangan Ella serta menariknya untuk segera pergi meninggalkan lobi. "Sebentar Jack, lepaskan
"Apa ini benar kamu, Ella?" Isi pesan itu diikuti sebuah foto. Ella terbelalak, tampak foto Ella saat di lobi agensi Jackson.Foto pertama saat Ella sedang duduk menunggu. Foto kedua saat sedang mengobrol dengan Jack. Dan foto ketiga saat Jack menggandeng tangannya.Awalnya Ella enggan membalas pesan itu, namun ia penasaran dengan si pengirim. Juga ia takut foto itu disalah akan gunakan."Siapa?" Hanya itu yang ia tanyakan. Dengan cepat pesan Ella dibalas, "Rigel, Simpan nomorku. Apa benar difoto itu kamu?""Apa maumu?" Ella yang masih enggan menjawab, terus balik bertanya.Rigel tidak kunjung membalas pesan Ella. Lalu tiba - tiba ada panggilan masuk dari Surya."Ella, kamu dimana sekarang?""Aku di rumah, Mas."*****Ella merasa bersalah karena belum menjelaskan yang sebenarnya kepada Surya. Pagi tadi sebelum ia berangkat, ia hanya berpamitan sedang ada urusan dengan teman lamanya.Surya meneguk segelas Es Kopi yang dimintanya dari pelayan tadi. Sementara Ella terduduk lesu. Ia geli
"Ponselmu terus berbunyi, kenapa tidak kamu jawab sih? Berisik sekali tau!""Ck! Kamu yang berisik!" Surya mematikan ponselnya, lalu meneguk segelas minuman beralkohol. Suasana di ruang karaoke itu sebenarnya tak kalah riuh dari bunyi ponsel Surya. "Kamu ini luar biasa, belum dapat kekuasaan dari ayahmu tapi sudah bisa bertingkah," ujar salah satu teman Surya di ruangan itu dengan sinis."Memangnya kenapa? Sebentar lagi akan diumumkan bahwa aku, Surya Wirata sang anak sulung keluarga Wirata akan menjadi CEO Wirata Grup. Hahaha..." Kata Surya seraya mengangkat gelas berisi minuman beralkohol itu, diikuti teman - temannya.*****"Apa kami melewatkan sesuatu yang menarik Pa, Ma?" sapa wanita cantik berambut ikal dengan pakaian glamournya. Ia tidak sendirian, di sebelahnya berdiri Levin yang tampak tak peduli.Ella langsung paham bahwa itu adalah Lusy. Ella kagum dengan kecantikan dan keanggunannya. Menurutnya tampak cocok jika bersanding dengan Levin yang tampan. Ia juga melihat Lusy ak
"Aku sangat menginginkanmu Ella. Katakan padaku, kamu akan datang padaku atau aku yang menjemputmu?" tanya Rigel dengan mata yang penuh harap. Ella yang juga masih dengan napas yang tersengal tak bisa menjawabnya.*****"Kak, come on! Ini hanya skandal murahan. Semua sudah diurus sama Demon. Kak Rigel juga tidak keberatan, dia bahkan mau bantu buat ngendalikan media. So, please... Kita ga punya banyak waktu lagi. Dua hari lagi sudah waktunya shooting," rengek Jack kepada Ella."Apa benar - benar tidak ada yang bisa menggantikan? Pasti banyak model baru yang bisa kan?" Ujar Ella di sambungan telepon itu."Kalau memang ada, aku tidak akan seperti ini ke Kak Ella."Ella terdiam beberapa saat kemudian menjawab, "Baiklah, tapi sesuai perkataanmu. Wajahku tidak terlihat kan?" "Tenang saja, semua ada tertulis di surat kontrak nanti. Kalau begitu aku balik kerja dulu. Sampai ketemu nanti malam, kita makan malam di luar bersama Demon juga.""Ok"Ella yang baru saja menutup teleponnya dikejut
"Kenapa kalian tidak mengundangku?"Suara yang tidak asing itu mengalihkan perhatian ketiga orang itu. Rigel tampak berdiri angkuh di depan meja. Lalu tanpa basa basi lagi ia langsung duduk di sebelah Ella."Rigel? Sedang apa kamu disini?" tanya Ella yang sedikit kaget dengan kedatangan adik iparnya itu."Betul, sedang apa Kak Rigel disini? Apa sedang ada urusan juga di tempat ini?" timpal Jack."Iya, aku ada urusan. Urusan dengan kalian. Kenapa tidak ada yang mengajakku berkumpul disini?" tanya balik Rigel dengan sinis. "Ehem, maaf tapi ini urusan intern perusahaan untuk tanda tangan kontrak dengan Ella. Jadi kami tidak harus menghubungimu," jelas Demon."Alasan," gumam Rigel sinis.Demon yang mendengar itu, hatinya terasa mendidih, matanya sudah melotot menunjukkan kekesalannya. Untung saja Jackson menahannya, kalau tidak mungkin Demon sudah mendaratkan pukulan ke wajah rupawan Rigel. Selama ini Demon memang mendengar rumor bahwa Rigel adalah orang yang sangat dingin, tidak empati