Share

Bab 2 : Menjadi Pengganti

Sebuah mobil Ferrari Purosangue hitam memasuki halaman ketika pagar dibuka. Mobil itu berhenti di halaman depan mansion putih yang cukup luas. 15 menit lalu, setelah menerima telpon dari pemilik rumah dia bergegas menuju kemari.

Seorang pria dengan kaos coklat polos yang dilapisi oleh jaket kulit itu turun dan langsung disambut beberapa pelayan yang membukakan pintu Mansion

“Selamat datang tuan muda Sevant. Tuan Andrew sudah menunggu anda di ruangannya” Sapa Hidar, pria berusia 44 tahun yang menjabat sebagai kepala pelayan. Pria muda itu mengangguk lalu melangkah menuju ruang kerja milik Andrew.  

Cklek. Pintu ruangan itu terbuka. Andrew menatap sekilas ke arah pria muda yang baru saja masuk dan melangkah mendekat ke sofa.

“Kau sudah datang”ucap Andrew yang dibalas anggukan oleh Mason

“Duduklah” lanjutnya

Mason de servant, pria campuran Indonesia-Spanyol itu kini mendudukkan dirinya di sofa ruang kerja Andrew. Pria itu menatap bingung ke arah Faniya yang menunduk didepannya serta Andrew yang mengusap keningnya. Menghilangkan rasa pusing dikepalanya.

Dia sempat menebak-nebak apa alasan Andrew memanggilnya, apakah dia melakukan kesalahan? Namun seingatnya dia tidak memiliki kesalahan pada Andrew, kecuali…

“Jadi.. kenapa paman memanggilku?” Tanya Mason setelah jeda beberapa detik, lebih baik dia menyakan hal itu langsung pada Andrew

“Mason, jawab dengan jujur. Apa kau menjalin hubungan dengan Faniya dibelakang Ella?”

Mason mematung. Dia sudah menduga Andrew akan bertanya seperti itu. Pria itu menatap Faniya yang berada disebelah sang ayah. Seolah meminta penjelasan atas pertanyaan Andrew.

Answer me, dude!” Andrew menekan ucapannya saat Mason tak kunjung menjawab. Mason menghela napas lalu menatap Andrew “Yaa, kami sepasang kekasih” Jawabnya

“Sejak kapan?”

“2 bulan yang lalu”

“Apa orang tuamu tau?”

“Belum, rencananya aku akan memberitau mereka sebelum acara pertunangan kami dilakukan. Aku sudah membicarakanya dengan Ella dan dia setuju agar pertunangan itu berubah menjadi pertunanganku dengan Faniya.”

“Beraninya kalian mempermainkan ku! Jika aku tidak mengetahuinya hari ini apa kalian akan tetap meneruskannya-”

“Ayah..” Faniya menggenggam tangan Andrew dengan wajah memelas. Lagi untuk kesekian kalinya Andrew menghela napas.

“Apa kau tau Faniya sedang mengandung anakmu!?” ucapan Andrew sontak membuat Mason membatu. Tatapannya terarah pada Faniya yang masih menunduk. Dia mengepalkan tangannya. Jika boleh jujur Mason tidak tau namun dia juga tidak bisa menolak pernyataan itu karena memang dialah pelakunya.

“Aku akan bertanggung jawab” dengan suara serak dan ragu Mason menjawab.

“Tentu kau harus” ucap Andrew tegas “Namun bukan itu masalahnya sekarang Mason, Faniya seharusnya menikah dengan Malkin Winston namun karena perbuatan kalian perusahaanku harus menanggung akibatnya” lanjut Andrew. Mendengar nama Winston disebutkan, Mason terdiam, dia sering mendengar tentang keluarga Winston terlebih setiap harinya pasti ada saja laman berita yang memuat kabar terbaru tentang keluarga itu.

“Ayah.. kita sudah sepakat jika Ariella akan menggantikanku!” Tukas Faniya dengan kesal

“Aku akan memberikan 15 persen sahamku pada Darwin” Ucap Mason setelah diam beberapa saat. Sebagai sesama pebisnis Mason tau jika terjadi kerugian yang disebabkan oleh koleganya maka harus mengganti rugi adalah sesuatu yang pasti.

“Tapi bukankah paman bisa menolak lamarannya?” Tanya Mason. Ada sedikit perasaan tidak nyaman dihatinya mendengar Ariella akan menikah dengan pria lain. Jika boleh jujur dari awal Mason memang penasaran dengan Ariella, dia gadis yang cantik dan tenang terlebih lagi Ariella selalu dibanggakan oleh Ibu Mason.

Tapi sayangnya meski Ariella sangat cantik namun sifatnya yang dingin membuat Ariella terlihat tidak menarik untuknya, terlebih lagi Faniya sangat gencar menggoda dirinya hingga semua ini terjadi.

“Jika aku menolaknya maka perusahaan Darwin dan Sevant akan gulung tikar” Ucap Andrew datar

“Separah itu?” Tanya Mason. Andrew menghela napas, dia sadar jika Mason tidak mungkin mengerti dengan masalahnya, setidaknya 15 persen sudah cukup untuk membuat perusahaannya kini lebih stabil meskipun tidak pulih sepenuhnya.

“Kau tidak perlu ikut campur Mason. Pergilah dan jangan lupa pertanggung jawabkan perbuatanmu” ucap Andrew setelah keheningan beberapa saat yang ditujukan pada Mason.

Mason mengangguk “Aku permisi” Pamitnya lalu berjalan keluar dengan Faniya yang mengikutinya di belakang dengan senyum lebar. “Aku senang” Ucap Faniya

“Kenapa kamu tidak bilang padaku, Faniya?” Tanya Mason saat keduanya berada di halaman depan

“Aku ingin memberimu kejutan Mason, bukannya ini yang kamu mau? Lepas dari erat perjodohan menggelikan kalian” Ucap Faniya dengan kekehan ringan. Mason tersenyum tipis dan mengusap rambut berwarna pirang milik Faniya.

“Masuklah, angin malam tidak baik untuk kesehatanmu” Mason mengecup kening Faniya dengan lembut lalu masuk ke dalam mobil. Faniya tersenyum lebar, dia melambaikan tangannya pada mobil Mason yang keluar dari gerbang rumahnya

“Saatnya membuat parasite itu pergi” Ucap Faniya dengan senyum merendahkan. Faniya berjalan menuju ruang Andrew. Ayahnya kini tengah berkutat dengan beberapa berkas perusahaan yang menunjukan grafik penurunan yang sangat ekstrem.

“Apalagi Faniya?” Ucap Andrew lelah. Dia menyenderkan tubuhnya pada kursi. Tangannya mengurut dahinya yang menunjukkan kerutan samar. “Ayah tidak ingin mengatakannya pada Ella?” Tanya Faniya dengan menatap sang ayah.

Andrew menghembuskan nafas kasar. Tangannya beralih menekan intercom yang berada diatas mejanya “Panggil Ariella kemari!” ucap Andrew pada asistennya.

Dalam hati Faniya tersenyum puas, dia benar-benar ingin Ariella pergi. Persetan dengan tuan muda keluarga kaya, Faniya lebih memilih hidup bersama pria tampan seperti Mason, lagipula dia juga sudah kaya jadi biar saja Ariella yang menikah menggantikannya, menikahi pria cacat permanen itu.

Disisi lain di sebuah kamar lantai 2 mansion keluarga Darwin. Ariella masih terbaring diatas ranjangnya, matanya yang nyaris tertutup kini terbuka saat mendengar suara ketukan pada pintu. Ariella membuka pintu itu dan langsung berhadapan dengan John, asisten Andrew.

“Tuan menunggu anda di ruang kerjanya” ucap John datar. Ariella mengangguk singkat lalu keluar menuju ruang kerja. Ariella menuruni tangga dengan tenang, sesekali dia menatap John yang curi pandang ke arahnya. John terlihat mapan, usianya 30 tahun dan belum menikah, sayangnya Ariella tidak tertarik menjadikan John sebagai pion ataupun pasangannya.

John membukakan pintu untuk Ariella. Ruangan itu terbuka. Ariella menatap Andrew yang sesekali menghela nafas gusar melihat dokumen ditangannya dan disisi lain ada Faniya yang menatapnya dengan senyum mengejek.

 “Ella” merasa dipanggil Ariella sontak menoleh ke arah Andrew yang kini menumpukan dagunya pada kedua tangan yang terkepal diatas meja, dia meletakan berkas yang tadi di bacanya.

“Pertunanganmu dan Mason akan dibatalkan.” Ariella mengangguk dalam diam, dia menunggu kelanjutan ucapan Andrew “Menikahlah dengan pria pilihan ayah, menggantikan Faniya” lanjut Andrew, setelah sedikit jeda dalam ucapannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status