Mengisahkan seorang pria berusia 30 tahun bernama Han yang mengalami nasib malang. Di mana dirinya akan mencegat truk yang sedang melaju menuju anak kecil dan mencoba melakukan hal yang sangat berarti dalam hidupnya. Ia berhasil menyelamatkan anak kecil tersebut, tetapi sayang pada akhirnya ia meninggal. Kehidupannya ternyata masih belum berakhir. Han terbangun dalam tubuh bayi ras Phantom. Ia sadar bahwa dirinya telah bereinkarnasi ke dunia lain yang bernama Soffella Realm. Melihat kehidupan sebelumnya yang gagal, ia memutuskan menjadi lebih baik di kehidupan barunya. Lantas, seperti apa kehidupan baru Han di dunia barunya? > Update setiap hari: Goodnovel, Joylada (Baca Gratis). > Update hari senin: Wattpad, Noveltoon. > IG: sonyhandoko_sohan
View MoreTampak seorang pria tengah mengamati pemandangan di atas jembatan yang terbuat dari beton. Tubuhnya kurus dan tinggi, berdiri lesu memegangi pembatas jembatan. Kedua mata sayunya melihat jauh ke depan. Menunjukkan ekspresi wajah yang datar, murung, dan penuh kehampaan.
Pandangannya lalu beralih ke arah kalung kartu tanda karyawan, yang bertuliskan nama ‘Han Reynard’. Beberapa saat, ia mengarahkan kalung pengenalnya ke depan. Dan hal selanjutnya, kalung pengenal tersebut dilepaskan dari genggaman dan hanyut mengikuti arus sungai di bawahnya. Terpampang sangat jelas di wajahnya sebuah beban pikiran yang dipikulnya. Diberhentikan paksa dari perusahaan tempat bekerjanya, tak mendapat uang pesangon, dan kini ia kebingungan ingin kerja apa.Lebih buruk lagi posisi keuangannya sedang menipis, habis untuk membayar kost dan mengangsur utang bank. Sekilas di kepala pria berambut hitam itu berharap dirinya akan mendapat sebuah koper berisi penuh uang lembaran kertas. Dan pikiran liar yang lain jika tak mendapatkan keinginan pertama, ia berpikir dengan gila akan terjun dari tempatnya berdiri, ke bawah sungai yang cukup dalam.Secepat mungkin ia menggelengkan kepala beberapa kali, agar menyadarkan dirinya untuk tak melakukan hal yang buruk.“Jangan berpikir yang tidak-tidak,” batin pria berambut hitam itu, “Ini belum berakhir.”Wajahnya diangkat ke depan, menghirup napas panjang dan mengembuskannya. Ia lalu menggerakkan kakinya mengarah ke kost untuk beristirahat, setelah itu memikirkan rencana ke depannya.Di saat Han sedang berjalan beberapa langkah, di depannya tampak ada anak laki-laki sedang berlari-lari menggiring sebuah bola dengan kaki kecilnya. Wajah bocah tersebut terlihat menjiwai bak pemain sepakbola yang handal.Dari kejauhan Han termenung memandangi tingkah bocah itu, ia sedikit kagum dengan gerakan samba yang dilakukan anak berusia tujuh tahun itu.“Wah … boleh juga bocah ini, kecil-kecil bisa samba.” Han membatin sembari mengamati. “Enak sekali menjadi anak-anak, bisa bermain tanpa memikirkan sebuah beban di hidupnya,” imbuh Han yang mengeluh.Anak laki-laki itu menghentikan gerakan teknik bolanya. Ia berjalan pelan ke arah Han. Berdiam diri seraya mengangkat kepala. Mata milik Han dan si anak saling bertemu. Ada beberapa jeda sebelum mereka mengeluarkan kata dari mulut masing-masing.“Ada apa, Paman? Kok lihat aku terus,” tanya bocah dengan wajah polos.“Jangan panggil aku Paman.” Han merespon dengan nada sedikit kesal. “Aku lihat kamu mahir bermain bola.”“Jelas, dong!” anak laki-laki tersebut menyahut penuh percaya diri. “Nanti besar aku ingin menjadi pemain bola dan bermain di Piala Dunia,” lanjut si anak.Mendengar perkataan dari anak kecil di hadapannya, membuat suasana emosi Han bercampur aduk. Dalam hati ia berkata, “Sepertinya bocah selugu ini belum tau jika Indonesia tidak ada harapan untuk bertanding di Piala Dunia.”Lamunan Han buyar saat si anak bertanya kepadanya. “Paman bisa main bola?”“Asal kamu tau ya dek, dulu waktu aku kecil pernah juara kampung.” Han menjawab dengan nada sedikit menyombongkan diri.“Juara main bola?”“Juara makan kerupuk.”Gelak tawa muncul dari Han, sedangkan si anak senyum masam mendengar lelucon yang sudah kuno dari seorang pria dewasa.“Sini bolanya,” pinta Han agar anak laki-laki di hadapannya mengumpan bola yang berada di kaki.“Paman bisa bermain bola?” Si anak lalu menendang pelan ke arah Han.“Berhenti memanggilku paman, anak kecil.” Han menahan bolanya dengan kaki kanannya, “Lihat, akan kutunjukkan teknik bermain bola ala pemain Brazil.”Han kemudian melakukan juggling, memantul-mantulkan bola ke atas, lalu sesekali memutari bola dengan kaki kanannya. Ia melakukan teknik itu dengan mengganti kaki kanan dan kiri. Setelah cukup puas bermain, Han kemudian melemparkan bola dengan pelan ke arah anak laki-laki di depannya.Karena belum mempersiapkan diri, si anak gugup untuk menangkap bola dengan kakinya. Alhasil, bola itu meleset darinya. Ia mengeluh kesal kepada Han. Mengejar bola yang menggelinding ke tengah jalan. Dirinya terlihat seperti ingin menangkap seekor ayam jago untuk dijadikan opor atau ayam bakar.Merasa dirinya salah, Han menampilkan ekspresi tidak enak, ia meminta maaf sambil melemparkan senyum kecil dan mengangkat tangan kanannya setengah ke atas.“Maaf, aku ti-.”Kedua mata Han melebar, ketika dari arah jauh depannya melaju sebuah truk dengan kecepatan yang tidak normal. Insting Han seketika mencoba ingin memberitahukan bahwa bahaya akan terjadi pada anak itu.Dan benar, pengendara truk membunyikan klakson berulang kali. Si pengendara tak sanggup menghentikan kendaraannya dikarenakan rem depan maupun belakang tak dapat berfungsi dengan baik.Si anak yang mendengar bunyi klakson, sontak menoleh ke arah sumber suara. Dirinya bergidik, tak sanggup menggerakkan kaki kecilnya. Bahkan ia tak mampu mengeluarkan suara dari mulutnya.“Bocah, awas!” teriak Han sembari berlari menuju anak laki-laki.Seolah waktu melambat, saat itu juga pikiran di kepala Han muncul satu-persatu. Tak beraturan.“Apa aku bisa menyelamatkannya? Jangan sampai telat. Kenapa truk itu tidak berhenti? Kumohon selamatkan anak kecil ini, Tuhan,” kata Han dalam hati.Tangan kiri Han berhasil menyentuh pundak anak kecil tersebut. Lalu dirinya mendorong sekuat tenaga ke trotoar. Si anak menutup mata dan jatuh.Syukur, Han berhasil tepat waktu menyelamatkan anak kecil. Namun, malangnya … bagian depan truk telah menyentuh tubuh Han. Ia merasakan hantaman yang sangat keras, saking kerasnya membuat tubuh laki-laki tersebut terpental ke belakang dan membentur aspal jalanan.Han tersungkur dengan bersimbah darah di bagian kepala. Napasnya cepat tak beraturan, penglihatan yang dapat ditangkap perlahan mulai kabur. Ia ingin mengucapkan suatu kata, tapi apa daya di bagian mulutnya mengeluarkan darah yang banyak. Bahkan, ia merasakan berat di dada untuk bernapas.Di sisa kesadaran yang ia miliki, beberapa kali telinganya mendengar suara dari anak kecil.“Paman, Paman, jangan mati!” teriak si anak berulang kali. Wajahnya tampak ketakutan dan sedih.Dalam hati Han berkata, “Sudah kubilang, jangan panggil aku paman … untung ka-kamu … sela-mat … bocah …”Di sisi lain, Han memikirkan semua bebannya. Masalah hidup, karir, percintaan, dan hutang yang ia takuti akan memberatkan dirinya saat di akhirat.Kemudian, ia melihat kilas balik masa hidupnya dulu. Dirinya yang masih kecil ditemani oleh ibu, ayah, dan adiknya. Namun, mereka—keluarga yang ia cintai—telah pergi satu-persatu persis seperti dirinya yang akan menyusul mereka. Seluruh tubuh Han menjadi dingin, kulitnya tampak memucat. Ia sudah tak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Bahkan, ia sudah tak bisa merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Pelan-pelan jantungnya berhenti berdetak dan matanya menjadi kosong.Gelap dan dingin …Sebuah akhir dari pria yang bernama Han Reynard.Asmodeus berjalan pelan menuju Han dan Temuo terkapar di tanah. Tampak dua tubuh yang telah dihanguskan dengan sihir apinya. Ada rasa puas di raut wajahnya, tetapi itu bertahan lama.Mendadak dua jasad orang tewas di depannya lenyap menjadi debu. Asmodeus menunjukkan ekspresi terkejut. Matanya melebar dan giginya mengertakkan giginya.“Apa? Bayangan?” Wajah Asmodeus berubah menjadi merah.Lalu ia melakukan sihir pendeteksi untuk mencari hawa keberadaan Han. Dirinya memejamkan mata sebentar dan membuka mata, tetapi percobaannya gagal, seolah ada yang menghalangi penglihatannya. Kini dirinya yakin bahwa di bawah reruntuhan itu ada sihir penghalang,Tiba-tiba dari arah belakang ada orang yang berlari. Asmodeus menoleh, matanya menangkap sosok yang dicari. Dengan cepat ia mengejar Han. Sampai di belokan lorong Asmodeus kehilangan jejaknya.Ia berdiri terdiam sejenak. Pandangannya menyapu seisi ruangan, tetapi tak menemukan Han. Mendadak dari belakang muncul sosok Han membelakanginya dan b
“Lari!”Dengan sigap Han langsung berlari menjauh dari pria yang mengincar nyawanya. Sesekali ia melihat ke belakang memastikan kembali sosok orang yang ia kenal sebagai ‘ayah Shiva’ itu hanya ilusi.“Apa yang terjadi dengan ayah Shiva?” tanya Han sembari berlari di lorong ruangan.“Dia telah dirasuki oleh Asmodeus.” Temuo mendesis berusaha menyamakan kecepatannya lari Han.Mendengar ucapan Temuo dengan nada kesal, Han menebak bahwa sosok yang mengejarnya adalah makhluk yang merepotkan bagi Temuo. Akan tetapi, pikirannya masih terganggu dan ingin memastikan bahwa makhluk yang mengejarnya itu bukan iblis yang diceritakan oleh Temuo.“Apa dia ... kuat?”“Tidak kuat saja, tetapi sangat mematikan.” Setetes keringat Temuo meluncur dari dahinya. “Dari ketiga belas iblis yang terkurung, dialah yang paling berbahaya.”Han menelan ludah saat mendengar perkataan tersebut. Dalam kondisi saat ini, dirinya dituntut berpikir cepat dalam mengambil keputusan.“Pasti ada cara mengalahkan dia,” ujar Ha
Wajah Han kini terlihat sangat terkejut setelah sosok kegelapan menceritakan kisah yang ada di dinding. Kejadian tiga ratus silam benar-benar membuat tercengang hingga dirinya tidak banyak berbicara.Meskipun begitu, Han belum mempercayai sosok kegelapan dan masih mewaspadai gerak-geriknya.“Apa dia bisa dipercaya?” Han bertanya dalam hatinya yang gelisah. “Namun, ke depannya dia akan sangat membantu untuk menghadapi bahaya.”Melihat Han yang termenung cukup lama, sosok kegelapan mengucapkan kata untuk memecah keheningan. “Jika kamu masih ragu padaku, akan kutuntun ke lokasi pedang phantom berada.”“Kamu pasti sudah tau apa isi pikiranku, bukan? Apa alasan aku harus mempercayaimu?” Mata Han menatap sosok kegelapan yang melayang.Sosok kegelapan menghela napas. “Aku tidak akan menyuruhmu mempercayai diriku seratus persen. Akan tetapi, di luar sana ada beberapa iblis yang perlu dihentikan agar tidak membunuh para phantom.”Han memejamkan kedua mata. Mulutnya terkatup setelah mendengar p
Siluet hitam merah menyadari bahwa kekuatan yang dimilikinya belum pulih total. Bahkan, kemampuannya mengendalikan pikiran tidak berpengaruh kepada anak-anak. lantas ia menyuruh Shiva kembali ke rumah agar tidak membuat keributan.Kemudian siluet hitam merah membuat portal gerbang untuk menuju ke suatu tempat. Shiva yang melihatnya terkejut dengan hal yang terjadi di hadapannya. Gadis kecil tersebut mematung, tak menyangka ayahnya dapat melakukan hal itu.Sebelum siluet hitam merah berjalan ke portal, mendadak terdengar suara dari arah belakang Shiva.“Apa aku boleh menyerapnya?”Shiva terperanjat dengan kedua mata yang melebar. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ia tak berani membalikkan badannya ke arah sumber suara.Shiva membatin sambil mengepal kedua tangannya. “Menyerap? Apa maksudnya?”Siluet hitam merah menoleh sedikit ke belakang. “Oh, rupanya kamu.”Terlihat sosok siluet hitam jingga berdiri tepat di belakang Shiva yang tampak ketakutan.“Jika itu anak kecil, kamu boleh mem
Setelah memasuki tubuh salah satu warga desa, siluet hitam merah secara tidak langsung melihat kenangan orang yang dirasukinya. Dalam ingatan itu ia melihat seorang wanita dan anak perempuan."Shiva," kata siluet hitam merah.Ia juga melihat ingatan lain tentang percakapan orang yang dirasukinya dengan anak perempuan yang bernama Shiva."Apa anak-anak jahat lagi kepadamu?""He'em," kata Shiva sambil mengangguk, "tapi ada anak laki-laki yang membantuku.""Benarkah?"Shiva mendekapkan kedua tangannya pada dada. "Iya, namanya Han. Dia orang baik. Bahkan, mau mengobati lukaku. Cuma aku sedikit takut." "Takut kenapa?""Dia ... kelihatan tidak seperti anak-anak lain yang takut ke gua terlarang."Sosok siluet kembali sadar. Ada rasa penasaran dalam dirinya untuk bertemu dengan anak yang bernama Han. Ia juga menduga anak itu adalah tujuan sosok kegelapan yang telah kabur.Ia menggerakkan tangan kirinya memutar ke depan. Secara bersamaan muncul sebuat portal yang berwarna hitam. Portal yang t
Beberapa jam yang lalu ..."Pertunjukan akhirnya dimulai! Hari ini, desa Smohill akan muncul bunga-bunga merah bermekaran," kata sosok kegelapan sambil tertawa lepas."Silvanna, tunggu aku keluar dari sini!"Saat sosok kegelapan selesai berkata dan memejamkan mata, tiba-tiba terdengar beberapa suara yang berbicara satu persatu."Benar ... tunggu kami."Sosok kegelapan membuka kedua matanya. Matanya melebar melihat beberapa siluet berwarna gelap. Setiap sosok tersebut memiliki satu warna lagi yang berbeda dari yang lain."Bunuh!" teriak siluet hitam dengan sedikit warna merah menyala."Akan menyelamatkanmu ...." Muncul siluet hitam dengan biru dari sebelah siluet hitam merah."Hancurkan semuanya?" tanya siluet hitam ungu.Betapa terkejutnya sosok kegelapan melihat beberapa siluet hitam di hadapannya. Ia merasakan aura membunuh yang sangat kuat dari beberapa bayangan tersebut.Sosok kegelapan membatin. "Sial... aku lupa ada mereka. Apa mereka berhasil melepaskan diri dari rantai yang me
Pertama kalinya Han memasuki tempat yang belum pernah didatangi. Karena terbatasnya pencahayaan, membuat Han harus berhati-hati dalam melangkah. Beruntungnya, dari atas bangunan terdapat beberapa lubang, sehingga sinar matahari bisa masuk untuk menerangi dalam bangunan.Berjalan di lorong Han mengikuti sesuai jalur yang ditemui. Sesekali ia berusaha mengingat kembali pesan ibunya, untuk mengikuti jalur yang tidak ada tempat obor. Saat itu juga ia mengkhawatirkan kondisi ibu dan ayahnya. Ia menyeka air mata dan meneruskan langkah kakinya.Ketika dirinya semakin pergi ke dalam, semakin muncul banyak gambar yang telah samar di dinding. Di antaranya gambar itu berupa beberapa siluet orang-orang berwarna abu-abu dengan tanduk merah kecil.Gambar-gambar yang tidak asing baginya. Seolah pernah melihatnya baru-baru ini. Ia mencoba mengingat kembali di mana pernah menjumpai gambar tersebut. Langkah kakinya terhenti ketika melihat gambar sosok kegelapan dan satu sosok yang membawa pedang bercah
Pertarungan antara Kafui dengan teman-temannya berakhir cepat. Meskipun kalah jumlah, ia berhasil mengalahkan banyak orang seorang diri. Tubuhnya mengalami luka, tetapi tidak separah kawannya."Kena-pa ... kamu tidak mengakhiri kami, Kafui?" tanya Kren dengan mulut mengeluarkan darah.Kafui menatap Kren dan teman-temannya. "Kalian bukan musuhku.""Tapi kami berniat membunuh putramu," ucap Oden dengan kondisi terkapar di lantai."Kenapa kalian ingin menyerang anakku?" Kafui duduk di lantai dengan napas tersengal-sengal."Entahlah, aku tidak tau kenapa harus membunuh anakmu." Haelus menjawab sembari mengingat kembali apa yang telah terjadi.Kafui mengernyitkan alisnya. Ia menjadi bingung dengan jawaban dari kawannya. Hatinya merasa ada yang janggal.Beberapa saat kemudian masuk seorang pria. Menghampiri ketiga teman Kafui yang terbaring."Oh, Ayah Shiva. Anda datang tepat, ada yang ingin kutanyakan tentang apa yang tengah ter-." Ucapan Kafui terhenti saat tiba-tiba perutnya tertusuk ole
Kubah transparan yang mengurung desa tempat tinggal ras Phantom sedikit sulit dijelaskan oleh nalar. Jika dari dalam kubah, orang di dalamnya dapat melihat dari sisi luar, tetapi tidak dapat keluar. Sedangkan di luar kubah, pihak sisi luar tidak dapat melihat ke dalam, tapi dapat masuk. Seakan-akan tidak ada penghalang untuk memasuki kubah.Dulu saat monster atau hewan buas yang tidak sengaja masuk ke dalam kubah, Kafui bersama teman-temannya mengusir, melawan, bahkan memburunya untuk diambil daging dan bagian yang berguna."Oi, Kafui! Ada kawanan mamut masuk ke kubah," ucap seorang pria berbadan besar."Kamu serius, Kren?" Wajah Kafui tampak sedikit tidak percaya.Pria yang berbadan lebih besar dari Kafui itu bernama Kren. Memiliki perawakan tinggi dengan tubuh gempal yang dominan lemak ketimbang otot. Tangan kanannya memegang pedang besar."Apa kamu tidak percaya dengan diriku? Teman seperjuangan dari kecil," ujar Kren dengan nada membanggakan diri.Kafui tertawa kecil sambil mengam
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments