Mendengar apa yang diungkapkan Marchel, Bram sangat terkejut. Dia tidak menyangka kalau Yanuar sudah punya anak, dan anaknya adalah gadis yang di hamili Bram. Bram berdoa dalam hatinya, agar Petty tidak mengalami apa yang di alami Asha."Terus apa yang harus saya lakukan Cel? Isteri Yanuar sangat marah pada Petty, juga pada saya." Ujar Bram. "Kalau menurut saya, kalau tidak terjadi apa-apa sama Petty, sebaiknya kasus ini diselesaikan secara internal keluarga saja." Saran Marchel. "Kalau bapak perkarakan Yanuar, bisa saja Asha juga akan perkarakan bapak." Lanjut Marchel. Bram berpikir keras mendengar apa yang dikatakan Marchel, karena dia sendiri juga tidaklah baik-baik amat secara pribadi. Bahkan dia tidak bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya terhadap Asha."Tapi adik saya sudah minta cerai pada Yanuar Cel, karena dia tidak bisa terima dengan perilaku Yanuar." "Apakah sudah ada bukti pak apa yang dilakukan Yanuar pada Petty?" Tanya Marchel. "
"Sha.. soal hubungan Papa Yanuar sama Petty sudah terbongkar, keluarga pak Bram ribut besar." cerita Marchel pada Asha saat Marchel temui Asha divsuatu tempat dibluar rumah. "Mas tahu dari mana? Siapa yang kasih tahu?" Tanya Asha. "Tadi pagi pak Bram ajak aku ketemu, akhirnya aku undang dia ketemu di ruangan kerja aku," jawab Marchel. "Om Bram cerita apa aja mas? Apakah dia marah dengan Papa?""Dia gak bisa marah, setelah aku kasih tahu kalau Papa Yanuar adalah Papa kamu. Aku bilang sama pak Bram, sebaiknya kasus itu jangan dibesarkan.""Terus gimana dengan nasib Papa mas?"Sebelum menjawab, Marchel terlebih dahulu merangkul Asha yang ada di sampingnya, "Papa kamu dituntut menceraikan isterinya, yang juga tante Petty." Cerita Marchel. "Biarlah mas.. biar Papa tahu resiko dari perbuatannya. Emang Petty udah ketahuan hamil mas?" Tanya Asha. "Petty masih depresi Sha, tadinya mau dibawa periksa kebdokter, apakah dia hamil atau gak."Marchel
Bram yang sudah tahu identitas Yanuar yang sebenarnya, tidak lagi terlalu menanggapi soal nasib Yanuar. Satu sisi dia sangat marah dengan Yanuar, yang sudah menghancurkan Petty. Tapi, di sisi lain dia pun ingat dengan kelakuannya sendiri yang sudah menelantarkan Asha dan Brama. Marchel dan Asha masih ngobrol berdua. Marchel kasihan dengan Asha, di saat Asha ingin bertemu dengan Papanya, ternyata Papanya pun tidak sebaik yang dia duga. Asha seperti terbebani oleh dosa Papanya, dia hanya menanggung perbuatan Yanuar. "Mas.. aku bingung dengan kehidupan keluarga aku mas. Kok sepertinya ribet banget ya?" Tanya Asha. "Kamu gak usah terlalu terbebani dengan keadaan seperti itu Sha, aku sedang mengajak kamu untuk menyonsong kehidupan yang lebih baik Sha." Ujar Marchel. "Tapi kan aku tidak bisa menutup mata mas dari semua masalah itu? Aku sih bersyukur Tuhan pertemukan kita mas."Marchel terus berusaha meluruskan pandangan Asha yang keliru dalam memandang sebuah
Sebagai seorang isteri Asha tetap meminta pendapat Marchel untuk membicarakan hal itu, Asha mengajak Marchel untuk bertemu di sebuah hotel. Dia sekalian ingin menikmati masa-masa Indah mereka sebagai pasangan muda. Asha minta Marchel menjemputnya di Kampus.Sebagai seorang mahasiswi, tidak ada yang mengira kalau Asha sudah punya suami. Marchel menjemput Asha di kampus dengan mobil sport mewahnya. Tidak ada yang mengira kalau Marchel adalah suaminya, sehingga muncul isu dikalangan teman-teman Asha, kalau Asha wanita simpanan pengusaha.Mobil Marchel memasuki parkiran kampus, Asha menghampiri mobil Marchel,"Mas.. pastiya mereka mengira mas gacoan aku deh," ucap Asha saat masuk mobil. Begitu Asha sudah di dalam Marchel langsung menjalankan mobilnya keluar dari parkiran, "Biarin aja Sha, mereka kan belum tahu kalau kita suami isteri." Jawab Marchel. "Kok kamu kepikiran mau kencan di hotel sih? Sensasi apa yang ingin kamu dapatkan?" Lanjut Marchel"Mas.. k
Marchel membalikkan tubuh Asha menghadap kearahnya, dan Asha mengambil posisi duduk di pangkuan Marchel dengan berhadapan dengan Marchel. Ini posisi yang sangat digemari Asha kalau sedang bercumbu dengan Marchel. Keduanya masih mengenakan pakaian secara lengkap, belum satu helai pakaian pun yang ditanggalkan. Asha selalu lebih agresif dan Marchel mengimbangi Asha. Marchel berdiri, dia menggendong Asha ke tempat tidur yang tidak terlalu jauh dari sofa. Keduanya tidak lagi bicara tentang Yanuar, Marchel dan Asha memacu gelora hasrat yang tak lagi tertahankan. Sebelumnya Marchel sudah menduga kalau Asha memang membutuhkan suasana itu. Ingin bicara tentang soal Papanya hanyalah dalih yang sengaja dia cari, agar tidak terkesan dia sedanga menahan hasratnya. Pada kenyataannya memang Asha sangat mendominasi acara bobok-bobok siang mereka, Marchel berusaha untuk memenuhi keinginan Asha. Bagi Marchel keterbukaan Asha soal keinginannya berhubungan intim itu adalah upa
Di kampus Asha menjadi perbincangan, dianggap sebagai mahasiswi yang 'nyambi' sebagai wanita simpanan. Asha tidak terlalu peduli dengan gossip seperti itu, karena kenyataannya dia tidak hidup seperti yang diduga teman-temannya. Asha kuliah seperti biasanya, yang penting bagi Asha targetnya menyelesaikan S1 tidak ada hambatan. Asha tetap menyimpan rapat-rapat statusnya sebagai wanita yang sudah bersuami, karena Asha ingin menikmati dunia kemahasiswaan tanpa terganggu oleh statusnya. Asha dan Maura duduk di sudut taman kampus, "Maura.. kalau gue terlalu peduli dengan omongan teman-teman, gue gak akan bisa menikmati hidup gue." Ujar Asha. "Tapi.. gue risih aja sih dengar gossip seperti itu Sha," kilah Maura"Kan yang di gossipin gue Ra, gue aja gak risih.." "Tapi elo kan teman gue Sha, gimana gue gak risih?""Suatu saat gue akan cerita sama elo, seperti apa status gue di luar kampus Ra..""Ngomong-ngomong.. itu esmud kayaknya tajir banget ya?" Maura
Marchel mulai kurang nyaman dengan kehadiran Alexandra, karena di samping penampilannya yang sedikit vulgar, juga Alexandra sudah mulai berusaha untuk menggoda Marchel. Suci masuk ke ruangan Marchel dengan seorang office boy, "pak mau dipesanin makanan atau minuman apa?" Tanya Suci"Saya seperti biasanya aja Ci, kamu mau minuman apa Lex?" Marchel menawarkan pada Alexa"Gak usah cel. aku sebentar lagi mau pulang kok, terima kasih mbak."Marchel berusaha untuk menahan Suci tetap berada diruangannya, agar Alexa tidak leluasa untuk menggoda Marchel, "Suci.. ini berkas yang kamu kasih tadi, coba kamu cek lagi yang mana saja yang menjadi prioritas."Suci mengambil berkas-berkas tersebut dan membawanya ke meja kerja Marchel, Suci memeriksa satu persatu berkas tersebut. Keberadaan Suci di ruangannya itu membuat Alexa tidak leluasa, akhirnya dia pamit pada Marchel. "Yaudah cel, aku pamit dulu ya.. kamu kayaknya juga lagi sibuk, ntar kapan-kapan aku telepon
Yanuar telepon Marchel minta waktu untuk bertemu, dan Marchel bersedia menerima Yanuar di kantor Marchel. Melissa tidak tahu kalau Yanuar ingin bertemu Marchel, begitu juga dengan Asha.Marchel menerima Yanuar di ruang kerjanya, "Inilah Pa perusahaan yang di wariskan Papi ke Marchel, ada apa Pa? sepertinya penting sekali?" Tanya Marchel. Yanuar yang suasana hatinya lagi kalut berusaha untuk setenang mungkin bicara dengan Marchel, "Papa sebetulnya bingung mau bicara sama siapa soal ini, tapi bi Hana menyarankan untuk membicarakannya sama kamu cel.." ujar Yanuar. "Soal apa kira-kira kalau boleh Marchel tahu?""Soal kasus Papa sama Petty anak mas Bram, mungkin kamu sudah tahu. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, Petty tidak hamil seperti yang sudah Papa duga sebelumnya.""Sebetulnya apa sih yang sudah terjadi, antara Papa sama Petty?" Marchel bertanya pada Yanuar. "Semua kesalahfahaman aja cel, tidak ada yang terjadi antara Papa sama Petty, Papa masih