Share

Bab 7

Author: Angin
Dodi menunjukkan ekspresi seakan dia yakin akan mendapatkan Nova untuk malam ini. Dia menduduki jabatan yang cukup tinggi, dan karena jabatan inilah dia sudah mencicipi entah berapa banyak wanita. Awalnya para wanita itu memang menolak, tapi seiring berjalannya waktu, malah mereka sendiri yang berinisiatif mendatangi Dodi.

Sisca juga sama-sama ingin masalah ini cepat terselesaikan, karena jika semuanya sudah beres dan Dodi merasa puas, dia juga yang akan mendapatkan keuntungan.

“Nov, aku tahu selama ini hidup kamu cukup menderita, tapi sekarang kamu sudah cantik, makanya kamu harus bisa manfaatin kecantikan kamu itu. Masa muda cewek itu cuma sebentar. Sayang banget kalau sampai kelewatan,” kata Sisca.

“Nggak, aku sudah punya suami,” bantah Nova.

“Jangan ngelunjak kamu, Nova. Sudah bagus Pak Dodi mau bantuin kamu. Harusnya kamu merasa terhormat. Kalau sampai Pak Dodi merasa tersinggung, jangan harap kamu bisa kerja sama dengan Arthur Group.”

“Chan ….”

Chandra sedikit pun tidak menghiraukan mereka berdua dan langsung menunjuk ke pintu masuk sambil berkata, “Ayo, yang mau kita temui itu presiden direktur di sini, bukan manajer. Dia itu cuma manajer biasa, nggak perlu dimasukkin ke hati.”

“Heh, siapa kamu?” tanya Dodi.

“Minggir.”

Chandra hanya menjawab Dodi dengan satu kata. Mau bagaimanapun juga, Chandra adalah seorang Jenderal Naga. Orang seperti Dodi bahkan tidak pantas untuk berbicara dengannya.

Sementara itu Ihsan sudah dari pagi menunggu kedatangan Nova di lantai paling atas, tempat di mana ruang kantor presiden direktur berada. Mungkin karena gelisah Nova tak kunjung datang setelah ditunggu cukup lama, da pun turun ke lantai dasar untuk menanyakannya kepada resepsionis, tapi sayangnya tidak ada yang namanya Nova datang mencarinya. Akhirnya dia pun jadi semakin panik, karena Nova ini adalah istrinya Jenderal Naga. Jangankan dia, bahkan seisi keluarga Pamungkas yang ada di Diwangsa bisa habis.

Jadinya dia memutuskan untuk menunggu di pintu masuk, dan di sana dia melihat Dodi sedang berbicara dengan dua orang lainnya. Tubuh Ihsan langsung gemetar ketika menyadari salah satu dari dua orang itu adalah Chandra. Dia pun segera mengelap keringat yang menetes di wajahnya dan langsung menghampiri mereka.

“Jen ….”

Namun sebelum Ihsan menyapanya, Chandra sudah memberikan tatapan yang tajam kepadanya, yang membuat Ihsan langsung paham apa maksudnya.

“Nova, itu dia Pak Ihsan. Cepat kejar dia. Bisa atau nggak aku tetap jadi keluarga Kurniawan semua tergantung kamu.”

Nova menoleh ke arah Chandra menunjuk, dan benar saja, di situ dia melihat seorang pria berkepala botak yang tidak lain adalah Ihsan.

“Hahaha, ngawur saja. Pak Ihsan kan masih ada di kantornya,” kata Sisca.

“Nova, ingat apa yang aku bilang. Kalau nggak mau ke hotel, jangan harap bisa kerja sama dengan Arthur Group,” timpal Dodi.

“Ngapain kalian? Kenapa nggak kerja?” tanya Ihsan.

Baik Sisca maupun Dodi langsung berbalik ketika mendengar suara itu, dan raut wajah mereka langsung berubah ketika menyadari Ihsan sudah ada di belakang mereka.

“Pa-Pak Ihsan, selamat pagi.”

Dodi langsung panik karena dia pasti akan dipecat kalau sampai Ihsan mendengar apa yang tadi dia katakan kepada Nova. Saat ini dia hanya bisa berdoa Ihsan tidak mendengar semua itu.

“Ada apa ini?” tanya Ihsan.

“H-halo, Pak Ihsan. Saya Nova Kurniawan dari Yorda Group. Hari ini saya mewakili Yorda Group untuk mengajukan kerja sama dengan perusahaan Bapak.”

Rivera juga dikenal sebagai Kota Obat. Kota ini ada banyak sekali perusahaan yang menekuni bidang pengolahan obat, dan mereka semua bergantung kepada perusahaan besar untuk bertahan hidup. Skala perusahaan Yorda Group memang tidak besar, dan mereka masih jauh dari kata layak untuk menjalin kerja sama dengan Arthur Group.

“Aku tanya kenapa kalian berdua ada di sini,” kata Ihsan seraya menatap Dodi dan Sisca.

Chandra yang dari tadi diam saja akhirnya buka suara, “Istriku datang untuk ngomongin soal kerja sama, tapi si manajer ini malah menyalahgunakan jabatannya dan nggak mau kasih kesempatan buat Yorda Group buat kerja sama. Aku rasa sebagai perusahaan besar, Arthur Group seharusnya bisa bertindak adil soal ini.”

“Ya, benar juga. Kayaknya ada internal perusahaan memang ada yang nggak beres. Kamu namanya Dodi, ‘kan? Pergi ke bagian keuangan sekarang juga untuk hitung gaji, habis itu pergi dari sini,” kata Ihsan.

“Eh? Pa-Pak Ihsan jangan mau dengar omong kosong anak ini. Yorda Group itu cuma perusahaan kecil, mereka nggak layak kerja sama dengan kita. Orderan dari Arthur Group cuma dikasih ke perusahaan yang memang mampu. Justru mereka yang resek, makanya saya sengaja mempersulit mereka. Pak Ihsan, saya begini juga demi kebaikan perusahaan.”

“Perlu aku kasih tahu dua kali? Kamu juga, cepat beresin barang-barang kamu dan pergi dari sini,” tutur Ihsan sambil menunjuk Sisca. Lalu dia kembali melayani Nova dan berkata, “Bu Nova dari Yorda Group, ya? Yuk, kita ke kantor saya saja, biar saya yang urus langsung.”

Nova masih kebingungan dengan sikap Ihsan sampai dia termangu. Sejak kapan presiden direktur Arthur Group jadi begitu mudah untuk diajak bicara?

“Kenapa diam saja? Ini kesempatan yang langka, lho. Aku bisa bertahan di keluarga kamu atau nggak, semuanya tergantung kamu,” kata Chandra.

“O-oh, oke, Pak Ihsan, nggak masalah,” sahut Nova.

Walau Nova banyak belajar dari buku-buku bisnis, ini pertama kalinya dia terjun langsung ke lapangan, dan orang yang dia hadapi untuk pertama kali ini adalah presiden direktur Arthur Group.

“Sa-sayang, aku takut gagal,” kata Nova panik.

“Pak Ihsan sendiri yang ngundang kamu, jadi kenapa harus takut. Gih, aku tunggu di mobil.”

“Silakan, Bu Nova,” ujar Ihsan seraya membungkukkan tubuhnya.

Arthur Group adalah sebuah perusahaan besar, jadi sudah tidak aneh jika setiap hari ada banyak wartawan yang bersiaga di luar gedung, dan adegan yang terjadi tadi pun berhasil diabadikan oleh kamera mereka. Atas ajakan langsung dari Ihsan, Nova pun masuk lagi ke dalam sedangkan Chandra kembali ke mobilnya.

Chandra menyalakan sebatang rokok dan memberikan satu batang juga untuk Paul.

“Jenderal, apa perlu sampai segitunya? Sebenarnya Jenderal cukup bilang saja, aku yakin keluarga Pamungkas pasti bakal langsung kasih semuanya.”

“Buat apa? Buat aku kasih ke Nova nanti? Belum tentu juga dia suka, jadi aku cukup berdiri di belakang saja, biar dia kerjain apa yang dia suka. Kalau memang dia suka, aku pasti bakal dukung sepenuhnya. Dan aku juga sudah bilang berkali-kali, di sini nggak ada yang namanya Jenderal Naga, adanya cuma Chandra Atmaja.”

“Siap, Kak Chandra. Maaf aku sudah kebiasaan, jadi susah diubah.”

Sementara itu di lantai paling atas, Ihsan sendiri yang menyajikan teh untuk Nova.

“Eh, Pak Ihsan, nggak apa-apa. Biar saya sendiri saja.”

“Nggak apa-apa. Bu Nova duduk saja. Nggak perlu tegang begitu, anggap saja rumah sendiri.”

“Tapi, Pak Ihsan, saya ke sini untuk ngomongin soal bisnis ….”

“Iya, saya tahu. Minum saja dulu tehnya, saya sudah minta sekretaris untuk siapin surat perjanjiannya. Oh ya, 200 miliar cukup? Kalau masih kurang, saya bisa tambahin lagi.”

“Eh?”

“Masih nggak cukup? Kalau begitu saya tambahin lagi, deh. Gimana kalau satu triliun?”

“Cukup, cukup, 200 miliar saja sudah cukup,” kata Nova.

Satu triliun? Yang benar saja. Dengan jumlah transaksi sebesar satu triliun, jika pembagian yang diterima sekitar 20%, berarti keuntungan bersih yang diterima oleh Yorda Group sebesar 200 miliar. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh keluarga Kurniawan saat ini, pesanan sebanyak itu masih jauh di luar kapasitas mereka. Bisa-bisa keluarga Kurniawan dibuat kerepotan setengah mati dengan pesanan sebanyak itu.

Efisiensi kerja Ihsan memang luar biasa, hanya dalam hitungan menit saja, sekretarisnya sudah datang membawakan surat perjanjian. Nova yang masih dilanda kebingungan pun hanya menandatangani saja surat itu.

Sebelum pergi, tidak lupa Ihsan juga menyerahkan kartu namanya dan berkata, “Bu Nova, ini kartu namaku. Kalau ada apa-apa, nggak usah ragu untuk hubungi saya.”

Dari awal sampai akhir, tidak sekali pun Ihsan menyebut nama Chandra. Dia tahu siapa identitas Chandra yang sebenarnya, tapi Nova tampaknya tidak tahu. Sebagai presiden direktur perusahaan sebesar ini, sudah pasti Ihsan memiliki keahlian untuk mengamati karakter seseorang, dan dia tahu kalau Chandra tidak ingin identitasnya diketahui.

Nova pun keluar dari gedung itu sambil membawa surat perjanjian di tangannya. Semua ini masih terasa seperti ilusi baginya karena semuanya berjalan terlalu lancar. Dia bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun dalam sepanjang proses negosiasi, tapi Ihsan dengan semudah itu menyetujui proposalnya.

Sesampainya di mobil, Nova pun menceritakan apa yang dia alami kepada Chandra.

“Say, kayaknya Pak Ihsan itu memang mau ngedekatin aku, deh. Masa dia langsung setuju untuk kasih aku orderan senilai 200 miliar, padahal aku belum ngomong apa-apa. Dia bahkan mau kasih kau satu triliun, tapi aku langsung nolak.”

“Kamu pasti dulu pernah ketemu sama dia.”

“Nggak, kok. Selama ini aku kan hampir nggak ada teman. Say, apa jangan-jangan dia begitu karena kamu?”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jenderal Naga   Bab 2643

    Chandra sedang menunggu. Dia menunggu pasukan Kerajaan Kayuwana mendekati Kota Mangdara lagi. Akan tetapi, setelah menunggu selama beberapa hari, tidak ada tanda-tanda pergerakan dari pasukan Kerajaan Kayuwana.Chandra tidak tahu kalau ketua Sekte Kayuwana sudah mendekati Kota Mangdara. Ketua Sekte awalnya ingin menyusup ke Kota Mangdara dan melihat situasi di sana. Namun, penjagaan di kota itu sangat ketat. Sekalipun dia seorang prajurit tingkat kedelapan Alam Ajaib pun tidak dapat masuk. Karena tidak bisa menyusup ke dalam Kota Manghadara, Ketua Sekte mundur dan kembali ke Ngarai Xiya untuk bergabung kembali dengan pasukan.“Bagaimana situasinya, Ketua?”Begitu Ketua Sekte Kembali, penasihat kerajaan langsung bertanya padanya. Ekspresi Ketua Sekte tampak serius saat berkata, “Kota Mangdara dijaga ketat. Nggak ada cara untuk masuk.”“Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya si penasihat kerajaan.Ketua Sekte berpikir sejenak, “Saat ini kita nggak ada pilihan lain sel

  • Jenderal Naga   Bab 2642

    Chandra telah kembali ke halaman belakang wastu. Suki mengikuti Chandra ke halaman belakang. Di sana, Chandra beristirahat di sebuah gazebo. Dia menatap Suki yang memakai baju zirah dan berdiri di hadapannya, lalu bertanya, “Ada apa? Ada sesuatu?”Ekspresi Suki tampak serius. “Yang Mulia, Kerajaan Kayuwana pasti akan balas dendam. Kali ini Yang Mulia sudah bunuh begitu banyak prajurit Alam Ajaib Kerajaan Kayuwana. Mereka pasti nggak akan diam saja. Saya punya firasat kuat kalau ketua Sekte Kayuwana akan turun tangan sendiri.”Chandra mengibaskan tangannya dan berkata, “Nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Serahkan semuanya padaku. Sekarang ada satu hal yang ingin aku serahkan padamu.”“Katakan saja, Yang Mulia.”“Dengar-dengar, Sekte Pedang Zuwei memiliki Pedang Suci Zuwei, tapi pedang itu sudah lama hilang. Selain itu, Kerajaan Alunara punya Segel Kerajaan, tapi juga sudah lama hilang. Aku ingin kamu sebarkan berita ini dan cari kedua benda ini di seluruh dunia. Siapa pun yang bisa ber

  • Jenderal Naga   Bab 2641

    Kawara menganggukkan kepala lalu pergi. Sekte Kayuwana merupakan sekte terbesar di Kerajaan Kayuwana. Sekte Kayuwana memiliki banyak prajurit kuat, prajurit alam ajaib juga banyak. Yang terkuat di antara mereka sudah tidak diragukan lagi, yaitu ketua Sekte Kayuwana.Konon, ketua Sekte Kayuwana adalah seorang Raja Abadi yang memiliki kekuatan mencapai tingkat ke delapan Alam Ajaib. Dengan kekuatan seperti itu, jangankan di Kerajaan Kayuwana, bahkan di seluruh dunia pun, dia termasuk prajurit kuat top. Tentu saja, ini berlaku jika beberapa prajurit kuat menghilang atau bersembunyi.Tanpa adanya para prajurit kuat yang tak tertandingi, seorang prajurit Alam Ajaib tingkat kedelapan sudah pasti bisa menaklukkan dunia.Setelah menerima perintah Leluhur, Kawara segera pergi ke Sekte Kayuwana. Di dalam wilayah Kerajaan Kayuwana, terdapat sebuah tempat yang dipenuhi pegunungan yang bergelombang. Tanah di tempat itu begitu subur, sehingga bisa dibilang tempat itu memang tempat yang diberkati. D

  • Jenderal Naga   Bab 2640

    Chandra terlalu kuat sampai membuat prajurit abadi Kerajaan Kayuwana yang tersisa ketakutan. Bagaimanapun juga, dia sudah membunuh tujuh sampai delapan prajurit abadi hanya dengan satu serangan. Apa ini sebenarnya? Dalam sejarah Kerajaan Kayuwana, belum pernah ada orang dengan kekuatan bertarung semengerikan Chandra. “Semuanya, mundur!” seru Jerdi setelah memikirkan dengan saksama. Tidak lama kemudian, seratus lima puluh juta pasukan berbondong-bondong pergi dan menghilang dari pandangan Chandra setelah mendengar perintah Jerdi. Chandra seketika langsung menghela napas lega setelah melihat kepergian pasukan Kerajaan Kayuwana. Kemudian dia berbalik dan melihat orang-orang tampak terkejut sambil menatapnya. Chandra berjalan di udara dan menghampiri orang-orang itu. Dia berkata dengan raut wajah kesal, “Bukankah aku sudah mengatakan untuk tetap berada di Mangdara? Kenapa sekarang kalian malah mengikutiku?”“Yang Mulia, kami mengkhawatirkanmu,” jawab Weni cepat yang diikuti oleh anggu

  • Jenderal Naga   Bab 2639

    Namun, serangan pedang itu sama sekali tidak bisa melukai Chandra. Tidak lama kemudian, sebuah pedang berwarna keemasan menebas dan mendarat di atas kepala Chandra. Anehnya, Chandra sama sekali tidak bergerak ataupun menghindar. Namun, lawannyalah yang justru terpental jauh. Chandra telah bertarung selama tiga puluh ribu tahun di Dunia Bencana. Selama periode waktu itu, tubuhnya terus diserang oleh petir bencana tanpa henti. Hal ini membuat kekuatan fisiknya menjadi sangat mengerikan sampai membuat dirinya sendiri gemetaran. Weni, Maggie dan Josan yang berada di belakang Chandra tampak sangat terkejut ketika melihat peristiwa ini. Josan menarik napas panjang lalu berkata, “Kekuatan lawannya sudah mencapai tingkat tiga Alam Ajaib. Namun, dia sama sekali tidak bisa melukai Chandra dengan kekuatan penuhnya. Apa yang sebenarnya Chandra hadapi ketika dia berada di Dunia Bencana?”Di kejauhan, puluhan makhluk abadi dari Kerajaan Kayuwana dibuat benar-benar tercengang. “Kamu ....”Prajuri

  • Jenderal Naga   Bab 2638

    Chandra berhasil menemukan pasukan Kerajaan Kayuwana. Pasukan itu memenuhi pandangannya. Mereka semua melesat maju bagaikan air pasang. Di belakang pasukan, terdapat beberapa kapal perang terbang yang setiap kapalnya mampu menampung sampai satu juta prajurit.Chandra berdiri di udara dengan tangan di belakang punggung dan tampak sangat tenang. Di saat yang bersamaan, para makhluk abadi pasukan Kayuwana berkumpul di sebuah kapal terbang. Mereka dipimpin oleh Penasihat Kerajaan yang bernama Jerdi. Dia adalah mantan anggota sekte Kayuwana dan mahir dalam meramal. Tidak lama kemudian kapal terbang yang mereka tumpangi tiba-tiba berhenti.“Ada apa ini?” tanya Jerdi. “Lapor!”Seorang prajurit tiba-tiba menghampirinya lalu berlutut dengan satu kaki dan berkata, “Penasihat Kerajaan, ada seseorang yang menghalangi jalan kita.”“Berapa orang yang menghalangi?”“Satu orang.”Jerdi langsung berkata dengan penuh amarah, “Habiskan saja orang itu! Jangan sampai satu orang itu bisa menghalangi jalan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status