“Menikahlah dengan pria pilihan ayah, gantikan Faniya!” lanjut Andrew, setelah sedikit jeda dalam ucapannya. Ariella menatap pria paruh baya itu dengan sebelah alis terangkat
“Apa itu sebuah perintah untukku?” tanya Ariella tenang, dia masih berdiri tak jauh dari meja kerja Andrew. Andrew menghela nafas lelah, jika boleh jujur dia tidak ingin menyerahkan Ariella pada tuan muda Winston. Seharusnya Faniya lah yang menikah dengan Tuan muda itu, tapi apa boleh buat, putri kesayangannya itu justru melakukan hal terlarang dengan tunangan Ariella sehingga posisi mereka harus tertukar.
Melihat keraguan dari Andrew membuat Faniya mengepalkan tangannya. Dia berdiri dan menarik lengan Ariella dengan kuat, membuat gadis itu menatap ke arahnya.
“Kak Ella tolong.. Aku dan Mason saling mencintai dan kakak hanya benalu dalam hubungan kami!” Ucap Faniya dengan nada lirih, Ariella mengakui kemampuan akting wanita didepannya ini, panggilan ‘kakak’ hanya Faniya gunakan jika dia sedang memohon, terlebih Ariella menangkap adanya sindiran dalam ucapan Faniya, menyebut dirinya sebagai benalu dalam drama percintaan Faniya.
“Aku tau Faniya, tapi apakah aku harus menikah dengan pria pilihan ayah? Aku tidak masalah dengan pembatalan pertunangan lagipula itu belum dilakukan dan kau masih bisa bersama Mason” Ucap Ariella mengikuti akting Faniya, Dia tidak peduli dengan hubungan antara Faniya dan Mason. Lagipula sejak awal Ariella tidak pernah tertarik untuk menjalin hubungan dengan siapapun kecuali hal itu menguntungkannya.
“Kau tidak punya pilihan, Ella.” Jawab Andrew setelah beberapa saat memilih bungkam.
“Lalu bagaimana ayah mengatakannya kepada keluarga Sevant? atas pembatalan pertunangan ini?” Ariella melirik sekilas ke arah Faniya yang kali ini menampakan senyum lebarnya. Faniya tidak tau saja jika Ibu Mason begitu menyukai dirinya dan membenci Faniya.
“Pertunangan itu akan dilanjutkan oleh Faniya, seperti yang direncanakan olehmu dan Mason. Mason sendiri yang akan bilang pada orang tuanya.” Ariella terdiam sejenak. Untuk masalah rencana ini Ariella tidak tau sama sekali. Dia bahkan hampir tidak pernah berbicara dengan Mason, jadi bagaimana mungkin membuat rencana seperti itu.
“Kau harus paham Ella, Ayah tidak bisa membiarkan Faniya mengandung anak dari tunangan kakaknya sendiri.” Lanjut Andrew
“Faniya mengandung?” Tanya Ariella spontan dengan raut pura-pura terkejut.
“Iya dan ini anaknya Mason” jawab Faniya, tangan wanita itu mengelus perutnya yang masih rata. “Aku senang Mason ingin bertanggung jawab pada bayinya” Sambung Faniya
“Kau yakin?” Tanya Ariella dengan salah satu alis terangkat
“Apa maksud ucapanmu itu, Ella? Kau meragukan bayiku?” Ucap Faniya dengan lirih, berusa meraih simpati dari Andrew yang sejak tadi selalu menghela napas.
“Aku hanya bertanya, kenapa kau jadi menyimpulkan pertanyaanku seperti itu” Faniya terbungkam dengan jawaban Ariella. Awalnya Faniya berpikir Ariella akan marah dan cemburu karena Faniya merebut tunangannya bahkan sampai mengandung. Namun dugaannya meleset jauh Ariella malah tersenyum lebar seolah memang inilah yang ditunggunya.
“Pokoknya selamat atas kehamilanmu kuharap bayinya selalu sehat” Akhir Ariella dengan senyum lebar yang mengambang berusaha memainkan peran seorang kakak yang mendengar kabar bahagia akan hadirnya sang ponakan “..dan ayah, siapa pria yang akan dijodohkan denganku?” ucapnya lagi. Ariella bertanya seolah tak tau, padahal dalam otaknya sudah ada rencana yang bagus untuk dilakukan.
Bukankah Andrew bilang yang akan menikah dengannya itu putra dari keluarga Winston. Ini bahkan lebih bagus daripada seorang Mason de sevant, mantan tunangannya.
“Malkin Winston, pria cacat itu.” Faniya kembali berucap dengan nada mengejek. Sepertinya wanita itu tidak ada habisnya untuk terus memancing Ariella yang sejak tadi selalu tenang.
“Oh konglomerat keturunan ke-tiga yaa” Gumam Ariella yang masih bisa didengar oleh Faniya dan Andrew.
Jantung Andrew berdegup lebih cepat, sebenarnya ada beberapa hal yang Andrew khawatirkan. Namun memikirkan dampak yang akan diterimanya jika membatalkan perjodohan itu jauh lebih beresiko hingga akhirnya sebuah ide terlintas dalam benak Andrew.
“Dengar Ella, tujuanmu adalah untuk membantu keluarga kita, setelah itu kau bisa bercerai dan kembali ke sini” Ucap Andrew membuat Ariella mengerutkan keningnya, Faniya menahan tawanya mendengar perintah Andrew. Faniya membayangkan Ariella yang menjada dalam satu tahun mendatang, pasti sangat menyenangkan mengejek Ariella karena statusnya itu.
“Kenapa harus bercerai?” Tanya Ariella ‘Lagipula aku tidak ingin kembali kesini sebelum mendapatkan semua milikku’ Lanjut Ariella dalam hati
“Keluarga Winston itu berbahaya Ella, satu tahun cukup untuk bersama mereka, setelah itu kembalilah kesini, kau taukan Ella jika ayah menyayangimu” ucap Andrew, dia menatap Ariella sekilas.
“Baiklah” Untuk sekarang Ariella akan menurut namun dia tidak berjanji untuk selanjutnya.
“Nanti malam akan ada yang menjemputmu kesini” Ucap Andrew
“Nanti malam? Cepat sekali..” Gumam Ariella yang masih dapat didengar
“Tentu saja pria itu tidak ingin calon istrinya melarikan diri seperti beberapa wanita sebelumnya” Jawab Faniya dengan senyum miring yang hanya dapat dilihat Ariella
“Melarikan diri yaa… Bagaimana menurut ayah jika -” ucap Ariella
“Jangan berpikir melarikan diri Ella. Apa kau tau apa yang terjadi pada keluarga yang sebelumnya menolak perjodohan itu.” Ucap Andrew.
Ariella terdiam sejenak. Memang ini bukan pertama kalinya ada perjodohan untuk keluarga Winston itu, mungkin ada sekitar tiga hingga lima kali yang dapat di publikasikan oleh berita dan sayangnya semua berita itu memuat satu kesamaan yaitu ‘tunangan yang melarikan diri ataupun tunangan yang mati bunuh diri’ Tapi sepertinya berita itu beredar sekitar 2 tahun yang lalu, dan belakangan ini tidak ada berita apapun mengenai perjodohan keluarga Winston
“Kudengar 2 tahun lalu perusahaan Loda yang menolaknya hampir bangkrut dan putri keluarga Edwin ditemukan gantung diri dengan sebuah surat wasiat” Jawab Ariella santai
“Bagus jika kamu udah tau, kuharap kamu tidak membuatnya kecewa Ella dan jangan lupakan jika ini semua hanya untuk satu tahun” ucap Andrew penuh peringatan, dari tatapan pria paruh baya itu Ariella bisa melihat ambisi di dalam sana. Ambisi yang mengatakan jika Ariella hanyalah sebuah barang tukaran yang harus memuaskan pemilik barunya.
“Baiklah” jawab Ariella singkat lalu meninggalkan ruangan itu. Dia menghiraukan Faniya yang memandang tak percaya padanya. Faniya pikir Ariella akan marah dan menolak perjodohan itu tapi gadis itu malah bersikap sebaliknya.
Ketika akan melangkah menaiki tangga sebuah tarikan pada lengannya membuat langkah Ariella terhenti. Ia berbalik mendapati Faniya sudah berdiri dibelakangnya. Senyum mengejek masih terpatri diwajah dengan balutan make up bertema glamour itu.
“Apa kau tau betapa bahagianya Mason saat pertunangan kalian batal?” Tanya Faniya yang dibalasi tatapan datar dengan salah satu alis yang terangkat bingung. Well, Ariella lebih terbiasa dengan sikap Faniya yang seperti ini, Egois dan Angkuh, Faniya adalah orang yang akan melakukan segala cara agar keinginannya dipenuhi.
“Entahlah, apa itu menjadi urusanku sekarang” jawab Ariella yang membuat Faniya semakin geram
“Tentu saja kau harus, apa kau tau Mason sudah muak dengan wanita kaku sepertimu” Ejek Faniya
“Ya mungkin saja, akukan bukan wanita yang mudah memuaskan sepertimu” ucap Ariella, bagi yang peka mungkin mereka akan sadar jika ada kalimat merendahkan dalam ucapan Ariella, namun sayangnya Faniya bukanlah wanita yang peka.
“Kau benar, wanita membosankan seperti mu memang cocok dengan pria cacat” Faniya melangkah mendekat tepat disisi Ariella membuat Ariella bisa mencium aroma parfum yang digunakan wanita itu. Jujur saja aroma itu membuatnya cukup mual, aroma melati dan saffron yang Ariella tak sukai.
“Selamat menikmati kehidupan pernikahanmu dengan pria cacat itu Ella dan aku akan menjadi tunangan tuan muda sevant yang tampan” ucap Faniya berlalu dengan menyenggol pundak Ariella dengan sengaja.
Mederick menyerahkan sebuah kertas pada Ariella. Surat pengalihan seluruh aset milik atas nama Mederick pribadi. Mulai dari property hotel, restoran bintang 5 miliknya hingga asset lain seperti mansion dan gendung-gedung atas nama Mederick ditambah lagi pulau pribadi milik Mederick“Kau mau menjual ini semua?” Tanya Ella penasaran karena Mederick menyerahkan dokumen itu ke arahnya. Mederick menggeleng. Pria itu menyerahkan sebuah surat yang berbeda dari surat-surat lainnya.“Surat pernyataan?” Gumam Ariella membaca selembar surat yang Mederick serahkan“Semua aset milikku sudah menjadi milikmu termasuk aku. Jadi tandatangani surat yang menyatakan bahwa kau adalah milikku untuk selamanya” Jelas Medrick cepat. Ariella melotot terkejut.“Apa-apaan ini, kau tidak takut jika aku pergi darimu lagi, Der?” Tanya Ariella tanpa menghilangkan raut terkejutnya. Ariella terkesiap saat Mederick bergerak cepat meraih pinggangnya dan mendekapnya lebih eratAriella merasakan hatinya berdebar kencang k
Dalam sebuah kamar rumah sakit yang tenang, Mederick terbaring tak sadarkan diri di tempat tidur, wajahnya pucat dan lesu. Tidak jauh darinya, Ariella duduk di kursi, pandangannya terpaku pada wajah Mederick yang lelah. Pikirannya berkecamuk dengan beragam emosi, dari kemarahan hingga belas kasihan."Dia selalu saja menyebalkan" gumam Ariella pelan. "Tapi, aku tidak bisa membantah bahwa dia peduli padaku." Dia merenung sejenak, mengingat momen-momen mereka bersama, bahkan di antara pertengkaran dan konflik yang tak kunjung usai.Ariella menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran-pikiran itu. "Tapi itu bukan alasan untuk membiarkan dirinya menyakitiku" gumamnya dengan suara penuh ketegasan. "Dia harus belajar mengendalikan emosinya, seperti yang selalu dia katakan kepadaku."Saat itu, Mederick mulai bergerak, matanya terbuka perlahan. Ariella segera berdiri, tatapannya bertemu dengan Mederick yang masih lemah. "Kau sadar" ucapnya dengan suara lembut, mencoba menenangkan pria itu
Sementara itu, di pulau terpencil yang jauh dari kekacauan di villa mewah Mederick, Ariella Dfretes duduk di sebuah teras dengan pemandangan pantai yang tenang. Bersama dengannya adalah Faniya dan Mason, dua orang yang telah memberikan perlindungan dan kedamaian setelah ia melarikan diri dari kekacauan yang diciptakan oleh Mederick."kak, aku masih tidak percaya bahwa kau berhasil melarikan diri dari Mederick" ujar Faniya dengan nada prihatin. "Kakak tahu bahwa dia tidak akan pernah berhenti mencarimu."Ariella mengangguk dengan penuh ketegasan. "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa lagi tinggal di bawah pengaruhnya. Aku butuh kebebasan, dan aku tidak akan kembali padanya. Tenang saja aku gak ganggu kalian kok"Mason menatap Ariella dengan penuh kekhawatiran. "Tapi, bagaimana dengan ancamannya? Apakah kau yakin kau aman di sini?""Aku tahu risikonya" jawab Ariella mantap. "Tapi aku lebih baik berisiko hidup di sini daripada hidup di bawah bayang-bayang ketakutan bersama Mederick. Tapi aku ju
Dalam gelapnya malam yang menyelimuti villa mewah itu, Mederick Winston berdiri di tengah-tengah ruangan yang kini tergenang oleh lautan darah dan mayat-mayat yang tergeletak tanpa bentuk. Kekacauan yang terjadi adalah gambaran nyata dari kegilaan yang merajalela di dalam dirinya."SIALAN, KALIAN SEMUA TIDAK BERGUNA!" teriak Mederick dengan suara yang penuh kemarahan, membuat udara menjadi terasa lebih berat di dalam ruangan itu. Tangannya bergetar saat ia memandang ke sekeliling, melihat kehancuran yang ia sebabkan dengan tangannya sendiri.Tak peduli siapa yang berada di depannya, Mederick mengamuk tanpa ampun. Dia tidak membedakan siapa pun yang berada di jalannya, termasuk para bawahannya sendiri. Ia memukul, menendang, bahkan membunuh tanpa ampun, seperti seorang manusia yang kehilangan kendali atas dirinya sendiri.Di antara orang-orang yang menjadi korban kegilaannya, Jack, salah satu bawahannya yang setia, berdiri dengan wajah yang penuh kebingungan dan kecemasan. Selama delap
Ariella berdiri di ruangan rapat, di hadapan tim eksekutif dan staf perusahaannya yang terkejut dan bingung dengan pernyataan yang baru saja Ariella katakan"Saya ingin berbicara dengan kalian semua. Seperti yang kalian ketahui, saya baru saja dilantik sebagai Presiden Direktur perusahaan Darwin. Namun, saya memiliki pengumuman penting yang perlu saya sampaikan."Tim eksekutif dan staf memandang Ariella dengan penasaran. Ariella mengambil napas panjang“Saya telah memutuskan untuk menyerahkan seluruh kekayaan dan aset perusahaan ini kepada sebuah panti asuhan yang membutuhkan. Saya percaya bahwa sebagai pemimpin, tanggung jawab kami tidak hanya terbatas pada mencari keuntungan, tetapi juga pada memberikan kembali kepada masyarakat."Semua yang ada disana termasuk tim eksekutif dan staf terkejut dengan pengumuman tersebut, beberapa di antaranya menunjukkan reaksi campuran antara kagum dan kebingungan.“Tapi bagaimana kelanjutan perusahaan?”Ariella menanggapi pertanyaan itu dengan seny
Langit senja menyala di balik jendela mobil mewah saat Mederick mengemudikannya dengan tenang. Ariella duduk di sebelahnya, tetapi suasana di dalam mobil terasa tegang. Mereka baru saja meninggalkan acara bisnis yang panjang, tetapi tidak sepatah kata pun terucap sejak mereka memulai perjalanan pulang.Dengan napas dalam, Mederick memutuskan untuk memecahkan keheningan yang membelenggu mereka. "Riel, aku ingin meminta maaf."Ariella menoleh padanya dengan pandangan yang penuh pertanyaan di matanya. "Maaf? Maaf untuk apa?" ucapnya berpura-pura tak tahu, meskipun dalam hatinya dia sudah mengetahui alasan di balik permintaan maaf Mederick.Mederick menelan ludah, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Aku tahu belakangan ini aku agak... terlalu cemburu. Aku ingin meminta maaf jika itu membuatmu tidak nyaman."Ariella menatapnya dengan ekspresi yang tidak terbaca. Dia tidak mengharapkan permintaan maaf seperti itu dari Mederick, yang biasanya sulit mengakui kesalahannya. "meskipun aku m