Tok! Tok! Tok!
“Permisi.” Avery mengetuk pintu rumah yang ia sendiri tidak tahu apakah itu Wikrama atau bukan.Tok! Tok! Tok!“Permisi.” Avery mengetuk pintu rumah itu kembali tapi sepertinya tidak ada orang di rumah.“Neng, itu orangnya sudah pindah,” teriak seorang tetangga kepada Avery.“Pindah kemana, Ibu? Apakah Ibu tahu?” tanya Avery penasaran.“Enggak, Neng.” Ibu itu menggelengkan kepalanya.“Apa Ibu pernah melihat wanita ini di sini?” tanya Avery sambil memperlihatkan foto Rosalind.“Aduh, sepertinya Ibu ada lihat wanita ini. Tiga hari lalu. Dia teh dibawa sama anak muda ke rumah sebelah,” jelas ibu Tetangga.“Apakah penghuni rumah di sebelah itu seperti ini wajahnya?” Avery memberikan foto dari Wikrama Santoso kepada Ibu Tetangga.“Iyah, Neng.” Ibu Tetangga itu mengangguk.“Siapa nama pria ini, Bu?” tanya Avery lagi. Ia ingin memastikan bahwa nama pria ini belum berganti dan jikapun sudah berganti, ia harus mencari tahu lagi.“Namanya Ase“Boleh saya lihat fotonya?” tanya Tukang Ojek itu penasaran.“Ini, Pak.” Avery memperlihatkan wajah Rosalind kepada Tukang Ojek itu.“Ya ampun, ini yang tadi saya antar, Neng.” Tukang Ojek itu menepuk keningnya sendiri.“Serius, Pak? Bisa bapak antarkan saya kepadanya?” Avery sudah kembali berseri karena ada orang yang sudah mengetahui keberadaan Rosalind. Ia merasa begitu bodoh karena mencari-cari orang yang tidak jelas seperti Asep atau Wikrama.“Dia teh mengalami kecelakaan. Sekarang ada di RSUD. Saya yang bantu antar. Sepertinya dia teh ketakutan sekali.” jelas Tukang Ojek.“Tolong antarkan saya sekarang, Pak,” tutur Avery khawatir dengan adiknya yang kecelakaan. Avery sudah mengabarkan kepada Aldi bahwa ia akan pergi ke RSUD di dekat Tugu bersama tukang ojek yang ia sewa.Tidak menunggu waktu yang lama, Avery sampai ke RSUD yang diantarkan oleh tukang ojek sewaannya."Apakah disini ada yang pasien bernama Rosalind? Korban kecelakaan. Ia belum lama d
Lampu ruang operasi mati, artinya operasi telah selesai dilakukan. Avery bernafas sedikit lega. Ia sangat berharap keadaan adiknya baik-baik saja serta bayi di dalam kandungannya selamat.Dokter dan suster keluar dari ruang operasi dan membawa seorang wanita yang sudah terkulai lemas di stretcher.Avery melihat wajah pasien yang sedang didorong oleh dokter dan benar saja ternyata Rosalind yang sedang mereka dorong di stretcher.“Dokter, bagaimana keadaan pasien?” tanya Avery berlari mengejar dokter.“Hmm … anda siapa?” tanya Dokter sambil mengernyit. Ada rasa lelah tergurat dari dokter yang telah mengoperasi Rosalind.“Saya kakak dari pasien. Namanya Rosalind,” sahut Avery tegang.“Ah, pasien dalam keadaan tidak stabil. Saat ini ia mengalami keguguran karena benturan yang sangat hebat di perutnya. Dan juga pasien dalam keadaan gegar otak dan mengalami beberapa patah tulang di bagian punggungnya. Pasien juga sepertinya mengalami penganiayaan karena banyaknya memar d
Avery berdiam diri di dekat Rosalind. Infus di tangannya sudah dilepaskan oleh dokter kemarin. Avery menatap Rosalind dengan lembut, adik yang selama ini ia manjakan ada di hadapannya sekarang dengan tubuh tidak berdaya. Miris sungguh miris melihat adik yang paling dicintai menderita seperti ini. Avery melihat Aldi yang masih tertidur di sofa di ruangannya, ada segurat rasa tidak enak karena membuat Aldi menderita juga. Aldi adalah anak buah dari ayah Avery dan ia sudah bekerja selama hampir sepuluh tahun sejak ia remaja.Aldi adalah remaja terlantar yang hampir sekarat dan dipungut oleh Jordan dan dijadikan anak buahnya, dididik dengan benar dengan sekolah yang tinggi. Hal itu membuat Aldi sangat menurut kepada Jordan. Aldi tumbuh besar bersama Avery dan Rosalind, ia sangat menjaga kedua putri penyelamatnya agar selalu aman. Ia seperti kakak bagi Avery dan Rosalind dan tidak heran mereka berdua sangat manja kepada Aldi meskipun selama ini Aldi selalu memanggil sebutan Nona,
Avery dan Aldi berjalan gontai keluar dari ruangan Rosalind. Avery memeluk erat Aldi, ia sangat tidak kuat menahan penderitaannya. “Al, kenapa harus Rosa? Kenapa harus dia yang menjadi korban, Al?” Avery memukul-mukul dada Aldi perlahan. Getir, lirih dan sangat nelangsa semua ucapan yang Avery katakan kepada Aldi. Aldi hanya bisa berdiri tegak sebagai sandaran Avery. “Kita akan membalas mereka, Nona. Saya akan membantu Nona,” ujar Aldi tegas. Ia tidak rela majikannya diperlakukan seperti binatang oleh seorang Vladimir.“Kita akan membalas mereka, Aldi. Kita buat Xavier Vladimir lebih menderita dari apa yang dialami oleh Rosalind,” janji Avery kepada dirinya sendiri.Dokter dan Suster keluar dari ruang perawatan Rosalind, mereka berwajah kusut dan tidak bisa memberikan kabar bahagia sama sekali untuk Avery dan Aldi.“Maaf, Nona. Pasien tidak bisa diselamatkan. Saya turut berbelasungkawa.” Dokter menunduk, sedih rasanya tidak bisa menyelamatkan seorang pasien.
Setelah pulang dari pemakaman Rosalind, Avery pergi beristirahat di kamar adiknya. Ia membuka pintu kamar Rosalind, seketika wangi parfum candy yang sudah samar-samar baunya menyeruak ke penciuman Avery. Ia berjalan pelan masuk ke dalam kamar dan memperhatikan kamar adik satu-satunya yang telah meninggalkannya selamanya. Pajangan foto Rosalind yang ceria dan beberapa foto keluarga tergantung di kamar Rosalind.Avery mengambil foto Rosalind bersama dirinya ketika berada di Jerman yang sedang berpose begitu centil. “Sepertinya baru kemarin kulihat wajah ceriamu, andai aku tahu apa yang akan terjadi sekarang. Huhuhu …,” ucap Avery berbicara sendiri sambil melihat foto mereka berdua yang sangat ceria. “Aku pasti akan ikut denganmu ke Indonesia seperti ajakanmu saat itu di Jerman. Aku pasti akan menemanimu di setiap waktu dan tidak akan membiarkan kamu sendiri. Huhuhu …” Rasa sesak dan bersalah memenuhi relung hati Avery. Ia terisak mengingat kenangan delapan bulan lalu sa
Tok! Tok! Tok!Bunyi seseorang mengetuk pintu kamar Rosalind."Masuk," ucap Avery sambil menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya."Nona, ayo kita makan. Semenjak kemarin anda belum makan," ucap Aldi di balik pintu kamar."Aku tidak lapar saat ini, Al," balas Avery lemah."Jangan menyiksa diri lagi. Jika anda ingin membalas Vladimir, maka anda harus kuat," ucap Aldi berusaha menyemangati Avery yang tertekan.Avery bangun dari posisi tidurnya. Ia menghapus semua air mata yang sudah tumpah."Aku akan kuat, Al. Bantu aku." Avery mencoba membuat tegar dirinya sendiri. Ia tidak boleh terpuruk terlalu lama dalam kesedihan."Aku akan selalu membantumu, Nona," balas Aldi untuk mendukung Avery."Al, cari semua informasi tentang Vladimir. Aku akan membuatnya membayar atas segala penderitaan Rosa," ujar Avery sambil mengepalkan kedua tangannya."Tentu, Nona. Sekarang lebih baik anda makan terlebih dahulu. Ayo, kita makan bersama," ajak Aldi kembali."Aku
Seperti hari biasanya dalam satu minggu Avery tinggal di Vermont mansion, Avery tidak akan bertemu dengan Jordan di setiap waktu untuk sarapan, makan siang ataupun makan malam karena ayahnya itu sangatlah sibuk. Sendiri dan sepi… ya kata-kata itu paling cocok untuk menggambarkan keadaan saat ini bagi Avery. Ia tidak merasakan hangatnya sebuah keluarga di dalam mansionnya yang sangat megah ini.“Pantas saja Rosa merasakan kesepian. Ternyata di dalam rumah ini tidak ada yang bisa diajak untuk berbicara,” lirih Avery di dalam hati. Ia menghela nafasnya yang terasa lelah.Avery berjalan menuju ruang makan dan ia mendapati berbagai hidangan makanan yang mewah yang sesuai dengan seleranya tapi ia menjadi tidak berselera karena semua makanan itu mengingatkannya pada ibu dan adiknya. Di meja yang mewah dengan hidangan yang mewah, hanya ia sendiri yang menikmati hidangan itu, tidak ada satupun orang yang bisa ia ajak bicara. Mungkin hanya tembok, meja, garpu, sendok, piring dan gelas y
Avery pergi bersama Aldi ke suatu pusat perbelanjaan yang biasa saja. Ia memang lebih suka berpenampilan seperti orang biasa tanpa memakai barang bermerek yang terlalu mahal. Beberapa barang kebutuhan sudah dibeli oleh Avery dan Aldi membawakan semua barang milik Avery. "Nona, apakah masih ada yang ingin anda beli?" "Sepertinya semua sudah selesai, Al." "Lalu apakah sekarang kita akan pulang?"“Kita makan terlebih dahulu ya, Al. Aku sangat lapar sekarang,” ajak Avery kepada Aldi. Avery memang selalu sedikit manja terhadap Aldi karena ia menganggap Aldi sebagai kakaknya sendiri. Mereka berdua sangat dekat dari kecil sehingga Avery tidak canggung untuk bermanja-manja terhadap Aldi meskipun Aldi selalu bersikap hormat kepadanya.“Baik. Makanan apa yang nona inginkan sekarang?” tanya Aldi kepada Avery.“Steak saja,” ucap Avery singkat.“Ada satu restaurant yang recommended menurut pembahasan di internet. Ayo kita ke sana, Nona.” Aldi menunjukkan jalan