Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa, dalam kosmologi Hindu Semeru diartikan sebagai pusat jagat raya orang-orang menjulukinya sebagai gunung tempat bersemayamnya para Dewa. Puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Mahameru. Penamaan puncak Mahameru ini menurut legenda ada kaitannya dengan sebutan Paku Pulau Jawa. Istilah Mahameru berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Meru Agung. Kata Meru berarti”pusat jagat raya", sedangkan Agung berarti”besar". Di dalam kitab kuno Tantu Pagelaran disebutkan, bahwa suatu saat Pulau Jawa mengapung terombang-ambing di lautan. Kemudian, Batara Guru yang dianggap sebagai sosok penguasa tunggal memerintahkan para dewa dan raksasa agar memindahkan Gunung Mahameru di India, untuk menjadikannya sebagai paku Pulau Jawa agar tidak terombang-ambing. Para dewa dan raksasa kemudian meletakkan Gunung Mahameru di bagian barat Pulau Jawa. Namun, disebabkan timur Pulau Jawa posisinya terjungkit ke atas, hingga akhirnya gunung tersebut dipindah ke bagian timur. Dalam perjalanan pemindahannya, Gunung Mahameru berceceran dan membentuk beberapa gunung lainnya di Pulau Jawa. Pada saat diletakkan, posisinya miring ke utara sehingga ujung gunung ini dikisahkan dipotong dan potongannya diletakkan di barat laut. Potongannya ini disebut Gunung Pawitra yang sekarang ini dikenal sebagai Gunung Penanggungan.
Di salah satu wilayah disebelah selatan Gunung Semeru, terdapat banyak goa-goa yang terdapat ditebing-tebing gunung. Diantara banyaknya goa-goa itu, kita coba melihat kesalah satu goa yang cukup besar. Di dalamnya tampak seorang lelaki berusia tujuh puluh tahun dengan pakaian putih bersih. Wajahnyapun putih bersih. Rambutnya yang putih memanjang digelung ke atas. Sedang jenggotnya yang juga putih bersih dibiarkan tergerai. Kakek ini tampak tengah tenggelam di alam tapa semadinya.
“Ghhraaaumm!”
Terdengar suara auman keras sang raja hutan dari arah luar goa, hingga membuat goa itu bergetar karena sangking kerasnya auman suara sang raja hutan tersebut.
Weerrr...!
Tak lama kemudian, sekelebatan bayangan putih tampak memasuki goa tersebut dan berhenti tepat didepan sosok kakek yang tengah tenggelam di alam tapa semadinya tersebut. Rupanya bayangan putih itu adalah sosok seekor harimau berwarna putih yang berukuran cukup besar. Harimau putih ini tampak tidak lazim untuk harimau pada umumnya, bukan karena ukurannya yang sedikit lebih besar, melainkan sebuah mahkota yang bertengger diatas kepalanya.
“Ghraaum... ”
Terdengar harimau putih itu mengerang pendek dan pelan. Kedua mata sikakek terlihat terbuka, ternyata bukan hanya wajah dan pakaiannya yang putih bersih. Kedua mata sikakekpun bersih. Berwarna putih.
“Ghraaum... ”
Kembali terdengar harimau putih mengerang pendek.
“Bayi?” terdengar sikakek berkata dengan wajah terkejut. Rupanya sikakek mengerti arti ucapan si harimau putih.
“Ghraaum... ”
Erangan pendek harimau putih kali ini langsung ditangapi oleh sikakek dengan bangkit dari tempatnya melakukan semadi. ”Ayo kita kesana Raja Meru” kata sikakek pada harimau putih yang rupanya memiliki nama Raja Meru. Bersama lalu keduanya lalu melesat berkelebat keluar goa.
-o0o-
Kakek dan si harimau putih tiba disebuah tempat yang berupa padang rerumputan yang dikelillingi oleh bebatuan besar disekelilingnya. Pepohonan tampak tumbuh disekitar tempat itu, diujung tebing terlihat sebuah pemandangan yang indah, dimana dari atas tempat itu. Pemandangan yang ada dibawah Gunung Semeru terlihat sangat jelas. Awan-awan putih yang berjalan berarak terlihat disana sini, sehingga saat kita berdiri dipuncak gunung itu. Kita seperti berada di atas awan. Sungguh indah sekali.
Tapi, bukan keindahan tempat ini yang akan kita bahas kali ini. Di mana diantara padang rerumputan yang menghijau itu tampak tergeletak sesosok bayi mungil yang sesekali terlihat menggerakkan tangannya keatas, diatasnya terlihat 10 gelang kecil yang berputar-putar. Rupanya bayi mungil ini tengah berusaha menangkap gelang-gelang kecil yang berseliweran diatasnya. Mereka seperti tengah bermain-main. Sesekali terlihat bayi mungil ini tertawa tergelak-gelak saat hampir berhasil memegang gelang-gelang kecil itu.
Pemandangan ini pula yang membuat melongo Kakek dan si harimau putih yang kini saling memandang satu sama lain. Si kakek lalu melangkah mendekati sosok si bayi, tapi beberapa langkah lagi tiba dihadapan si kecil. Tiba-tiba saja 10 gelang kecil yang tadi sedang asyik bermain bersama si bayi tampak memisahkan diri. 5 gelang tetap bermain bersama si bayi, sedangkan 5 gelang lagi tampak bergerak memisahkan diri dan kini melayang berjejer dihadapan si Kakek dan si harimau putih, seakan-akan menghadang langkah si Kakek dan si harimau putih.
Si Kakek dan si harimau putih menghentikan langkah. Si kakek tampak menatap lekat-lekat kearah 5 gelang yang kini tampak melayang berjejer dihadapannya. Walaupun bentuknya kecil, tapi sikakek sepertinya mengenali kelima gelang itu.
“Walaupun bentuknya kecil, tapi aku yakin. Ini adalah ‘Gelang Dewa’ milik Barata, menantuku itu!” kata sikakek membatin. Ternyata sikakek adalah Begawan Tapa Pamungkas. Begawan Tapa Pamungkas memang pernah melihat Barata mengenakan gelang-gelang itu dikedua tangannya. Hingga sampai saat Barata menikah dengan putrinya, Ratri Kumala. Begawan Tapa Pamungkas tak pernah melihat lagi gelang-gelang itu.
“Astaga! Jangan-jangan!” wajah Begawan Tapa Pamungkas tampak berubah saat baru menyadari akan sesuatu. Begawan Tapa Pamungkas tampak menatap lekat-lekat kearah sosok bayi mungil yang masih asyik bermain dengan gelang-gelang yang melayang diatas kepalanya.
“Jika dia memang putra Barata dan Ratri Kumala, lalu dimana mereka?” membatin Begawan Tapa Pamungkas seraya menatap kesekeliling tempat itu. Setelah merasa yakin tak merasakan hawa keberadaan manusia selain dirinya ditempat itu. Begawan Tapa Pamungkas kembali mengalihkan pandangannya kearah si bayi. Sejenak terlihat kedua mata putih Begawan Tapa Pamungkas tampak berkerut. Samar-samar Begawan Tapa Pamungkas dapat melihat di lengan kiri si bayi sebuah rajah naga melingkar. Tapi ada yang aneh dengan rajah naga melingkar itu, biasanya rajah yang ada ditubuh manusia itu akan menyatu dengan warna kulit, tapi rajah naga melingkar di lengan kiri sibayi justru memiliki warna.
“Naga Emas” batin Begawan Tapa Pamungkas semakin heran dengan rajah naga itu.
Werrr...!
Kedua mata putih Begawan Tapa Pamungkas tampak semakin membesar saat melihat rajah naga melingkar itu tiba-tiba saja bergerak, tubuhnya yang melingkar perlahan bergerak keluar dari punggung lengan si bayi. Hal ini membuat Begawan Tapa Pamungkas semakin terkejut bukan kepalang.
“Ghhraaaumm!”
Raja Meru mengaum dahsyat. Begawan Tapa Pamungkas menolehkan pandangannya kearah Raja Meru yang terlihat telah bersikap waspada.
“Tenanglah Raja Meru” kata Begawan Tapa Pamungkas lembut seraya menepuk-nepuk punggung Raja Meru.
Begawan Tapa Pamungkas kembali mengalihkan pandangannya kearah depan, terlihat bagaimana sosok Naga Emas kecil kini tampak sudah berada diatas si bayi dan terus melesat keatas. Semakin keatas terlihat sosok sang naga mulai membesar dan terus membesar dan ini pula yang membuat wajah Begawan Tapa Pamungkas semakin berubah. Kini sosok sang Naga Emas telah berukuran sempurna, seperti naga-naga pada umumnya. Besar dan panjang. Terlihat bagaimana sosok sang naga hampir memenuhi langit diatas Gunung Semeru..
Naga Emas itu tampak terbang berputar-putar dipuncak Gunung Semeru. Sementara dibawah, Raja Meru tampak semakin bersikap waspada. Untunglah Begawan Tapa Pamungkas terus menenangkannya dengan mengusap-usap kepalanya. Setelah cukup lama berputar-putar di atas puncak semeru, Naga Emas itu kemudian tampak terbang turun melayang kembali kebawah, lalu berputar-putar diatas tubuh si bayi. Anehnya justru si bayi tampak tertawa tergelak-gelak melihat wujud Naga Emas raksasa yang ada diatasnya, tidak ada sedikit kesan takut apalagi menangis. Bahkan saat sang Naga Emas mendekatkan kepalanya kearah si bayi, tiba-tiba saja si bayi justru menarik kumis panjang si Naga Emas hingga langsung membuat si Naga Emas menjerit dengan keras, entah kaget entah sakit karena kumisnya ditarik oleh si bayi. Hroaagghhh ... ! Jeritan keras si Naga Emas sampai membuat Gunung Semeru bergetar seperti dilanda gempa skala kecil. Tapi hal ini justru membuat si bayi tergelak-gelak tertawa. Begitu gembira sekali seperti
Tiba-tiba saja rajah Naga Emas melingkar yang ada lengan kiri pemuda itu keluar dan membentuk seekor ular Naga Emas raksasa yang kini sudah berada dihadapan Jejaka dan berhadapan langsung dengan ular naga putih tersebut. Hroaagghhh ... ! Naga Emas mengeluarkan suara kerasnya. Tapi tentu saja hal ini hanya terjadi dibatin sang pemuda. Akhirnya perlahan ular naga raksasa putih jadi-jadian itu pun hilang dari pandangan. Ular Naga Emas milik Jejaka terlihat tersenyum sinis, lalu kembali merasuk masuk menjadi rajahan naga melingkar dilengan kiri pemuda itu. “Terima kasih kak” ucap pemuda itu melalui batinnya. Seiring dengan berjalannya waktu, Jejaka memang sudah mengetahui kalau dirinya memiliki kakak yang bersemanyam didalam tubuhnya melalui rajah Naga Emas melingkar dilengan kirinya. Sesekali Naga Emas memang menampakkan dirinya untuk membantu ataupun sekedar menemani Jejaka dalam kesendiriannya. Dari Naga Emas pula, Jejaka banyak mengetahui tentang kedua orangtua mereka yang belum per
Dari gerakan kedua telapak tangannya yang membentuk cakar naga, tercipta serangkum angin kencang yang berkesiur menggoyanggoyangkan dedaunan dalam jarak sepuluh tombak. Belum lagi kalau menilik hawa panas dan dingin yang diakibatkan dari sambaran-sambaran kedua telapak tangannya. Yang sebelah kanan mengandung pukulan sakti 'Tenaga Inti Api', sementara sebelah kiri mengandung pukulan sakti 'Tenaga Inti Es'. Akibatnya pohon-pohon dalam jarak sepuluh tombak yang tadi hanya bergoyang-goyang, kini sebagian ada yang layu dan sebagian membeku. Hebat sekali jurus sakti 'Naga Pamungkas' itu. Begawan Tapa Pamungkas dan Harimau putih, si Raja Meru yang menonton di pinggir tempat latihan, jadi terlongong saking kagumnya. "Hyaaa...!" Tiba-tiba Begawan Tapa Pamungkas yang dari tadi hanya menonton Jejaka telah berkelebat menyongsong tubuh Jejaka yang berkelebatan. Tangan sebelah kanan lelaki tua itu telah berubah menjadi merah penuh 'Tenaga Inti Api'! Sedang tangan kirinya berubah menjadi keputiha
"Nih lihat seranganku. ” Jejaka cepat melenting ke belakang, mengambil jarak. Begitu mendarat, dipasangnya kuda-kuda kokoh. Kedua telapak tangannya yang membentuk cakar naga disilangkan di depan dada, siap mengeluarkan jurus maut 'Naga Pamungkas'. Telapak tangan yang sebelah kanan telah berubah menjadi kemerah-merahan penuh 'Tenaga Inti Api'. Sedang yang kiri telah berubah putih terang penuh 'Tenaga Inti Es'. "Hyaaat. !" Disertai teriakan keras membahana Jejaka mencelat ke udara, menyongsong serangan Begawan Tapa Pamungkas dan Harimau Putih dengan kedua kakinya. "Bagus, Cucuku! Rupanya kau mengalami banyak kemajuan. Tapi, jangan bangga dulu. Sebab belum tentu kami dapat dikalahkan!" Begawan Tapa Pamungkas cepat memapak serangan Jejaka dengan jurus sakti 'Naga Pamungkas'. Sedang Harimau Putih kembali menerkam dengan ganasnya. Dugh! Dugh! Terdengar dua kali benturan tenaga dalam di udara. Akibatnya Jejaka terlempar beberapa tombak. Cepat dia mematahkan lontaran tubuhnya dengan ber
"Senjata apa itu, Eyang? Kok, bentuknya aneh sekali?" tanya Jejaka saking herannya. "Sekarang bukan waktunya bercakap-cakap! Pokoknya, lihat saja bagaimana senjata ini membuat tubuhmu babak belur! Bahkan tidak mungkin nyawamu akan cepat minggat dari tubuhmu!" hardik Begawan Tapa Pamungkas, menakut-nakuti. ”Jurus satu!" Begawan Tapa Pamungkas dan Siluman Ular Naga serentak menyerang Jejaka. Dan begitu senjata aneh di tangan lelaki tua ini bergerak menyerang, terlebih dahulu Jejaka merasakan angin dingin berkesiur menyerang tubuhnya. Bahkan dari dua buah gerigi di samping kanan-kiri kepala ular senjata aneh itu bertiup angin kencang yang menyerang Jejaka. Dari sudut lain, Raja Merupun menyerang tak kalah hebat. Bukan main hebatnya serangan mereka, membuat Jejaka benar-benar kewalahan. Serangan Raja Meru memang tidak begitu membahayakan keselamatannya. Karena, Jejaka sudah terbiasa berlatih tanding dengannya. Memang, yang sangat dikhawatirkan adalah serangan Begawan Tapa Pamungkas deng
"Ah...!" pekik Jejaka kebingungan. Sementara itu serangan Raja Meru sudah demikian dekatnya. Tak mungkin Jejaka menangkis serangan. Dan akibatnya... Dugh!”Augh...!" Tanpa ampun lagi, terkaman Raja Meru mendarat telak di dada Jejaka. Tubuhnya terlontar beberapa, tombak disertai pekik tertahan. Keadaan benar-benar tidak menguntungkan bagi Jejaka. Sekujur tubuhnya terasa lemas bukan main. Belum lagi akibat terkaman Raja Meru tadi yang menyebabkan isi dadanya seperti mau pecah! Bahkan dari mulutnya telah menyembur darah segar pertanda terluka dalam. Tidak ada pilihan lain, Jejaka harus cepat mengeluarkan jurus pamungkasnya, yakni 'Titisan Siluman Ular Naga' yang baru saja dikuasai. Setelah berpikir demikian kekuatan batinnya segera dikerahkan untuk melawan suara aneh dari senjata eyangnya, sekaligus untuk mengeluarkan ilmu pamungkasnya. Perlahan-lahan suara-suara aneh dari senjata di tangan Begawan Tapa Pamungkas terdengar lirih di telinga Jejaka. Dan bersamaan dengan itu pula, sekujur
"Ha ha ha...! Bagaimana, Eyang? Apa Eyang masih meragukan kehebatanku? Tidak, kan?" oceh Jejaka tertawa-tawa dari balik asap putih yang masih menyelimuti tubuhnya. ”Tapi ngomong-ngomong, senjata apa yang tadi Eyang gunakan? Kok aneh sekali?" Begawan Tapa Pamungkas menimang-nimang senjata anehnya di tangan. Mata tuanya terus mengamati senjata di tangannya penuh kagum. Mesti masih belum mampu menghadapi Jejaka, namun hatinya sangat bangga memiliki senjata itu. "Hei?! Nampaknya Eyang bangga sekali memiliki senjata itu? Apa Eyang lupa, kehebatan senjata itu belum ada apa-apanya dibanding kehebatanku. ” "Jangan cerewet, Cucuku! Kalau kau belum menguasai ilmu 'Titisan Siluman Ular Naga', jangan harap, mampu menghadapi senjata ini. Bertahun-tahun aku membuat senjata ini. Ini namanya senjata Anak Panah Bercakra Kembar.” “Anak Panah Bercakra Kembar?" ulang Jejaka penuh kagum. Bagaimanapun juga tadi, pemuda ini sempat merasakan kehebatan senjata itu. “Jika sudah tiba saatnya, akan eyang war
Hiaaah...! Wungngng! Jejaka mengarahkan gelang-gelang dewa ditangannya kearah sebuah batu besar yang ada tak jauh disebelah kirinya. Ke-10 ‘Gelang Dewa’ ditangannya langsung memanjang, membentuk seperti sebuah rantai yang sambung menyambung dan langsung mengikat batu besar itu. Dengan ‘Gelang Dewa’nya yang sudah saling satu menyatu membentuk rantai itu, Jejaka mengangkat batu besar itu keatas. Begitu batu itu sudah terangkat tinggi. Jejaka cepat menarik kembali gelang-gelang dewanya kembali kekedua tangannya. Begitu kembali. Dengan sangat cepat Jejaka menghimpun tenaganya, dan ; Heaaa! Jejaka memukulkan kedua tangannya yang sudah terkepal kearah batu besar yang terlihat sudah mulai jatuh kembali kebawah. Wuuuttt! Wuuuttt! Energi cahaya keemasan melesat keluar dari gelang-gelang-gelang dewa yang ada ditangan Jejaka, melesat cepat menuju kearah batu besar itu. Blaaarr! Batu besar itu langsung hancur berkeping-keping terkena energi keemasan dari gelang-gelang dewa. Jejaka tersenyu