Share

Bab 4

Penulis: putri utara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-18 00:05:59

Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa, dalam kosmologi Hindu Semeru diartikan sebagai pusat jagat raya orang-orang menjulukinya sebagai gunung tempat bersemayamnya para Dewa. Puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Mahameru. Penamaan puncak Mahameru ini menurut legenda ada kaitannya dengan sebutan Paku Pulau Jawa. Istilah Mahameru berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Meru Agung. Kata Meru berarti”pusat jagat raya", sedangkan Agung berarti”besar". Di dalam kitab kuno Tantu Pagelaran disebutkan, bahwa suatu saat Pulau Jawa mengapung terombang-ambing di lautan. Kemudian, Batara Guru yang dianggap sebagai sosok penguasa tunggal memerintahkan para dewa dan raksasa agar memindahkan Gunung Mahameru di India, untuk menjadikannya sebagai paku Pulau Jawa agar tidak terombang-ambing. Para dewa dan raksasa kemudian meletakkan Gunung Mahameru di bagian barat Pulau Jawa. Namun, disebabkan timur Pulau Jawa posisinya terjungkit ke atas, hingga akhirnya gunung tersebut dipindah ke bagian timur. Dalam perjalanan pemindahannya, Gunung Mahameru berceceran dan membentuk beberapa gunung lainnya di Pulau Jawa. Pada saat diletakkan, posisinya miring ke utara sehingga ujung gunung ini dikisahkan dipotong dan potongannya diletakkan di barat laut. Potongannya ini disebut Gunung Pawitra yang sekarang ini dikenal sebagai Gunung Penanggungan.

Di salah satu wilayah disebelah selatan Gunung Semeru, terdapat banyak goa-goa yang terdapat ditebing-tebing gunung. Diantara banyaknya goa-goa itu, kita coba melihat kesalah satu goa yang cukup besar. Di dalamnya tampak seorang lelaki berusia tujuh puluh tahun dengan pakaian putih bersih. Wajahnyapun putih bersih. Rambutnya yang putih memanjang digelung ke atas. Sedang jenggotnya yang juga putih bersih dibiarkan tergerai. Kakek ini tampak tengah tenggelam di alam tapa semadinya.

“Ghhraaaumm!”

Terdengar suara auman keras sang raja hutan dari arah luar goa, hingga membuat goa itu bergetar karena sangking kerasnya auman suara sang raja hutan tersebut.

Weerrr...!

Tak lama kemudian, sekelebatan bayangan putih tampak memasuki goa tersebut dan berhenti tepat didepan sosok kakek yang tengah tenggelam di alam tapa semadinya tersebut.  Rupanya bayangan putih itu adalah sosok seekor harimau berwarna putih yang berukuran cukup besar. Harimau putih ini tampak tidak lazim untuk harimau pada umumnya, bukan karena ukurannya yang sedikit lebih besar, melainkan sebuah mahkota yang bertengger diatas kepalanya.

“Ghraaum... ”

Terdengar harimau putih itu mengerang pendek dan pelan. Kedua mata sikakek terlihat terbuka, ternyata bukan hanya wajah dan pakaiannya yang putih bersih. Kedua mata sikakekpun bersih. Berwarna putih.

“Ghraaum... ”

Kembali terdengar harimau putih mengerang pendek.

“Bayi?” terdengar sikakek berkata dengan wajah terkejut. Rupanya sikakek mengerti arti ucapan si harimau putih.

“Ghraaum... ”

Erangan pendek harimau putih kali ini langsung ditangapi oleh sikakek dengan bangkit dari tempatnya melakukan semadi. ”Ayo kita kesana Raja Meru” kata sikakek pada harimau putih yang rupanya memiliki nama Raja Meru. Bersama lalu keduanya lalu melesat berkelebat keluar goa.

-o0o-

Kakek dan si harimau putih tiba disebuah tempat yang berupa padang rerumputan yang dikelillingi oleh bebatuan besar disekelilingnya. Pepohonan tampak tumbuh disekitar tempat itu, diujung tebing terlihat sebuah pemandangan yang indah, dimana dari atas tempat itu. Pemandangan yang ada dibawah Gunung Semeru terlihat sangat jelas. Awan-awan putih yang berjalan berarak terlihat disana sini, sehingga saat kita berdiri dipuncak gunung itu. Kita seperti berada di atas awan. Sungguh indah sekali.

Tapi, bukan keindahan tempat ini yang akan kita bahas kali ini. Di mana diantara padang rerumputan yang menghijau itu tampak tergeletak sesosok bayi mungil yang sesekali terlihat menggerakkan tangannya keatas, diatasnya terlihat 10 gelang kecil yang berputar-putar. Rupanya bayi mungil ini tengah berusaha menangkap gelang-gelang kecil yang berseliweran diatasnya. Mereka seperti tengah bermain-main. Sesekali terlihat bayi mungil ini tertawa tergelak-gelak saat hampir berhasil memegang gelang-gelang kecil itu.

Pemandangan ini pula yang membuat melongo Kakek dan si harimau putih yang kini saling memandang satu sama lain. Si kakek lalu melangkah mendekati sosok si bayi, tapi beberapa langkah lagi tiba dihadapan si kecil. Tiba-tiba saja 10 gelang kecil yang tadi sedang asyik bermain bersama si bayi tampak memisahkan diri. 5 gelang tetap bermain bersama si bayi, sedangkan 5 gelang lagi tampak bergerak memisahkan diri dan kini melayang berjejer dihadapan si Kakek dan si harimau putih, seakan-akan menghadang langkah si Kakek dan si harimau putih.

Si Kakek dan si harimau putih menghentikan langkah. Si kakek tampak menatap lekat-lekat kearah 5 gelang yang kini tampak melayang berjejer dihadapannya. Walaupun bentuknya kecil, tapi sikakek sepertinya mengenali kelima gelang itu.

“Walaupun bentuknya kecil, tapi aku yakin. Ini adalah ‘Gelang Dewa’ milik Barata, menantuku itu!” kata sikakek membatin. Ternyata sikakek adalah Begawan Tapa Pamungkas. Begawan Tapa Pamungkas memang pernah melihat Barata mengenakan gelang-gelang itu dikedua tangannya. Hingga sampai saat Barata menikah dengan putrinya, Ratri Kumala. Begawan Tapa Pamungkas tak pernah melihat lagi gelang-gelang itu.

“Astaga! Jangan-jangan!” wajah Begawan Tapa Pamungkas tampak berubah saat baru menyadari akan sesuatu. Begawan Tapa Pamungkas tampak menatap lekat-lekat kearah sosok bayi mungil yang masih asyik bermain dengan gelang-gelang yang melayang diatas kepalanya.

“Jika dia memang putra Barata dan Ratri Kumala, lalu dimana mereka?” membatin Begawan Tapa Pamungkas seraya menatap kesekeliling tempat itu. Setelah merasa yakin tak merasakan hawa keberadaan manusia selain dirinya ditempat itu. Begawan Tapa Pamungkas kembali mengalihkan pandangannya kearah si bayi. Sejenak terlihat kedua mata putih Begawan Tapa Pamungkas tampak berkerut. Samar-samar Begawan Tapa Pamungkas dapat melihat di lengan kiri si bayi sebuah rajah naga melingkar. Tapi ada yang aneh dengan rajah naga melingkar itu, biasanya rajah yang ada ditubuh manusia itu akan menyatu dengan warna kulit, tapi rajah naga melingkar di lengan kiri sibayi justru memiliki warna.

“Naga Emas” batin Begawan Tapa Pamungkas semakin heran dengan rajah naga itu.

Werrr...!

Kedua mata putih Begawan Tapa Pamungkas tampak semakin membesar saat melihat rajah naga melingkar itu tiba-tiba saja bergerak, tubuhnya yang melingkar perlahan bergerak keluar dari punggung lengan si bayi. Hal ini membuat Begawan Tapa Pamungkas semakin terkejut bukan kepalang.

“Ghhraaaumm!”

Raja Meru mengaum dahsyat. Begawan Tapa Pamungkas menolehkan pandangannya kearah Raja Meru yang terlihat telah bersikap waspada.

“Tenanglah Raja Meru” kata Begawan Tapa Pamungkas lembut seraya menepuk-nepuk punggung Raja Meru.

Begawan Tapa Pamungkas kembali mengalihkan pandangannya kearah depan, terlihat bagaimana sosok Naga Emas kecil kini tampak sudah berada diatas si bayi dan terus melesat keatas. Semakin keatas terlihat sosok sang naga mulai membesar dan terus membesar dan ini pula yang membuat wajah Begawan Tapa Pamungkas semakin berubah. Kini sosok sang Naga Emas telah berukuran sempurna, seperti naga-naga pada umumnya. Besar dan panjang. Terlihat bagaimana sosok sang naga hampir memenuhi langit diatas Gunung Semeru..

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jejaka Emas   Bab 31

    Klanggg...!"Hugh...!?"Tubuh Jejaka Emas terjengkang ke belakang beberapa tombak jauhnya. Selintas tadi terlihat Algojo Hijau menempelkan kedua tapak tangannya di punggung Ratu Bulan, begitu Jejaka memapak serangan tusukan tombak berujung bulan sabit. Melihat hal ini Jejaka Emas terperanjat. Dia tahu kalau kakek berkepala gundul itu tengah menyalurkan tenaga dalam. Tenaganya disatukan dengan tenaga nenek itu, lalu bersama-sama menghadapi tenaga Jejaka.Tak pelak lagi, perpaduan dua tenaga dalam dahsyat itu tidak dapat ditahan Jejaka Emas. Untung saja beradunya tenaga dalam tadi terjadi secara tidak langsung melainkan melalui perantara. Sehingga akibatnya tidak terlalu berarti bagi Jejaka Emas. Pemuda berpakaian merah keemasan ini hanya merasa sedikit sesak pada dadanya.Dengan bantuan gelang dewanya, gerakan sesulit apa pun akan sama seperti gerakan biasa. Sehingga walaupun Jejaka berada dalam keadaan kritis, dan serangan Ratu Bulan kembali menyambar cep

  • Jejaka Emas   Bab 30

    Sekali mengelak, Jejaka Emas telah berada di belakang Ratu Bulan. Tapi sebelum pemuda itu sempat melepaskan serangan, Algojo Hijau telah terlebih dulu menyerangnya. Terpaksa Jejaka mengurungkan niat untuk menyerang Ratu Bulan. Dan dengan cepat pula dielakkannya serangan kakek itu. Dan belum juga sempat membalas, kembali serangan Ratu Bulan telah mengancam. Tentu saja hal ini membuat Jejaka Emas kewalahan menghadapi hujan serangan dahsyat yang saling susul.Tak tanggung-tanggung, Jejakapun langsung menggunakan jurus-jurus gelang dewanya untuk menyerang lawannya. Tapi rupanya kedua lawannya sangat tangguh, sehingga dalam beberapa gebrak kemudian, ketiga orang ini pun sudah terlibat sebuah pertarungan berat sebelah. Jejaka Emas terus-menerus didesak lawannya, tanpa mampu balas menyerang.Untunglah pemuda bermata biru ini memiliki jurus 'Naga Pamungkas' yang sangat aneh sehingga dapat mengelakkan serangan yang bagaimanapun sulitnya. Dan berkat jurus inilah Jejaka Emas mamp

  • Jejaka Emas   Bab 29

    Algojo Hijau manggut-manggut."Bisa kuterima alasanmu, Jejaka Emas""Terima kasih, Kek!""Jangan'terburu-buru berterima kasih, Jejaka Emas!" sergah Ratu Bulan cepat. "Urusan kami denganmu kini tidak hanya satu macam!" Jejaka mengerutkan keningnya."Apa maksudmu, Nek?""Tidak usah berpura-pura, Jejaka Emas!Bukankah kau yang telah membunuh majikan kami!”"Membunuh majikan kalian"! Aneh"! Kalau boleh kutahu, siapa majikan kalian?" tanya Jejaka. Kerut pada dahinya pun semakin dalam."Seorang pemuda bersenjata sepasang kapak warna perak mengkilat!""Dia majikan kalian?" tanya Jejaka Emas Nada suaranya mengandung keheranan yang besar. "Ya! Karena begitulah bunyi perjanjian antara kami dengannya!" selak Algojo Hijau. "Kami bertemu dan bertempur. Dengan licik dia memancing kami ke dalam suatu perjanjian. Yaitu, apabila dalam tiga puluh jurus kami tidak berhasil merobohkannya, dia akan menjadi majikan kami! Jadi, terpaksa

  • Jejaka Emas   Bab 28

    Tapi untuk yang kesekian kalinya, dengan mempergunakan jurus 'Naga Pamungkas' Jejaka berusaha menghindarinya. Dan tahu-tahu tubuh Jejaka telah berada di belakang Darba. Sebelum pemuda berbaju coklat itu sadar, Jejaka sudah melancarkan serangan baliknya.Wuuut..! Hantaman tangan Jejaka melayang ke arah kepala Darba. Murid Ki Jatayu ini terperanjat kaget Maka sedapat dapatnya dirundukkan kepalanya untuk menghindari sambaran tangan lawan.Wusss...! Usaha untung-untungannya berhasil juga. Tangan itu lewat di atas kepalanya. Tapi, Jejaka tidak tinggal diam. Segera dilancarkan serangan susulan.Bukkk...!"Huakkk...!"Telak sekali pukulan tangan kiri Jejaka Emas mendarat di punggung Darba. Keras bukan main, sehingga tubuh pemuda itu terjerembab ke depan.Cairan merah kental terlontar keluar dari mulutnya. Jelas pemuda berbaju coklat itu terluka dalam!Namun kekuatan tubuh murid Ki Jatayu ini memang patut dipuji. Sekalipun sudah terluka parah

  • Jejaka Emas   Bab 27

    Jejaka terpaku sesaat. Tapi tak lama kemudian amarahnya melonjak."Hiyaaa...!"Sambil berteriak melengking nyaring memekakkan telinga, Jejaka Emas menerjang Darba.Wut...! Ketika serangan gelang dewa Jejaka Emas terayun deras ke arah kepala Darba, pemuda berbaju coklat itu menarik kepalanya ke belakang tanpa menarik kakinya.Wusss...! Gelang dewa itu meluncur deras beberapa rambut di depan wajah Darba. Begitu kerasnya tenaga yang terkandung dalam serangan itu, sehingga rambut berikut seluruh pakaian Darba berkibar keras. Dan cepat-cepat pemuda berbaju coklat itu memberi serangan balasan yang tidak kalah berbahayanya.Wuuut...! Cepat bagai kilat kakinya melesat ke arah dada Jejaka Emas. Sadar akan bahaya besar mengancam, Jejaka segera menangkis serangan itu dengan tangan kirinya disertai tetakan ke bawah.Takkk...! Tubuh Darba melintir. Memang bila dibanding Jejaka Emas, posisi pemuda berbaju coklat itu lebih tidak menguntungkan.Namun

  • Jejaka Emas   Bab 26

    Sementara itu pertarungan antara Cakar Garuda menghadapi pengeroyokan anak buah Darba, berlangsung tidak seimbang. Kepandaian Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas itu, memang terlalu tangguh untuk para pengeroyoknya. Setiap kali besi berbentuk cakar di tangannya bergerak, setiap kali pula ada satu nyawa melayang. Jerit kematian terdengar saling susul."Aaa...!"Pekik nyaring melengking panjang, mengiringi rubuhnya orang terakhir para pengeroyok itu. Cakar Garuda memandangi tubuh-tubuh yang terkapar itu sejenak, baru kemudian beralih pada pertarungan antara Jejaka Emas menghadapi Darba. Terdengar suara bergemeletuk dari gigi-gigi Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas ini. Amarahnya langsung bangkit ketika melihat orang yang dicari-carinya, karena telah membasmi perguruannya."Hiyaaa...!"Diiringi pekik kemarahan laksana binatang terluka, Cakar Garuda melompat menerjang Darba, ketika pemuda itu tengah melentingkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari serangan Je

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status