Share

Bertemu seseorang

Author: Lia Scorpio
last update Last Updated: 2022-09-22 21:33:44

Lingga bergegas keluar dari kamar, pintu yang tadinya terbuka, kini terlihat kosong.

"Tidak ada orang? Lalu, siapa yang membuka pintu tadi?" Lingga nampak mengerutkan keningnya.

"Apa ini ulah gadis itu? Tapi, gadis itu tidak terlihat di mana pun," lanjut Lingga, terus bermonolog sendiri.

Lama Lingga berdiri di depan pintu kamar. Intan yang merasa kondisi sudah mulai aman, melangkah santai menghampiri Lingga. "Sedang apa Pak?" tanya Intan, bersikap biasa saja.

Lingga menatap tajam Intan, matanya terus menelisik gadis yang kini berdiri di depannya. "Dari mana saja kamu? Apa tadi kamu sempat kembali?"

"Dari makan Pak. Kembali ke mana maksud Bapak?" tanya Intan, pura-pura tidak mengerti.

"Tidak ada apa! Lupakan saja! Sekarang bersiap, kita akan ke perusahaan Giant Super!" Lingga memilih masuk ke kamar lebih dulu.

'Sepertinya gadis itu tidak tau apa-apa. Mungkin benar bukan dia pelakunya.' batin Lingga.

Intan tersenyum penuh kemenangan. Sandiwaranya berhasil, Lingga tidak memperpanjang masalah pintu itu lagi.

'Lebih baik aku langsung bersiap, mumpung bos mesum itu sudah melupakan kejadian tadi,' batin Intan, bergegas menyusul Lingga.

Baru saja Intan masuk, Lingga dengan santainya membuka kemejanya. Melihat itu, Intan langsung terdiam di tempatnya. 'Sempurna' batin Intan, tanpa sadar, mulutnya terbuka. Melihat dada bidang dan perut sixpack Lingga, membuat Intan menelan air liurnya kasar. Matanya bahkan tidak berkedip sama sekali.

"Tutup mulutmu itu! Awas lalat ada yang masuk, atau mata kamu itu keluar dari tempatnya!" ujar Lingga, membuat Intan langsung tersadar.

Intan menutup mulutnya, dan kembali menormalkan ekspresi wajahnya. "Kalau mau ganti pakaian itu, minimal pintu dikunci dulu, Pak!" gerutu Intan, melangkah melewati Lingga yang sudah berpakaian rapi.

"Ini kamar siapa? Terserah saya, mau menguncinya atau tidak. Kamu saja yang main masuk sembarangan. Biasakan ketuk pintu dulu!" sahut Lingga.

Intan mendengus kesal. Kata-kata Lingga, selalu saja membuat darahnya seperti mendidih. "Bapak tunggu di luar sana! Saya mau ganti pakaian," usir Intan.

"Kalau mau ganti, ya, tinggal ganti saja. Kenapa kamu mengusir saya? Saya tidak mau keluar," tolak Lingga.

Mendengar penolakan Lingga, Intan langsung berbalik menatap tajam atasannya. "Bapak sudah gila, ya? Kita ini bukan muhrim, untuk apa Bapak di sini, sementara saya ganti pakaian? Bapak mau melihat tubuh seksi saya ini?"

"Tubuh apa kamu bilang? Seksi? Hahaha... Lihat saja tubuh kamu itu! Jangankan melihatnya polos tanpa satu helai benang pun, melihat kamu berpakaian lengkap saja, saya tidak tertarik sama sekali. Semuanya rata, seksi dari mana?" ejek Lingga, tertawa keras.

Dengan kesalnya Intan menghentakkan kakinya, berjalan melewati Lingga dengan membawa pakaiannya menuju kamar mandi. Berdebat dengan atasannya itu, membuat kepala Intan semakin terasa pusing.

'Dasar bos gila, kalau begini caranya, beban masalah yang ada dalam hidupku semakin bertambah. Baru juga mau melupakan pengkhianatan dua pasangan brengsek itu. Eh, malah harus bertemu bos gila seperti pak Lingga,' gerutu Intan di dalam kamar mandi.

Intan berdiri di depan kaca wastafel kamar mandi. Matanya terus memperhatikan setiap inci lekuk tubuhnya. "Tidak rata, seperti yang bos mesum itu bilang. Masih ada bagian yang menonjol, kok. Dada cukup besar, bagian belakang juga. Apa penglihatan bos mesum itu minus? Bisa-bisanya mengataiku rata, padahal aku ini bahenol," gumam Intan.

Waktu sudah semakin mepet, meeting sebentar lagi dimulai. Sedangkan Intan masih berdiam diri di dalam kamar mandi, sambil terus merapikan penampilannya.

"Kenapa kamu lama sekali? Intan Sasmita, cepat keluar!" teriak Lingga, sudah terlalu lama menunggu.

Intan bergegas keluar dari dalam mandi. Keningnya berkerut melihat Lingga berdiri tepat di depan pintu. "Bapak ngapain di sini? Bapak mengintip saya?" tuduh Intan.

"Siapa yang mau mengintip kamu? Lihat, jam berapa sekarang? Meeting sudah mau dimulai, sedangkan kamu dari tadi di dalam sana. Kamu tidur atau ganti pakaian?" omel Lingga.

"Maaf Pak, saya hanya merapikan pakaian dan penampilan saja. Saya harus terlihat rapi dan menarik, bukan? Masa iya, saya tampil dengan dandanan acak-acakan," sahut Intan, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Terserah kamu saja! Cepat ikuti saya! Kalau seperti ini terus, kamu akan saya pecat sungguhan!" ketus Lingga, berjalan mendahului Intan.

'Salah terus, semuanya selalu saja salah,' gerutu Intan pelan, berlari kecil mengimbangi langkah Lingga yang sangat cepat.

Keduanya akhirnya tiba juga di tempat meeting. Walaupun terlambat, tetapi semua orang hanya bisa memakluminya saja tanpa mau berkomentar apa-apa. Diantara banyaknya para rekam kerja Lingga. Ada satu orang yang membuat Intan terkejut bukan main saat melihatnya.

'Astaga. Kenapa bisa bertemu di sini? Kalau sampai aku ketahuan tidur satu kamar dengan bos mesum itu, bisa bahaya. Dan, lagi. Kalau sampai bos mesum itu tau, siapa aku sebenarnya. Dia pasti akan langsung memecat aku. Dia pasti akan menganggap aku sudah membohonginya,' batin Intan terlihat gugup, kepalanya terus menunduk.

Sementara orang yang dilihat oleh Intan, malah tersenyum samar. Kemudian, mengabaikan Intan tanpa ada satu orang pun yang menyadarinya.

"Kenapa kamu terlambat datang? Apa yang kamu lakukan dengan bos baru kamu itu?" batin seseorang itu, nampak memikirkan sesuatu.

"Intan, mana berkas yang kemarin saya minta siapkan?" tanya Lingga, setengah berbisik.

Intan sedikit menjaga jarak dari Lingga. Apalagi saat merasa dirinya sedang diperhatikan. "Ada Pak, sebentar saya siapkan," sahut Intan, bergeser mengambil tas berkasnya.

"Kenapa kamu terlihat aneh? Ada apa?" tanya Lingga, heran.

Intan diam saja, tangannya terlihat gemetar saat memberikan berkas itu kepada Lingga. Tanpa berani mengangkat kepalanya, Intan terus saja menunduk.

"Dasar Intan, ada apa dengan dia?" batin seseorang itu, kembali tersenyum.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Gairah Lelaki Penguasa   Terkurung di kantor

    Agung masuk tanpa persetujuan Lingga. Asisten pribadi Lingga itu langsung menghampiri keduanya yang sudah tertangkap basah ingin berciuman. "Gila, ini kantor Bos," ledek Agung. Intan langsung mendorong Lingga menjauh. Wajahnya memerah menahan malu. Tanpa mengatakan atau membela diri, Intan bergegas keluar dari ruangan Lingga. "Kenapa kamu masuk tidak ketuk pintu dulu?" Lingga menatap tajam Agung yang terlihat santai "Aku sudah mengetuknya, kamu saja yang tidak dengar. Saking fokusnya ingin berciuman, kamu sampai tidak tau," sindir Agung, menyerahkan satu map berwarna coklat kepada Lingga. "Ini jadwal kamu besok sampai satu minggu ke depan, aku hanya mau menyerahkan ini saja," lanjut Agung, tersenyum mengejek. Lingga tidak menerima map itu, hanya matanya yang melirik sinis. "Kamu hanya memberikan ini saja? Cepat keluar sana! Lain kali, kalau mau masuk, ketuk pintu dulu!" usir Lingga, mendorong tubuh Agung, menuju pintu. Agung terkekeh mendapa

  • Jerat Gairah Lelaki Penguasa   Hampir berciuman

    Intan duduk termenung di kursinya. Kata-kata Agung membuatnya bingung. "Masa iya di kantor besar seperti ini ada kodok sih? Apa benar? Terus, dari mana Pak Agung tau, kalau tuh kodok berjenis betina?" "Aku seperti orang bodoh saja memikirkan ini. Apa jangan-jangan, pak Agung membohongi aku?" lanjut Intan bermonolog sendiri.Sibuk dengan pemikirannya. Telepon kantor di ruangannya berdering. Dengan tergesa-gesa Intan meraih gagang telepon di atas mejanya. "Hello selamat pagi, di sini Intan Sasmita, sekretaris dari perusahaan Lingga Mahendra," "Tidak perlu diberitahu! Cepat keruangan saya sekarang!" titah seorang pria, yang tidak lain adalah Lingga. Intan langsung meletakkan kembali gagang telepon ke tempat asalnya. "Huh, ternyata bos gila itu. Sudah bicara lembut, ternyata bukan orang penting yang menelepon," umpat Intan, dengan malas beranjak dari duduknya. Intan berjalan gontai menuju ruangan Lingga. Terlalu malas jika harus bertemu atasan yang selalu s

  • Jerat Gairah Lelaki Penguasa   Kodok betina

    Dengan sangat terpaksa Lingga hanya bisa menuruti kemauan Agung saja untuk tidak memotong gajinya. Ancaman dari asistennya itu, benar-benar membuat Lingga tak berdaya. "Sana keluar! Kerja yang benar, awas saja kalau ada yang salah!" "Kamu tenang saja Bos, semua kerjaan aman di tangan asisten handal seperti aku," sahut Agung, dengan penuh percaya diri. "Eh, tapi apa Bos yakin, tidak mau melihat sekretaris baru yang sesuai kriteria perusahaan?" tanya Agung, menggoda Lingga. "Keluar atau aku pecat kamu!" Lingga benar-benar dibuat kesal pagi ini. Agung langsung berlari keluar dari ruangan Lingga sambil terus tertawa. Mengerjai atasan itu, benar-benar ada kebahagiaan tersendiri, apalagi atasan yang seperti Lingga. Lingga melemparkan pena ke arah pintu yang baru saja Agung tutup, lalu memutarkan kursinya ke arah belakang. "Aduh!" Intan mengusap keningnya yang sakit. Mendengar suara yang familiar, Lingga langsung memutar kembali kursinya menghadap

  • Jerat Gairah Lelaki Penguasa   Mencari Intan

    Tak jauh berbeda dengan Intan. Lingga hanya bisa berbohong untuk saat ini. Tidak mungkin dirinya menceritakan kejadian saat di kamar mandi, saat dirinya tidak sengaja memegang satu diantara gunung kembar milik Intan karena lampu padam. "Bukannya tidak mencari kamar lain Ma, tapi saat itu memang semua kamar sedang penuh. Mama dan Papa kan tau sendiri kota itu bagaimana? Kota itu tempat wisata, pasti banyak yang datang," jelas Lingga, memberi alasan yang masuk akal. "Banyak alasan kamu Ga. Memangnya di kota itu cuma ada satu hotel saja? Masih banyak hotel lainnya, belum lagi penginapan, tidak mungkin semuanya penuh. Kalau mau memberi alasan, yang masuk akal sedikit. Memangnya kamu pikir, Mama dan papa ini bodoh?" omel sang mama. "Sudahlah Ma, semuanya juga sudah terlanjur. Tapi, kamu benar-benar tidak melakukan apa-apa kan, Ga? Jangan macam-macam kamu Ga! Reputasi kamu bisa hancur kalau sampai punya skandal dengan sekretaris. Itu juga akan ber

  • Jerat Gairah Lelaki Penguasa   Alasan Lingga

    Cukup lama Intan terdiam, gadis bermanik hitam itu akhirnya mendongakkan kepalanya. "Tidak Yah, Intan memang sempat masuk ke kamar pak Lingga waktu itu. Tapi bukan karena tidur satu kamar. Ada berkas yang Intan ambil untuk persiapan meeting," ujar Intan berbohong. Sang ayah menghela nafas lega. "Syukurlah kalau begitu. Kalau sampai kalian tidur satu kamar, Ayah pastikan kalian menikah saat itu juga," sahut ayah Intan. Intan menelan air liurnya kasar. "Ah, Ayah, tidak mungkin Intan satu kamar," "Hem, iya. Besok kamu mulai masuk kerja lagi? Apa kamu betah kerja di sana?" tanya ayahnya. "Betah kok Yah, besok Intan kerja lagi. Memangnya kenapa Yah?" "Baguslah kalau kamu betah. Kalau tidak betah, kamu kerja di perusahaan Ayah saja. Tidak kenapa-kenapa sih, Ayah cuma khawatir saja. Apa kamu tidak mendengar berita di kantor itu, bagaimana Lingga memimpin. Ada banyak karyawan dan sekretaris yang dia pecat, karena ti

  • Jerat Gairah Lelaki Penguasa   Intan diinterogasi ayahnya

    Tak terasa, pekerjaan luar kota Lingga dan Intan akhirnya selesai. Setelah kejadian pegang memegang beberapa hari lalu, Intan seolah menjaga jarak, walaupun Lingga beberapa kali meledeknya. "Kamu kenapa sekarang pendiam sekali? Apa kamu masih marah karena kejadian itu?" tanya Lingga, merasa tidak nyaman diabaikan. Intan menggeleng sambil membenahi kopernya. "Saya sudah melupakan kejadian itu. Jadi, saya mohon jangan diungkit lagi! Anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa!" Kopernya sudah siap, Intan berdiri memegang kopernya. "Saya sudah siap," ujar Intan, sudah tidak sabar ingin segera pulang. Lingga tidak melanjutkan percakapannya lagi. Tanpa mengatakan apa-apa, Lingga langsung berjalan menyeret koper besar miliknya keluar dari kamar hotel. Perjalanan pulang kali ini tidak terlalu lama seperti saat mereka datang. Keduanya sudah sampai di bandara, menunggu pesawat yang membawa mereka sebentar lagi berangkat. "Apa kita makan dulu?" tanya Lingga,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status