Share

Bab 3 : Tidak Punya Pilihan

“Menikahlah dengan pria pilihan ayah, gantikan Faniya!” lanjut Andrew, setelah sedikit jeda dalam ucapannya. Ariella menatap pria paruh baya itu dengan sebelah alis terangkat

“Apa itu sebuah perintah untukku?” tanya Ariella tenang, dia masih berdiri tak jauh dari meja kerja Andrew. Andrew menghela nafas lelah, jika boleh jujur dia tidak ingin menyerahkan Ariella pada tuan muda Winston. Seharusnya Faniya lah yang menikah dengan Tuan muda itu, tapi apa boleh buat, putri kesayangannya itu justru melakukan hal terlarang dengan tunangan Ariella sehingga posisi mereka harus tertukar.

Melihat keraguan dari Andrew membuat Faniya mengepalkan tangannya. Dia berdiri dan menarik lengan Ariella dengan kuat, membuat gadis itu menatap ke arahnya.

“Kak Ella tolong.. Aku dan Mason saling mencintai dan kakak hanya benalu dalam hubungan kami!” Ucap Faniya dengan nada lirih, Ariella mengakui kemampuan akting wanita didepannya ini, panggilan ‘kakak’ hanya Faniya gunakan jika dia sedang memohon, terlebih Ariella menangkap adanya sindiran dalam ucapan Faniya, menyebut dirinya sebagai benalu dalam drama percintaan Faniya.

“Aku tau Faniya, tapi apakah aku harus menikah dengan pria pilihan ayah? Aku tidak masalah dengan pembatalan pertunangan lagipula itu belum dilakukan dan kau masih bisa bersama Mason” Ucap Ariella mengikuti akting Faniya, Dia tidak peduli dengan hubungan antara Faniya dan Mason. Lagipula sejak awal Ariella tidak pernah tertarik untuk menjalin hubungan dengan siapapun kecuali hal itu menguntungkannya.

“Kau tidak punya pilihan, Ella.” Jawab Andrew setelah beberapa saat memilih bungkam.

“Lalu bagaimana ayah mengatakannya kepada keluarga Sevant? atas pembatalan pertunangan ini?” Ariella melirik sekilas ke arah Faniya yang kali ini menampakan senyum lebarnya. Faniya tidak tau saja jika Ibu Mason begitu menyukai dirinya dan membenci Faniya.

“Pertunangan itu akan dilanjutkan oleh Faniya, seperti yang direncanakan olehmu dan Mason. Mason sendiri yang akan bilang pada orang tuanya.” Ariella terdiam sejenak. Untuk masalah rencana ini Ariella tidak tau sama sekali. Dia bahkan hampir tidak pernah berbicara dengan Mason, jadi bagaimana mungkin membuat rencana seperti itu.

“Kau harus paham Ella, Ayah tidak bisa membiarkan Faniya mengandung anak dari tunangan kakaknya sendiri.” Lanjut Andrew

“Faniya mengandung?” Tanya Ariella spontan dengan raut pura-pura terkejut.

“Iya dan ini anaknya Mason” jawab Faniya, tangan wanita itu mengelus perutnya yang masih rata. “Aku senang Mason ingin bertanggung jawab pada bayinya” Sambung Faniya

“Kau yakin?” Tanya Ariella dengan salah satu alis terangkat

“Apa maksud ucapanmu itu, Ella? Kau meragukan bayiku?” Ucap Faniya dengan lirih, berusa meraih simpati dari Andrew yang sejak tadi selalu menghela napas.

“Aku hanya bertanya, kenapa kau jadi menyimpulkan pertanyaanku seperti itu” Faniya terbungkam dengan jawaban Ariella. Awalnya Faniya berpikir Ariella akan marah dan cemburu karena Faniya merebut tunangannya bahkan sampai mengandung. Namun dugaannya meleset jauh Ariella malah tersenyum lebar seolah memang inilah yang ditunggunya.

“Pokoknya selamat atas kehamilanmu kuharap bayinya selalu sehat” Akhir Ariella dengan senyum lebar yang mengambang berusaha memainkan peran seorang kakak yang mendengar kabar bahagia akan hadirnya sang ponakan “..dan ayah, siapa pria yang akan dijodohkan denganku?” ucapnya lagi. Ariella bertanya seolah tak tau, padahal dalam otaknya sudah ada rencana yang bagus untuk dilakukan.

Bukankah Andrew bilang yang akan menikah dengannya itu putra dari keluarga Winston. Ini bahkan lebih bagus daripada seorang Mason de sevant, mantan tunangannya.

“Malkin Winston, pria cacat itu.” Faniya kembali berucap dengan nada mengejek. Sepertinya wanita itu tidak ada habisnya untuk terus memancing Ariella yang sejak tadi selalu tenang.

“Oh konglomerat keturunan ke-tiga yaa” Gumam Ariella yang masih bisa didengar oleh Faniya dan Andrew.

Jantung Andrew berdegup lebih cepat, sebenarnya ada beberapa hal yang Andrew khawatirkan. Namun memikirkan dampak yang akan diterimanya jika membatalkan perjodohan itu jauh lebih beresiko hingga akhirnya sebuah ide terlintas dalam benak Andrew.

“Dengar Ella, tujuanmu adalah untuk membantu keluarga kita, setelah itu kau bisa bercerai dan kembali ke sini” Ucap Andrew membuat Ariella mengerutkan keningnya, Faniya menahan tawanya mendengar perintah Andrew. Faniya membayangkan Ariella yang menjada dalam satu tahun mendatang, pasti sangat menyenangkan mengejek Ariella karena statusnya itu.

“Kenapa harus bercerai?” Tanya Ariella ‘Lagipula aku tidak ingin kembali kesini sebelum mendapatkan semua milikku’ Lanjut Ariella dalam hati

“Keluarga Winston itu berbahaya Ella, satu tahun cukup untuk bersama mereka, setelah itu kembalilah kesini, kau taukan Ella jika ayah menyayangimu” ucap Andrew, dia menatap Ariella sekilas.

“Baiklah” Untuk sekarang Ariella akan menurut namun dia tidak berjanji untuk selanjutnya.

“Nanti malam akan ada yang menjemputmu kesini” Ucap Andrew

“Nanti malam? Cepat sekali..” Gumam Ariella yang masih dapat didengar

“Tentu saja pria itu tidak ingin calon istrinya melarikan diri seperti beberapa wanita sebelumnya” Jawab Faniya dengan senyum miring yang hanya dapat dilihat Ariella

“Melarikan diri yaa… Bagaimana menurut ayah jika -” ucap Ariella

 “Jangan berpikir melarikan diri Ella. Apa kau tau apa yang terjadi pada keluarga yang sebelumnya menolak perjodohan itu.” Ucap Andrew.

Ariella terdiam sejenak. Memang ini bukan pertama kalinya ada perjodohan untuk keluarga Winston itu, mungkin ada sekitar tiga hingga lima kali yang dapat di publikasikan oleh berita dan sayangnya semua berita itu memuat satu kesamaan yaitu ‘tunangan yang melarikan diri ataupun tunangan yang mati bunuh diri’ Tapi sepertinya berita itu beredar sekitar 2 tahun yang lalu, dan belakangan ini tidak ada berita apapun mengenai perjodohan keluarga Winston

“Kudengar 2 tahun lalu perusahaan Loda yang menolaknya hampir bangkrut dan putri keluarga Edwin ditemukan gantung diri dengan sebuah surat wasiat” Jawab Ariella santai

“Bagus jika kamu udah tau, kuharap kamu tidak membuatnya kecewa Ella dan jangan lupakan jika ini semua hanya untuk satu tahun” ucap Andrew penuh peringatan, dari tatapan pria paruh baya itu Ariella bisa melihat ambisi di dalam sana. Ambisi yang mengatakan jika Ariella hanyalah sebuah barang tukaran yang harus memuaskan pemilik barunya.

“Baiklah” jawab Ariella singkat lalu meninggalkan ruangan itu. Dia menghiraukan Faniya yang memandang tak percaya padanya. Faniya pikir Ariella akan marah dan menolak perjodohan itu tapi gadis itu malah bersikap sebaliknya.

Ketika akan melangkah menaiki tangga sebuah tarikan pada lengannya membuat langkah Ariella terhenti. Ia berbalik mendapati Faniya sudah berdiri dibelakangnya. Senyum mengejek masih terpatri diwajah dengan balutan make up bertema glamour itu.

“Apa kau tau betapa bahagianya Mason saat pertunangan kalian batal?” Tanya Faniya yang dibalasi tatapan datar dengan salah satu alis yang terangkat bingung. Well, Ariella lebih terbiasa dengan sikap Faniya yang seperti ini, Egois dan Angkuh, Faniya adalah orang yang akan melakukan segala cara agar keinginannya dipenuhi.

“Entahlah, apa itu menjadi urusanku sekarang” jawab Ariella yang membuat Faniya semakin geram

“Tentu saja kau harus, apa kau tau Mason sudah muak dengan wanita kaku sepertimu” Ejek Faniya

“Ya mungkin saja, akukan bukan wanita yang mudah memuaskan sepertimu” ucap Ariella, bagi yang peka mungkin mereka akan sadar jika ada kalimat merendahkan dalam ucapan Ariella, namun sayangnya Faniya bukanlah wanita yang peka.

“Kau benar, wanita membosankan seperti mu memang cocok dengan pria cacat” Faniya melangkah mendekat tepat disisi Ariella membuat Ariella bisa mencium aroma parfum yang digunakan wanita itu. Jujur saja aroma itu membuatnya  cukup mual, aroma melati dan saffron yang Ariella tak sukai.

“Selamat menikmati kehidupan pernikahanmu dengan pria cacat itu Ella dan aku akan menjadi tunangan tuan muda sevant yang tampan” ucap Faniya berlalu dengan menyenggol pundak Ariella dengan sengaja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status