Di taman belakang rumah, papi dan mami Marchel sedang berbincang-bincang tentang Marchel yang sudah jarang pulang kerumah, sejak kunjungan Marchel dan Asha waktu itu. Komunikasi Marchel dengan papi dan maminya selama ini hanya via telepon.
Sebagai anak tunggal, kehadiran Marchel diantara mereka sangat dirindukan, sehingga kedua orang tua yang mulai sepuh itu sangat merindukan Marchel. Marchel memang agak kecewa, karena tidak ada tanda-tanda restu dari papi dan maminya, tentang hubungannya dengan Asha.
Marchel merasa, Asha adalah cinta pertamanya, bahkan juga cinta terakhirnya, dia tidak ingin ada cinta lain di dalam dirinya. Sementara, papi dan maminya ingin menjodohkan Marchel dengan Petty anak Bram, tapi mami Marchel berubah pikiran, setelah melihat penampilan Petty, saat dia mencari Marchel tempo hari.
Marchel penuh keraguan untuk berkunjung ke rumah papi dan maminya, di tengah sistuasi physical distancing saat ini, apa lagi Brama masih bayi yang sangat riskan dengan kondisi pandemi corona saat ini. Marchel dan Asha masih mempertimbangkan rencana tersebut.Namun di sisi lain, Marchel juga mempertimbangkan kerinduan kedua orang tuanya pada mereka. Akhirnya Marchel tetapkan hatinya untuk tetap mengunjungi papi dan maminya, tapi sebelumnya Marchel memberitahukan via telepon maminya untuk tetap menjaga jarak."Assalamu'alaikum mam, kami sudah mau otewe kerumah, tapi sebelumnya Marchel kasih tahu dulu..""Kasih tahu soal apa cel? mami jadi bingung?""Sekarang kan masih suasana physical distancing mam, jadi ntar gak bisa cipika-cipiki, gak papa kan mam?"
Pulang dari rumah orang tuanya, Marchel tidak langsung mengiyakan keinginan orang tuanya, Marchel sangat faham karakter maminya yang mudah berubah-ubah, dan dia juga sangat mengerti bagaimana perasaan Asha terhadap keinginan maminya.Sebagai kepala rumah tangga, dia harus bisa menghargai keinginan kedua wanita yang sangat dicintainya. Marchel sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan, bahkan saat Asha menyampaikan keinginannya untuk merawat kedua orang tuanya, Marchel tidak langsung menyetujui.Meskipun usianya masih terbilang muda, namun kedewasaan berpikir Marchel sangat dikagumi Asha, Marchel bukanlah tipikal lelaki yang gegabah dalam mengambil keputusan, sangat penuh pertimbangan."Mas, gimana soal permintaan mami tadi?" Tanya Asha. "Kalau aku pikir sudah sepantasnya kita menemani papi dan Mami." Lanjutnya
Petaka Bagi MarchelSetelah Marchel mengantar Asha ke Majelis Taklim, saat pulang ke apartemen Marchel kaget melihat ada Petty yang sedang gendong Brama,"Kok kamu tahu apartemen aku pet? Tahu dari mana?" Tanya MarchelSambil gendong Brama Petty menjawab dengan entengnya, "Ya tahulah, masak sih cuma alamat apartemen aja aku gak tahu sih." Jawab Petty dengan santainyaMarchel mau mengambil Brama yang sedang di gendong Petty, namun Petty tidak mau kasih Marchel,"Sini Brama biar aku yang gendong, kamu kan gak pakai masker!" pinta Marchel"Udah ... biar aja aku yang gendong, kenapa sih? Aku juga kepingin gendong anak cel," ucap Petty"Selama physical distancing sebetulnya aku gak terima tamu pet, tapi karena kamu anak pak Bram saya gak bisa menolak." Marchel menegaskan"Bisa gak sih kamu tidak selalu mengaitkan aku dengan papaku?" Tanya Petty"Ya gimana gak mengaitkan dengan papa kamu, kamu berani mendatangi apartemen ini pun, karena kamu merasa
"Siapa yang kasih Petty akses masuk ke apartemen mas?" Tanya Asha, dengan masih berurai airmata"Aku gak tahu Sha, saat aku pulang habis antar kamu, dia sudah ada di dalam," jawab Marchel"Ini tandanya kita tidak aman mas di apartemen ini, aku ingin kita segera pindah dari apartemen ini," pinta AshaMarchel tidak langsung mengiyakan permintaan Asha, dia masih berusaha menenangkan Asha. Marchel sendiri tidak habis pikir, kok Asha mendapatkan akses untuk bisa masuk ke apartemen"Asha ... kamu tenang dulu, nanti aku akan bicarakan hal ini sama pak Bram, aku akan ceritakan kalau Petty bisa punya akses masuk ke apartemen." Ujar Marchel"Jangan mas! Itu akan membuat masalah bagi kamu nantinya." Ucap Asha yang mulai agak tenang."Memang agak aneh sih, Petty bisa punya akses masuk kesini, kalau bukan pak Bram tidak ada yang bisa masuk." Pungkas MarchelMarchel bilang sama Asha, dia akan cari cara untuk menanyakan hal itu pada pak Bram, agar pak Bram juga tah
Dua minggu kemudian Wabah corona sudah mulai memasuki fase Kenormalan Baru, berbagai aktivitas kerja sudah mulai di izinkan, namun tetap menjaga dan mengikuti protokol kesehatan. Memang tidak semua masyarakat mematuhi aturan, tetap saja ada masyarakat yang tidak peduli dengan aturan yang ada.Selama satu bulan setelah kunjungan Marchel dan Asha ke rumah orang tua Marchel, mereka lebih banyak melakukan aktivitas di rumah, bahkan Marchel menjalankan perusahaan Bram cukup dari rumah. Beberapa unit usaha Bram tetap berjalan, apa lagi proyek-proyek yang masih belum selesai.Marchel cukup kaget mendengar papinya tiba-tiba sakit, dia sekeluarga di minta untuk datang ke rumah orang tuanya. Masih dalam situasi Pandemi Corona, tentunya sakit papinya Marchel sangat mengkhawatirkannya. Marchel mengajak Asha juga Brama untuk datang menjenguk papinya.Pikiran Marchel agak kalut, dia tidak bisa membayangkan kalau ada apa-apa dengan papinya. Marchel sedikit bergegas untuk bergerak
"Kami akan menginap di rumah ini selama satu minggu dulu Pi, nanti setelah itu baru kami pastikan," ucap Marchel di hadapan Papi dan Maminya "Kalian lihat gak Papi dan Mami ini sudah sepuh, Papi dan Mami gak tahu siapa yang akan dipanggil Tuhan duluan, apakah Mami atau Papi yang duluan." Ujar Mami Marchel Papi Marchel cerita, kalau dulu menunggu kehadiran Marchel, setelah 15 tahun menikah, karena menikahnya memang agak telat, dan di karuniakan anak juga telat. Sehingga sampai tua hanya merawat satu anak. Itulah yang membuat Papi dan Maminya sangat merasa kehilangan, saat Marchel tidak lagi tinggal di rumah. Saat Marchel masih tinggal di rumah pun jarang ketemu, karena Marchel sibuk kuliah, selepas kuliah langsung kerja. Sekarang sudah kerja malah sudah menikah, sehingga tidak pernah pulang.
"Gini cel, Papi kan punya mobil sport yang sudah gak pernah Papi pakai, kamu aja yang pakai," kata Papi Marchel"Marchel buat apa Pi? Mobil Avanza dari pak Bram udah cukup kok, secara fungsi juga udah sesuai kebutuhan," jawab Matchel"Kamu kan masih muda, sebagai seorang pengusaha, kamu pantas pakai itu,"Asha mendengar pembicaraan Marchel dan Papinya dari kejauhan, dia bangga dengan Marchel yang tidak tergiur dengan kemewahan yang di tawarkan Papinya."Marchel terima kasih sama Papi yang begitu perhatian, tapi, Papikan tahu kalau aku dari dulu gak suka pamer," ucap Marchel"Ini bukan untuk pamer Marchel, tapi buat mendukung penampilan kamu sebagai pengusaha muda,""Emang kala
"Mami dan Papi sudah tua cel, umur kita gak pernah tahu kapan Allah mau panggil," ujar Mami Marchel Marchel mendekat ke arah Maminya, dan memeluk Maminya dari belakang, "Mam ... In Sha Allah semua akan berjalan sesuai harapan Papi dan Mami," ujar Marchel "Ya, tapi kalau kamu masih tinggal di luar sana gimana cel? Kenapa sih gak tinggal disini aja?" Marchel mengusap airmata Maminya, "Kan Marchel sudah bilang akan tinggal disini nanti," jawab Marchel Mami Marchel tambah sedih mendengar jawaban Marchel, "maunya Mami dan Papi mulai hari ini cel, bukan nanti." Marchel seperti kehabisan kata-kata, dia tidak tahu lagi mau bicara apa, dia takut ucapannya semakin membut Maminya bertambah sedih. Asha datang menghampiri Marchel dan Maminya, Mami Marchel langsung mengulurkan tangannya untuk memangku Brama, "Sini Brama, duduk sama eyang," Asha kasih Brama sama eyangnya. "Kamu duduk disini Asha," ujar Mami sambil menunjuk k