Share

Bab 4

Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa, dalam kosmologi Hindu Semeru diartikan sebagai pusat jagat raya orang-orang menjulukinya sebagai gunung tempat bersemayamnya para Dewa. Puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Mahameru. Penamaan puncak Mahameru ini menurut legenda ada kaitannya dengan sebutan Paku Pulau Jawa. Istilah Mahameru berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Meru Agung. Kata Meru berarti”pusat jagat raya", sedangkan Agung berarti”besar". Di dalam kitab kuno Tantu Pagelaran disebutkan, bahwa suatu saat Pulau Jawa mengapung terombang-ambing di lautan. Kemudian, Batara Guru yang dianggap sebagai sosok penguasa tunggal memerintahkan para dewa dan raksasa agar memindahkan Gunung Mahameru di India, untuk menjadikannya sebagai paku Pulau Jawa agar tidak terombang-ambing. Para dewa dan raksasa kemudian meletakkan Gunung Mahameru di bagian barat Pulau Jawa. Namun, disebabkan timur Pulau Jawa posisinya terjungkit ke atas, hingga akhirnya gunung tersebut dipindah ke bagian timur. Dalam perjalanan pemindahannya, Gunung Mahameru berceceran dan membentuk beberapa gunung lainnya di Pulau Jawa. Pada saat diletakkan, posisinya miring ke utara sehingga ujung gunung ini dikisahkan dipotong dan potongannya diletakkan di barat laut. Potongannya ini disebut Gunung Pawitra yang sekarang ini dikenal sebagai Gunung Penanggungan.

Di salah satu wilayah disebelah selatan Gunung Semeru, terdapat banyak goa-goa yang terdapat ditebing-tebing gunung. Diantara banyaknya goa-goa itu, kita coba melihat kesalah satu goa yang cukup besar. Di dalamnya tampak seorang lelaki berusia tujuh puluh tahun dengan pakaian putih bersih. Wajahnyapun putih bersih. Rambutnya yang putih memanjang digelung ke atas. Sedang jenggotnya yang juga putih bersih dibiarkan tergerai. Kakek ini tampak tengah tenggelam di alam tapa semadinya.

“Ghhraaaumm!”

Terdengar suara auman keras sang raja hutan dari arah luar goa, hingga membuat goa itu bergetar karena sangking kerasnya auman suara sang raja hutan tersebut.

Weerrr...!

Tak lama kemudian, sekelebatan bayangan putih tampak memasuki goa tersebut dan berhenti tepat didepan sosok kakek yang tengah tenggelam di alam tapa semadinya tersebut.  Rupanya bayangan putih itu adalah sosok seekor harimau berwarna putih yang berukuran cukup besar. Harimau putih ini tampak tidak lazim untuk harimau pada umumnya, bukan karena ukurannya yang sedikit lebih besar, melainkan sebuah mahkota yang bertengger diatas kepalanya.

“Ghraaum... ”

Terdengar harimau putih itu mengerang pendek dan pelan. Kedua mata sikakek terlihat terbuka, ternyata bukan hanya wajah dan pakaiannya yang putih bersih. Kedua mata sikakekpun bersih. Berwarna putih.

“Ghraaum... ”

Kembali terdengar harimau putih mengerang pendek.

“Bayi?” terdengar sikakek berkata dengan wajah terkejut. Rupanya sikakek mengerti arti ucapan si harimau putih.

“Ghraaum... ”

Erangan pendek harimau putih kali ini langsung ditangapi oleh sikakek dengan bangkit dari tempatnya melakukan semadi. ”Ayo kita kesana Raja Meru” kata sikakek pada harimau putih yang rupanya memiliki nama Raja Meru. Bersama lalu keduanya lalu melesat berkelebat keluar goa.

-o0o-

Kakek dan si harimau putih tiba disebuah tempat yang berupa padang rerumputan yang dikelillingi oleh bebatuan besar disekelilingnya. Pepohonan tampak tumbuh disekitar tempat itu, diujung tebing terlihat sebuah pemandangan yang indah, dimana dari atas tempat itu. Pemandangan yang ada dibawah Gunung Semeru terlihat sangat jelas. Awan-awan putih yang berjalan berarak terlihat disana sini, sehingga saat kita berdiri dipuncak gunung itu. Kita seperti berada di atas awan. Sungguh indah sekali.

Tapi, bukan keindahan tempat ini yang akan kita bahas kali ini. Di mana diantara padang rerumputan yang menghijau itu tampak tergeletak sesosok bayi mungil yang sesekali terlihat menggerakkan tangannya keatas, diatasnya terlihat 10 gelang kecil yang berputar-putar. Rupanya bayi mungil ini tengah berusaha menangkap gelang-gelang kecil yang berseliweran diatasnya. Mereka seperti tengah bermain-main. Sesekali terlihat bayi mungil ini tertawa tergelak-gelak saat hampir berhasil memegang gelang-gelang kecil itu.

Pemandangan ini pula yang membuat melongo Kakek dan si harimau putih yang kini saling memandang satu sama lain. Si kakek lalu melangkah mendekati sosok si bayi, tapi beberapa langkah lagi tiba dihadapan si kecil. Tiba-tiba saja 10 gelang kecil yang tadi sedang asyik bermain bersama si bayi tampak memisahkan diri. 5 gelang tetap bermain bersama si bayi, sedangkan 5 gelang lagi tampak bergerak memisahkan diri dan kini melayang berjejer dihadapan si Kakek dan si harimau putih, seakan-akan menghadang langkah si Kakek dan si harimau putih.

Si Kakek dan si harimau putih menghentikan langkah. Si kakek tampak menatap lekat-lekat kearah 5 gelang yang kini tampak melayang berjejer dihadapannya. Walaupun bentuknya kecil, tapi sikakek sepertinya mengenali kelima gelang itu.

“Walaupun bentuknya kecil, tapi aku yakin. Ini adalah ‘Gelang Dewa’ milik Barata, menantuku itu!” kata sikakek membatin. Ternyata sikakek adalah Begawan Tapa Pamungkas. Begawan Tapa Pamungkas memang pernah melihat Barata mengenakan gelang-gelang itu dikedua tangannya. Hingga sampai saat Barata menikah dengan putrinya, Ratri Kumala. Begawan Tapa Pamungkas tak pernah melihat lagi gelang-gelang itu.

“Astaga! Jangan-jangan!” wajah Begawan Tapa Pamungkas tampak berubah saat baru menyadari akan sesuatu. Begawan Tapa Pamungkas tampak menatap lekat-lekat kearah sosok bayi mungil yang masih asyik bermain dengan gelang-gelang yang melayang diatas kepalanya.

“Jika dia memang putra Barata dan Ratri Kumala, lalu dimana mereka?” membatin Begawan Tapa Pamungkas seraya menatap kesekeliling tempat itu. Setelah merasa yakin tak merasakan hawa keberadaan manusia selain dirinya ditempat itu. Begawan Tapa Pamungkas kembali mengalihkan pandangannya kearah si bayi. Sejenak terlihat kedua mata putih Begawan Tapa Pamungkas tampak berkerut. Samar-samar Begawan Tapa Pamungkas dapat melihat di lengan kiri si bayi sebuah rajah naga melingkar. Tapi ada yang aneh dengan rajah naga melingkar itu, biasanya rajah yang ada ditubuh manusia itu akan menyatu dengan warna kulit, tapi rajah naga melingkar di lengan kiri sibayi justru memiliki warna.

“Naga Emas” batin Begawan Tapa Pamungkas semakin heran dengan rajah naga itu.

Werrr...!

Kedua mata putih Begawan Tapa Pamungkas tampak semakin membesar saat melihat rajah naga melingkar itu tiba-tiba saja bergerak, tubuhnya yang melingkar perlahan bergerak keluar dari punggung lengan si bayi. Hal ini membuat Begawan Tapa Pamungkas semakin terkejut bukan kepalang.

“Ghhraaaumm!”

Raja Meru mengaum dahsyat. Begawan Tapa Pamungkas menolehkan pandangannya kearah Raja Meru yang terlihat telah bersikap waspada.

“Tenanglah Raja Meru” kata Begawan Tapa Pamungkas lembut seraya menepuk-nepuk punggung Raja Meru.

Begawan Tapa Pamungkas kembali mengalihkan pandangannya kearah depan, terlihat bagaimana sosok Naga Emas kecil kini tampak sudah berada diatas si bayi dan terus melesat keatas. Semakin keatas terlihat sosok sang naga mulai membesar dan terus membesar dan ini pula yang membuat wajah Begawan Tapa Pamungkas semakin berubah. Kini sosok sang Naga Emas telah berukuran sempurna, seperti naga-naga pada umumnya. Besar dan panjang. Terlihat bagaimana sosok sang naga hampir memenuhi langit diatas Gunung Semeru..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status