Share

BAB 42

last update Last Updated: 2025-06-28 08:31:19

“Papa!” Zaky berteriak riang. Dia dan Bella yang sedang bermain lego di depan televisi langsung berlarian menuju Galih sata pintu terbuka. Mereka sengaja belum tidur, menunggu papanya pulang. Jelita juga membiarkan karena besok hari libur. Apalagi, dua anak itu tidak rewel sehingga dia bisa mengerjakan menulis review produk dari klien sambil menunggui mereka bermain.

“Papa bawa apa? Kok pulangnya malam?” Bella sumringah saat menerima paper bag dari papanya. Anak itu langsung bersorak kegirangan saat mendapati jepitan rambut lucu dan sekotak brownies panggang kesukaannya. “Terima kasih, Papa. Bella suka oleh-olehnya.” Anak itu mencium pipi Galih. Dia melirik ke arah Zaky yang sudah sibuk dengan mobil-mobilan remotenya. Adiknya itu sejak kemarin memang sibuk minta dibelikan itu.

Menjelang tengah malam, Bella akhirnya masuk ke kamarnya karena sudah mengantuk. Galih juga mengajak Zaky masuk ke kamar dan membiarkan Jelita yang sejak tadi sibuk dengan laptopnya, seolah abai dengan kepulanga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Yuniw Zz
yaa ampun ak nungguin ini thor
goodnovel comment avatar
Yuniw Zz
hebat jelita, mantap, ayooo lanjutkan thor
goodnovel comment avatar
Adfazha
Mantap jiwa Jelita jgn jd istri menye2 tunjukkan pesonamu & biarin aja klo Galih yg pandai berdalih emang udh goyah & beralih tinggalin aja suami gk tau diri gk bs tegas slalu cari pelarian tp jgn lo hancurin dl dy sm tuh Amandel
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 45

    “Maaf ya ketemunya di tempat les renang anak-anak? Soalnya saya lagi banyak banget kerjaan.” Jelita memperhatikan langit yang tampak sangat senang melihat Zaky dan Bella. Dari cara lelaki itu menatap anaknya, dia tahu kalau ada kerinduan teramat sangat akan kehadiran buah hati di dalam hidupnya. “Bapaknya anak-anak sering lembur akhir-akhir ini. Jadi, saya sedikit kesulitan membagi waktu karena tidak ada yang gantian menjaga Zaky.”“Tidak masalah ketemu dimana saja. Toh saya minta ketemu buat ngasih apresiasi karena kinerja Mbak yang bagus, bukan buat membahas pekerjaan.” Langit menjawab cepat. “Seru ya kalau punya anak? Antar mereka sekolah, ngaji, renang. Kayaknya asyik. Kalau lihat kegiatan Mbak Jelita di story lagi main atau masakin Bella dan Zaky, saya jadi termotivasi untuk mencari pasangan lagi.”“Asal siap membuka hati dan tidak berpikiran semua wanita sama, pasti cepat dapatnya. Mas Langit sudah mapan ini. Penampilan juga OK lah.” Jelita memindai penampilan Langit sambil tert

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 44

    Amanda tertawa kecil. Dia duduk di samping Galih sambil menumpangkan kaki hingga semakin mengekspos pahanya karena dress yang dia kenakan tertarik ke atas. “Lagi pusing?” Jelita mengelus bahu Galih pelan. Wajah suntuk Galih membuat dia yakin kalau lelaki itu sedang tidak baik-baik saja.“Jelita salah sangka tentang kita. Dia berpikiran macam-macam kalau kita ada hubungan.” Galih menepis tangan Amanda pelan. Lelaki itu menatap Amanda, berusaha memastikan praduga yang sejak semalam memenuhi kepalanya. “Dia banyak tahu tentang kedekatan kita dan salah mengartikan semua. Padahal, kita hanya sekedar teman. Tidak lebih.”Galih berdecak pelan melihat Amanda menyandarkan tubuh ke sofa dengan kedua tangan diletakkan di belakang leher. Dada wanita itu terlihat dengan jelas karena dress yang dia kenakan memiliki belahan dada yang rendah. Lelaki itu memalingkan wajah. Tidak dia pungkiri, sebagai lelaki jelas pemandangan itu membuat dadanya berdesir hebat. Apalagi, Jelita akhir-akhir ini sangat di

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 43

    “Aku hanya bertanya. Kalau tidak ada apa-apa kenapa harus semarah ini?” Galih mengembuskan napas kencang. “Biasanya kamu selalu izin setiap kali akan keluar. Kenapa hari ini tidak? Bukankah wajar kalau aku bertanya? Aku ini suamimu. Jadi, wajar kalau aku ingin tahu dengan siapa istriku bertemu.”“Bertanya dan menuduh itu jelas berbeda. Yang kamu lakukan tadi itu menuduh, Galih.” Jelita menggeleng saat melihat suaminya akan membuka mulut kembali. “Jangan mengajak aku berdebat tengah malam begini. Aku capek mengurus dua anakmu seharian dan menyelesaikan pekerjaanku.”“Sudah pandai kamu menjawab omongan suami sekarang.”“Dari dulu aku pandai menjawab omongan. Apa kamu lupa kalau aku pernah menerima penghargaan sebagai speaker terbaik di tingkat nasional saat kuliah dulu?” Jelita tertawa lepas melihat Galih berdecak pelan. “Biasanya, orang yang menuduh orang lain berbuat serong, justru dia yang melakukannya. Aneh sekali, kamu yang main gila tapi tidak mau aku melakukannya juga.”“Aku tida

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 42

    “Papa!” Zaky berteriak riang. Dia dan Bella yang sedang bermain lego di depan televisi langsung berlarian menuju Galih sata pintu terbuka. Mereka sengaja belum tidur, menunggu papanya pulang. Jelita juga membiarkan karena besok hari libur. Apalagi, dua anak itu tidak rewel sehingga dia bisa mengerjakan menulis review produk dari klien sambil menunggui mereka bermain.“Papa bawa apa? Kok pulangnya malam?” Bella sumringah saat menerima paper bag dari papanya. Anak itu langsung bersorak kegirangan saat mendapati jepitan rambut lucu dan sekotak brownies panggang kesukaannya. “Terima kasih, Papa. Bella suka oleh-olehnya.” Anak itu mencium pipi Galih. Dia melirik ke arah Zaky yang sudah sibuk dengan mobil-mobilan remotenya. Adiknya itu sejak kemarin memang sibuk minta dibelikan itu.Menjelang tengah malam, Bella akhirnya masuk ke kamarnya karena sudah mengantuk. Galih juga mengajak Zaky masuk ke kamar dan membiarkan Jelita yang sejak tadi sibuk dengan laptopnya, seolah abai dengan kepulanga

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 41

    Sementara Langit memilih ngobrol bersama Zaky dan sesekali membantu anak itu makan. Dia tahu ada masalah antara Jelita dan suaminya. Melihat dinginnya interaksi di antara mereka, dia yakin tebakannya benar. Apalagi, Jelita menghubungi suaminya dengan sangat tiba-tiba. Padahal, tadi katanya ingin mengunggah story. Pasti ada yang membuatnya penasaran saat membuka media sosial tadi.“Ada-ada saja kamu itu. Kututup ya? Ini mau makan dan ngopi dulu. Kamu sama Zaky hati-hati nanti.” Galih bergegas menutup ponsel. Dia sebenarnya cukup penasaran sedang dimana istri dan anaknya. Apalagi, tadi dia mendengar suara Zaky seperti sedang berbincang dengan seseorang. Namun, melihat Jelita yang sepertinya sedang mencurigai sesuatu membuat dia mengurungkan niat bertanya lebih lanjut.Di sebelah Galih, Amanda tersenyum melihat Galih menutup telepon dari Jelita. Dia menyibukkan diri dengan ponselnya selama Galih menerima telpon tadi. Komentar pada unggahannya mulai bermunculan. Teman-teman daringnya memu

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 40

    “Saya belum pernah sih bikin video review. Selama ini cuma tulisan saja karena dari dulu begitu.” Jelita mengangguk melihat kemasan yang lebih menarik dibandingkan saat dikirim sampel beberapa bulan yang lalu. “Saya coba buat video dulu dan lihat apakah ada tanggapan positif dari audiens saya. Misal hasilnya kurang memuaskan, nanti saya kembali lagi ke Blog seperti biasa.”“Atur saja. Saya percaya sama Mbak Jelita.” Langit mengulas senyum dan mengelus kepala Zaky yang sejak tadi anteng dengan pisang goreng keju di hadapannya. Lelaki itu menghela napas panjang. Andai dia memilih pasangan yang tepat, mungkin saat ini dia juga sudah memiliki anak. Sayang, ternyata mantan istrinya menganut free child hingga membuat pernikahan mereka kandas di tahun kelima karena tidak ada pembicaraan mengenai itu sebelumnya.“Buruan nikah lagi.” Jelita mengulas senyum melihat Langit yang tertawa mendengar ucapannya. Sedikit banyak, dia tahu kehidupan pribadi Langit. Dibalik kerjasama profesional, mereka b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status