Share

Bab 2 - Dia… Membuka Mata?

“Silakan sebelah sini, Nyonya. Kamar Anda dan Tuan Muda ada di lantai dua,” ucap seorang pelayan yang menyambut Elisa dan sekarang membimbing jalannya. 

Setelah meninggalkan restoran dan menenangkan dirinya, Elisa pun pergi ke kediaman suaminya. Dirinya sudah menikah dan terikat dengan Stevan Wijaya. Demikian, alih-alih meratapi dirinya yang masuk dalam jebakan Alex dan Stella, dia akan mencari cara untuk menjaga Stevan sekaligus memastikan cara menjauhkan harta pria itu dari tangan orang-orang jahat yang menginginkannya!

Elisa berjalan melewati ruang tengah yang begitu lengang. Tak ada seorang pun di sana. Rumah mewah dengan lampu kristal super besar itu terasa dingin, tak ada kehangatan sama sekali.

“Apa tidak ada orang lain di rumah ini? Kenapa sepi sekali?” Elisa meniti satu persatu anak tangga sambil menoleh ke sana kemari, tapi tak mendapati siapa pun.

“Tuan Stevan tinggal sendiri. Beliau tidak pernah mengizinkan orang lain berbagi atap dengannya. Kami hanya bertugas membersihkan tempat ini dan pergi setelahnya. Karena Anda sudah menikah dengannya, maka mulai sekarang Anda akan tinggal di sini.”

Elisa menghentikan langkah, tertegun tak percaya. Seperti apa Stevan? Dia bahkan tidak mau membagi rumahnya dengan orang lain!?

“Tidak hanya itu, semua kebutuhan Tuan menjadi tanggung jawab Anda. Mulai dari membersihkan tubuhnya, mengganti pakaian Tuan Muda, juga mengawasi perkembangan kesembuhannya.”

“Aku—”

“Tidak perlu khawatir, semua kebutuhan Anda akan menjadi tanggung jawab kami. Saya Maria, kepala pelayan di sini. Jika ada yang Anda butuhkan, katakan saja.”

“Bukan itu,” ucap Elisa ragu, sedikit berlari menyusul Maria, “aku belum pernah merawat orang koma sebelumnya. Bagaimana jika—” Elisa harus menelan kembali kalimatnya saat mendapati Maria berbalik dan menatapnya dengan dingin.

“Kita sudah sampai. Ini kamar Tuan Muda yang sekarang menjadi kamar Anda juga. Silakan masuk. Saya permisi.”

Elisa sudah membuka mulutnya, tapi wanita itu pergi setelah menundukkan badan. Dia kembali menuruni anak tangga dan mengabaikan pertanyaan Elisa. 

Tak ada ramah tamah, apalagi senyum hangat yang terpancar di wajah. Sosoknya dengan cepat menghilang, tidak peduli dengan Elisa yang masih kebingungan.

“Apa yang harus kulakukan sekarang?” gumam nona tertua keluarga Andara itu sambil menatap pintu berukiran indah di depannya. Dia belum pernah bertemu dengan Stevan. Bahkan, melihat wajahnya saja tidak pernah. 

“Sudahlah. Bukankah dia hanya manusia biasa? Setidaknya lihat dulu seperti apa keadaannya.”

Mengikis keraguan yang memenuhi kepala, Elisa memutuskan untuk memasuki kamar tidur utama setelah mengetuk pintunya tiga kali dan meminta izin. Meskipun Stevan tidak bisa menjawabnya, tapi Elisa tetap mempertahankan sopan santun.

Aroma bunga lavender langsung menyergap hidung, membuat Elisa menahan napas sejenak. Seulas senyum seketika terbit di kedua sudut bibirnya, meyakini Stevan menyukai bunga yang sama dengannya.

Langkah Elisa terhenti dengan jantung yang tiba-tiba berdegup kencang. Cahaya temaram dari lampu tidur menyinari wajah seorang pria berusia awal 30-an yang terbaring di atas ranjang. Tampan rupawan dan begitu mengagumkan. Seluruh keindahan seolah terpatri di sana. 

Alis hitam tebal, rahang tegas memesona, dan tubuh kekar nan bugar seakan pria itu sama sekali tidak sedang sakit. Wanita mana pun pasti jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihatnya!

Dengan tangan menutup mulutnya yang terkejut, Elisa bergumam, “Dia ….”

BRAK!

“Elisa!”

Kekaguman Elisa terjeda, menoleh ke sumber suara dan mendapati Alex berdiri di hadapannya. Pria itu sibuk mengatur napasnya yang tersengal. Tampaknya dia baru saja berlari dan masuk ke kamar Stevan dengan tergesa.

Pria itu memeluk Elisa dengan erat, bahkan mengusap punggungnya beberapa kali. Namun, kedua tangan Elisa masih tertahan di samping badannya sendiri, tak membalas pelukan sang kekasih. Sebaliknya, dia merasa jijik dengan pria itu mengingat perilaku busuknya.

Dalam hati, Elisa bingung. Kenapa pria itu bahkan berada di tempat ini? Bukankah tadi dia sibuk bersama Stella?

“Maaf karena sudah menempatkanmu di posisi yang sulit ini.

Elisa menarik diri, mundur dua langkah dan menatap Alex dengan tatapan tanpa ekspresi. “Apa maksudmu?”

Nada bicara Elisa yang dingin membuat Alex sedikit terkejut, seakan wanita itu bukan kekasih yang biasa lembut padanya. Namun, Alex menepiskan hal tersebut tidak peduli. 

“Seperti yang kukatakan sebelumnya, ini hanya sementara.” Alex melirik ke arah Stevan yang masih terpejam, “Setelah dia meninggal, aku pasti akan segera menikahimu, Elisa.”

Ah … pria itu sedang berusaha meyakinkannya lagi ….

“Menikah?” tanya Elisa.

“Ya. Jadi, rawatlah—”

“Siapa yang akan menikah denganmu?”

“Eh?” Alex mengerjap dua kali, menatap wajah Elisa dengan tatapan heran. Dia tidak tahu Elisa sudah mendengar rencana busuknya yang hanya memanfaatkan keberadaan gadis itu untuk mengeruk harta milik sang paman.

Elisa mendengus dalam hati. “Jaga sopan santun di depan pamanmu sendiri. Selain itu, aku sudah menjadi bibimu, jangan sentuh aku sembarangan.”

“Elisa, kenapa kamu bersikap seolah-olah kamu benar-benar menikah dengan pamanku? Dia sudah sekarat. Kelak saat pria itu mati, kita akan menikah dan semua hartanya akan menjadi milik kita.”

Elisa menggertakkan giginya. Sumpah serapah bersiap meluncur dari mulutnya. Namun, semua tertahan saat melihat pergerakan jari Stevan. 

Apa … dia baru saja bergerak?

Melihat Elisa tertegun dan mengarahkan pandangannnya kepada Stevan, Alex berbalik dan menatap ke arah yang sama. Namun, matanya malah bertabrakan dengan manik hitam segelap malam yang menghipnotis siapa saja yang melihatnya.

“Astaga!”

Seruan Alex mengejutkan Elisa, lalu dia pun mengikuti arah pandang Alex, menatap wajah Stevan. 

“Oh?!”

Elisa terkesiap.

Stevan membuka matanya!?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Any Virgo Borjuntk Mardaup
seru juga makin penasaran mind semoga GK putus d tengah jalan
goodnovel comment avatar
Kenang Utami
penasaran kisahnya lnjt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status