Share

Bab 2 - Jadilah Wanitaku

"Kamu tidak apa-apa?" tanya pria bermata hitam itu. Suara dalamnya terdengar menggelitik, menggoda dan menenangkan di saat yang bersamaan.

Sebelum Dara sempat membalas dan berdiri dari pelukan pria asing itu, teriakan Rizal mengalihkan fokusnya. "Sekali lagi kamu berbuat kasar pada calon istriku, aku tidak akan segan-segan menyakitimu!" ancam Rizal selagi melotot ke arah Dara.

Awalnya, Rizal berniat untuk memaki wanita itu lagi, tapi pandangan tajam pria bermata hitam yang menolong Dara itu membuatnya sedikit terintimidasi. Akhirnya, dia pun mendengus dan membawa Irma pergi.

Saat Rizal dan Irma menghilang dari balik pintu kelab, Dara yang masih berada di rengkuhan pria penolongnya perlahan mulai berdiri. Dia menepuk-nepuk serta merapikan rambutnya yang berantakan karena perkelahian dengan Irma.

"Kamu tidak apa-apa?" Pria bernetra hitam itu mengulang pertanyaannya.

Dara melirik pria penolongnya sesaat, lalu berkata dengan sedikit ketus, "Terima kasih." Tanpa membuang waktu, Dara memutuskan untuk kembali ke mejanya.

Tanpa wanita itu sadari, pria asing tersebut mengikuti. Diamatinya dengan saksama bagaimana Dara kembali memesan minuman dan meneguk minuman tersebut secara brutal. Satu botol bir yang semula penuh habis dalam sekejap, kentara bahwa Dara ingin kembali menenggelamkan kesedihan dan amarahnya dengan mabuk.

"Mas, satu botol la—"

"Berhentilah minum," potong seseorang sembari menghentikan gerakan tangan Dara yang terangkat. Hal tersebut membuat Dara menoleh dan menatap pria bernetra hitam yang sempat menolongnya tadi. "Kamu sudah mabuk,” ucap pria itu.

“Jangan ikut campur!” bentak Dara sembari mencoba mengulurkan tangan kembali untuk memanggil bartender.

Untuk kedua kalinya, pria itu kembali mencegah Dara. Kali ini, pria itu justru duduk di sisi wanita tersebut dan mengaitkan jari-jarinya dengan jari-jari lentik Dara, menahan wanita itu dari menggerakkan tangannya.

Dengan cepat, Dara mengempas tangan pria itu. “Lepas! Apa yang kamu kira kamu lakukan, hah?!” ucap Dara ketus. "Kalau kamu mencoba merayuku, jangan harap kamu bisa berhasil!"

Menggunakan satu tangannya yang terbebas, pria itu menopang kepalanya dan berkata, “Seharusnya kamu berterima kasih padaku." Netra hitamnya memandang Dara dengan saksama. "Kalau aku lelaki lain, mungkin mereka sudah memangsamu," godanya.

Mendengar hal itu, Dara memasang wajah buruk. Dia pun menarik kuat tangannya. "Lepas! Lepas!" serunya.

Di sela-sela usahanya untuk melepaskan diri, benak Dara yang mulai kacau kembali mengulang ingatan akan sosok Rizal yang berdampingan dengan Irma. Sungguh hari ini begitu luar biasa untuknya. Bukan hanya kehilangan statusnya, tapi Dara juga kehilangan pertunangannya. Amarah yang dari tadi tertahan pun mulai tak terbendung dan berakhir terlampiaskan melalui sebuah tangisan.

"Baj*ngan! Kamu baj*ngan! Hidupku sudah begitu sulit, tapi kenapa kamu tidak mengizinkanku untuk bersenang-senang!?" maki Dara sembari memukul-mukul pria di hadapan.

Kerutan, makian, juga air mata yang Dara keluarkan menjadi perhatian serius pria bermanik hitam tersebut. Entah berapa lama dirinya menjadi tempat pelampiasan Dara, tapi pria itu hanya terdiam dan menepuk-nepuk pundak wanita itu.

Saat Dara berakhir tenang, pria itu pun melepaskan tangannya. Dia melihat Dara tertunduk, memandang lantai yang dihiasi kunang-kunang berdasarkan pandangannya.

Suara benda yang diletakkan di atas meja bar membuat Dara mengangkat pandangannya, melihat segelas bir yang telah terisi penuh. Dia terkejut, lalu menoleh hanya untuk melihat pria itu menatapnya tenang. Kepala pria itu mengangguk, mengisyaratkan bahwa bir itu dipesan untuk Dara.

“Apa kamu menangisi pria tadi?” tanya pria tersebut saat melihat Dara langsung menyambar bir di hadapan.

Mata Dara memicing menghadap si pria asing. “Untuk apa kamu tahu?” sewotnya.

"Aku bisa membantumu," tegas pria bermata hitam itu dengan yakin.

Dara mengibaskan tangannya ke arah si pria asing. “Pergilah! Masalahku bukan urusanmu!”

Namun, rupanya pria asing itu bukan orang yang gampang menyerah. Pria yang diam-diam sudah memperhatikan Dara sedari gadis ini memasuki club pun jelas sudah tahu apa yang terjadi padanya. Untuk itu, dia kembali menawarkan bantuan, “Jadilah wanitaku, maka akan kubalas semua yang mereka lakukan padamu.”

UHUK!

Dara menyemburkan bir yang baru saja dia teguk karena kaget dengan ucapan pria yang baru sekali ditemuinya. "Apa kamu gila?" tanya Dara. Lelaki memang gampang sekali mengambil kesempatan, itulah yang ada di benak gadis itu saat ini. Dengan mengalihkan pandangannya, Dara membalas, “Aku tidak mau."

"Kenapa?"

"Siapa yang tahu kamu punya niat jahat?”

"Aku tidak mungkin jahat padamu," sahut pria tersebut dengan seulas senyum tipis. “Apa kamu lupa siapa aku?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
emang siapa itu ra kamu gk ingat atau lupa wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status