"Jangan mendekat Olivia…." Joseph bersuara setelah lama diam seribu bahasa di depan wanitanya.
Pria yang masih dirantai dengan wajah yang tampak berantakan, tidak ingin Olivia melihatnya dengan keadaan yang tidak pantas.
Joseph terlalu malu bertemu dengan Olivia setelah wanita itu melihat sisi lain darinya kemarin. Olivia pasti merasa jijik padanya sekarang.
"Ada apa, Jo? Kenapa aku tidak bisa mendekatimu? Apa salah jika aku ingin bertemu dengan kekasihku?" sahut Olivia tidak terima.
"Aku, aku bukan kekasihmu lagi…!"
Olivia tersentak, seketika menghentikan langkah kakinya mendekati Joseph.
"Apa maksudmu? Kamu ingin memutuskan hubungan kita, Jo?!" tanya Olivia dengan suara bergetar.
"Iya. Tolong jangan menemuiku lagi!" jawab Joseph singkat, tidak mau menatap wanita yang dia cinta.
Baginya ini adal
Selamat Tahun Baru Maafin author yang gak sempat up dua hari ini, yah Author lagi sakit soalnya... Doain, yah mudah-mudahan author bisa cepet pulih biar bisa selalu rajin up Terima kasih 🌹
"My Lady…." Rey mendekati wanita berkulit putih bak susu itu dari belakang. Suci masih terus berjalan, tidak mempedulikan Rey yang melayang cepat mengejarnya. Suci baru saja keluar dari kamar Olivia setelah memastikan keadaan rekan kerjanya. "Kamu masih marah padaku, My Lady?" Rey berhasil menghalangi langkah kaki Suci, berdiri menjulang di depannya. Kaki pria itu tidak menapak bumi, Rey sedang melayang menatap Suci yang mendongak ikut menatap dia kesal. "Apa perlu aku menjawab pertanyaanmu, hm?! Pergilah, aku tidak ingin berbicara denganmu sekarang!" Suci mendengus, berjalan melewati Rey yang menahan tangannya cepat. "Ini sudah dua hari, My Lady. Apa kamu tidak lelah terus-menerus marah padaku? Aku tidak bisa tidur tanpa ada kamu disampingku…." Rey memelas dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin. Sudah cukup istrinya mendi
"Kamu yakin sudah lebih baik, Liv?" "Iya Suci, kamu tidak perlu khawatir. Jika aku masih terus mengurung diri di kamar, aku akan semakin terpuruk dengan patah hatiku. Sekarang waktu yang tepat untuk aku kembali ke kehidupan nyataku!" Olivia bersuara penuh keyakinan. Hari ini tepat lima hari setelah hari di mana Joseph memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Sempat merasakan patah hati yang teramat dalam, Olivia akhirnya keluar dari kamar kastil Rey setelah menata hatinya lebih baik lagi. Olivia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan belajar menerima dan melupakan semua tentang pria yang dia cinta selama beberapa tahun itu. Seperti kata Joseph, mungkin ini adalah yang paling baik untuk hidup mereka berdua. Olivia yakin dia pasti bisa menjalani hari-hari kedepannya dengan cinta yang mungkin lebih indah. "Aku senang mendengarnya, Liv
"Kenapa kita kesini, Pak?""Turunlah, mulai sekarang kau akan tinggal bersamaku!""A-apa?!" Michael keluar lebih dulu dari mobilnya, meninggalkan Olivia yang kebingungan dengan maksud ucapan atasannya.Wanita itu ikut turun, buru-buru mendekati Michael yang berjalan cepat masuk ke dalam rumah minimalis modern berwarna abu-abu hitam."Tunggu, Pak." Olivia berlari kecil mencoba menahan Michael yang hampir tiba di depan pintu utama rumahnya."Pak Michael…!" panggil Olivia lagi hampir mendekati pria itu.Tidak melihat pijakan kakinya, Olivia menyambar tangga pendek menaiki teras rumah Michael, hingga tubuhnya seketika oleng ke depan menyambar Michael yang refleks berbalik menahannya."Aaa…," pekik Olivia sebelum jatuh di atas tubuh Michael.Sama-sama kehilangan keseimbangan, Michael jatuh lebih d
"Bagaimana perkembangan rencana acara ulang tahun perusahaan lusa nanti Michael?""Semuanya sudah fix Tuan. Besok party planner yang kita sewa akan mulai mendekorasi aula perusahaan. Tuan bisa mengeceknya secara langsung," sahut tabib Klan Vampire itu.Rey mengangguk, menyelesaikan beberapa dokumen yang harus dia tandatangani hari itu juga di kantor."Lalu, apa undangan kita sudah kau sebar semuanya?" tanya Rey lagi."Sudah, Tuan. Tuan tidak perlu khawatir, semuanya sudah beres seperti kemauan Tuan," jawab Michael sopan."Ya, dan kau berhentilah memanggilku Tuan. Disini hanya ada kita berdua!" protes Rey risih dengan panggilan Michael padanya."Maaf, aku merasa tidak enak saja kita sedang berada di kantor dan aku memanggilmu dengan nama."Rey berdecak, memberikan dokumen-dokumen yang telah selesai dia tandatangani pada Michael
"Apa maksudmu bertanya ingin punya anak Rey?" Olympus duduk di dalam ruang kerjanya bersama anak keduanya.Pria berambut putih itu sengaja datang ke kastil Olympus membahas perihal keturunan garis Raja Vampire selanjutnya.Rey butuh memastikan sesuatu. Sebelum dia tiba di sana, Rey sempat berdebat dengan Suci mengenai ini."Maksudmu, kamu tidak ingin punya anak denganku, Rey?" tanya Suci terdengar kecewa."Bukan, bukan itu maksudku My Lady. Aku hanya belum siap saja sekarang. Mungkin menunggu beberapa tahun lagi baru kita bisa mulai merencanakan seorang anak untuk keluarga kita," jawab Rey cepat.Sebetulnya bukan itu alasan sebenarnya, Rey hanya belum memiliki informasi apa-apa tentang manusia yang mengandung anak Vampire.Dia masih harus mencari informasi dan kebenaran yang lengkap sebelum mengiyakan permintaan Suci memiliki anak darinya. Rey tid
Matahari pagi menyapa kekosongan hati Suci, semalaman dia menunggu Rey yang tidak kunjung pulang.Dalam hati terus bertanya dan gelisah, Suci tidak bisa tidur dengan nyenyak ditemani dinginnya malam.Suci turun ke lantai bawah kastil, menyeret kakinya yang lemah dan tak bersemangat mencoba mencari bayangan suaminya di sana.Namun, bukannya pria yang dia tunggu-tunggu hadir. Suci malah mendapati Michael tengah duduk menunggunya di ruang utama kastil."Selamat pagi Ratu." sapanya membungkuk sopan.Kekecewaan dan rasa tidak nyaman memenuhi hati Suci, entah di mana pria berambut putih yang dia tunggu sejak semalam."Di mana Rajamu, Michael?" tanya Suci tidak bisa menutupi yang dia rasa."Tuan akan segera menemui Ratu. Aku diminta membawa Ratu ke perusahaan. Hari ini adalah pesta puncak perayaan ulang tahun perusahaan Lucky, Corp." Suci menger
"Kau hanya sendirian Suci?" Seorang pria memakai jas lengkap, mendekat dan duduk di kursi samping wanita berhidung mancung itu."Fourd, kau disini?" sahut Suci setengah kaget."Ya, aku belum lama tiba. Aku melihatmu masuk kesini sendiri. Di mana Rey?" tanya pria penuh tato itu tidak melihat keberadaan adik tirinya."Dia, dia masih sibuk. Mungkin sebentar lagi Rey akan kesini," jawab Suci berbohong.Tidak mungkin Suci mengatakan dia tidak tahu di mana Rey sekarang. Kakak iparnya ini pasti akan memberondonginya dengan beribu pertanyaan."Benarkah? Kalau begitu aku akan disini menemanimu sampai Rey datang.""Aku sudah disini." Pria yang baru saja mereka bicarakan tiba-tiba sudah berdiri di dekat Suci dan Fourd.Rey baru saja tiba memakai tuksedo berwarna hitam, senada dengan warna pakaian yang digunakan istrinya.
"Dasar bodoh! Bagaimana bisa kau kehilangan Suci, Michael?!" Rey berteriak marah begitu mengetahui istrinya menghilang dari aula perusahaan.Pria pucat itu diberitahu tidak lama setelah Michael keluar dari toilet, tempat di mana terakhir kali Suci berada.Michael hanya bisa tertunduk pasrah menerima kemarahan Sang Raja Vampire. Rey benar-benar marah dan seperti ingin membunuh orang saat ini."Apa yang terjadi Rey?" Clara masuk mendekati anaknya di dalam ruang pribadi dalam aula.Suara teriakan Rey sempat terdengar keluar dan membuat perhatian beberapa tamu beralih pada ruangan tersebut.Clara bergegas masuk ke dalam, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi di sana."Aku tidak mau tahu Michael, kau harus menemukan Suci sekarang juga! Jangan berani kembali jika kau tidak berhasil menemukannya, atau kepalamu yang akan jadi korban kemarahanku!" Rey mem