Share

BAB 72

Aвтор: Asda Witah busrin
last update Последнее обновление: 2025-07-09 11:59:21

“Iya, Pa ….” Galih bicara dengan suara serak. Lelaki itu melirik ke arah Jelita yang sejak tadi diam saja. Mereka sepakat berpisah walau tanpa bicara. Galih sepenuhnya tahu diri untuk tidak mempersulit proses perceraian. Dengan Jelita tidak melaporkannya kepada polisi saja, dia sudah paham sebesar apa hati wanita itu berkorban demi kebaikan dua anak mereka.

Disini, Jelita memainkan jemari tangannya. Dia memang belum menceritakan masalah ini pada keluarganya. Wanita itu memilih memeluk lukanya sendiri agar keputusannya berpisah tidak goyah. Tidak dia pungkiri, Galih adalah menantu yang baik bagi keluarga besarnya. Lelaki itu selalu royal dan sopan sehingga dekat dengan hampir semua. Setiap kali pulang mudik lebaran, pasti Galih akan mengajak dia mengunjungi keluarga besar mereka sehingga silaturahmi selalu terjaga.

Dia bisa membayangkan bagaimana akan terkejutnya orangtuanya nanti mendengar kabar ini. Namun, apapun itu dia sudah membulatkan tekad. Sekali ketahuan menginap di rumah Aman
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава
Комментарии (2)
goodnovel comment avatar
Emi Susanti
loh kkan yg gugat jelita,setau aku kalo yg gugat itu wajib hadir, kalo si tergugat itu TDK pernah hadir baru akan di putuskan secara verstek . proses jadi LBH mudah gitu bun
goodnovel comment avatar
Adfazha
Jelita gk usah dtg sidang biar cpt proses cerainya .. Galih ego selangit playing victim entah gmn reaksi Bella nanti klo tau bpknya bajigur
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 86

    “Memangnya kamu berharap apa dari menikahi duda beranak dua, Amanda? Gajiku ya jelas terbagi untuk mereka juga. Walau mereka tinggal dengan mamanya, tapi untuk makan, pakaian dan kebutuhan lainnya itu tetap tanggung jawabku sebagai Papa mereka.” Galih menggeleng mendengar Amanda mengungkit masalah biaya kecantikan. Memangnya dia pengusaha sukses yang uangnya tidak terbatas?“Jelita dulu perasaan bisa perawatan di tempat-tempat mahal, ke kafe dan belanja-belanja dari postingannya. Kok aku nggak bisa? Aku nggak minta harus rutin seperti dia dulu. Ya setidaknya bisa lah dua bulan sekali aku perawatan, sebulan sekali diajak makan keluar pas gajian, kalau ada momen spesial seperti ulang tahun atau apa dapat kado tas atau cincin. Reward, Lih, aku butuh reward. Butek banget aku sepanjang waktu hanya di rumah saja.”“Dulu aku hanya membiayai Jelita dan anak-anakku saja. Sekarang, aku harus membiayai anak-anakku dan juga pengobatan Dery yang tidak murah. Seharusnya, kamu mengerti akan hal itu.

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 85

    “Mama kenal dimana? Sering pergi bareng Mama ya?”“Nggak tahu kenal dimana. Setahu Bella, Om Langit itu ada usaha bareng sama Mama. Ya lumayan sering pergi berdua. Kadang kalau perginya sore atau malam, Bella dan Zaky juga diajak.” Bella menjawab ringan. Dia tertawa saat melihat adiknya tersedak kuah ramen. “Om Langit baik, Pa. Dia sering beliin Zaky mainan sama buku cerita buat Bella. Setiap datang, pasti bawa makanan yang enak-enak. Kakek dan Nenek juga suka sama Om Langit.”Galih menghela napas panjang mendengar cerita putrinya. Sebagai lelaki, dia tahu betul kalau Langit sedang berusaha mengambil hati Jelita dengan mendekati orangtua dan anak-anaknya. Melihat dari pakaian dan mobil Langit tadi, dia bisa menduga kalau lelaki itu sudah cukup mapan. Dari segi usia, dia yakin mereka tidak berjauhan. Galih tampak berpikir sejenak karena aneh saja lelaki mapan dan berusia matang seperti Langit belum memiliki pasangan. “Bella tahu banyak ya tentang Om Langit?”Bella mengangkat bahu sambi

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 84

    “Ya namanya usaha masih merangkak, cara promosinya seperti ini. Ikut mengisi stand-stand kalau ada acara sehingga bisa dikenal masyarakat langsung.” Langit bertepuk tangan saat Zaky berhasil menyelesaikan rancangan kincir dari lego yang disusunnya. “Hebat! Nanti Om belikan mainan kincir biar sama dengan legonya ya.”“Kenapa tidak fokus ke usaha katering saja, Nak Langit?” Asep bertanya setelah sejak tadi hanya menjadi pendengar saja. Mereka kenal cukup baik karena Langit sering datang kesana setiap ada yang perlu dibicarakan dengan Jelita. Lelaki itu tahu kalau Langit ada usaha lain yang sudah kuat selain usaha sabun herbal yang kini sedang dikerjakan bersama Jelita.“Kalau bisa dua, kenapa harus satu, Pak?” Langit terkekeh pelan. “Itu usaha punya orangtua. Saya hanya meneruskan saja. Dulu, kuliah ambil jurusan kimia. Jadi usaha sabun herbal ini untuk menyalurkan hobi. Dari dulu saya itu suka membuat formula produk. Ya karena katering sudah jalan dan manajemennya sudah kuat, saya jadi

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 83

    Suara ketukan di pintu membuat Amanda mengangkat kepala dan meletakkan ponselnya. Dia menatap Galih yang masuk ke rumah dengan wajah sumringah. Wanita itu mengembuskan napas panjang saat mendengar Galih bersiul pelan, seolah hatinya sedang berbunga-bunga dan sangat bahagia. Dia berdiri dan mengikuti Galih ke kamar. “Yang habis makan bareng sama mantan istri, senang banget kayaknya.”Galih menautkan alis mendengar nada suara Amanda yang sedikit berbeda. Lelaki itu menghela napas panjang saat melihat wajah Amanda yang biasanya selalu tersenyum itu terlihat sedikit kusut. “Aku senang karena bisa makan bersama anak-anakku. Selain itu aku juga senang karena hubunganku dengan orangtua Jelita bisa tetap baik-baik saja. Aku dan Jelita juga bisa berinteraksi dengan baik sehingga kedepan tidak akan ada masalah dalam membersamai perkembangan Bella dan Zaky.”Amanda mengembuskan napas kencang mendengar jawaban Galih. Wanita itu tahu Galih memang sempat resah memikirkan hal itu. Galih selalu berce

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 82

    Jelita tersenyum puas saat Amanda tidak lagi membalas pesannya. Wanita itu tahu mantan temannya itu tidak lagi memiliki kata untuk membalas ucapan telaknya barusan. Dulu, wanita itu sengaja benar membuat postingan barang-barang Galih saat sedang bersama sebagai kode untuk memanasinya. Sekarang, dia bisa membalas semua itu dengan terang-terangan memposting foto Galih tanpa harus kode-kodean segala.“Mari bersenang-senang, Amanda ….” Jelita terkekeh pelan. Apa dia belum move on? Jelas belum. Sebelas tahun pernikahan yang bahagia, di dalamnya mereka merajut mimpi menua bersama, terlebih ada anak dalam pernikahan mereka, tidak akan bisa lupa dalam beberapa bulan saja. Bahkan di setiap sisi rumah, dia masih sering melihat sosok Galih disetiap sudutnya. Beruntung ada kedua orangtuanya disini yang membuat dia tidak merasa sendiri.Jelita menghela napas panjang melihat foto keluarga di dinding. Kalau menurutkan hati, ingin dia buang saja. Namun, tidak dia lakukan karena tahu kedua anaknya ber

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 81

    “Iya, nanti kapan-kapan ya.” Galih mengelus kepala Zaky. Dia menyuapi anak lelakinya itu dengan telaten. Dia menghela napas lega karena urusan mereka selesai. Setidaknya, setelah ini mereka bisa fokus dengan kehidupan masing-masing. Masalah nafkah anak, Galih tahu kewajibannya. Rumah pun dia serahkan pada Jelita karena kedua anak mereka ikut dengan mamanya. Perjanjian mereka adalah tidak ada batasan Galih menemui anaknya. Lelaki itu bebas datang kapan saja untuk bertemu dengan mereka.Mereka berfoto bersama hari itu sebagai kenang-kenangan. Kedepan, entah kapan lagi ada kesempatan bertemu lengkap seperti hari ini. Mungkin nanti di pernikahan Bella dan Zaky. Itu juga kalau ada umur panjang. Setelah makan, mereka berpamitan. Tiwi memeluk Jelita lama dan erat. Matanya berkaca-kaca setelah kedekatan terlepas, begitu juga dengan Jelita. Mereka justru menjadi lebih dekat setelah Jelita dan Galih tidak lagi bersama.Keduanya sering berkirim pesan karena Tiwi minta dikirim foto cucunya. Sesek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status