Home / Romansa / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Bab 2 - Dia… Membuka Mata?

Share

Bab 2 - Dia… Membuka Mata?

last update Last Updated: 2023-07-14 16:54:50

“Silakan sebelah sini, Nyonya. Kamar Anda dan Tuan Muda ada di lantai dua,” ucap seorang pelayan yang menyambut Elisa dan sekarang membimbing jalannya. 

Setelah meninggalkan restoran dan menenangkan dirinya, Elisa pun pergi ke kediaman suaminya. Dirinya sudah menikah dan terikat dengan Stevan Wijaya. Demikian, alih-alih meratapi dirinya yang masuk dalam jebakan Alex dan Stella, dia akan mencari cara untuk menjaga Stevan sekaligus memastikan cara menjauhkan harta pria itu dari tangan orang-orang jahat yang menginginkannya!

Elisa berjalan melewati ruang tengah yang begitu lengang. Tak ada seorang pun di sana. Rumah mewah dengan lampu kristal super besar itu terasa dingin, tak ada kehangatan sama sekali.

“Apa tidak ada orang lain di rumah ini? Kenapa sepi sekali?” Elisa meniti satu persatu anak tangga sambil menoleh ke sana kemari, tapi tak mendapati siapa pun.

“Tuan Stevan tinggal sendiri. Beliau tidak pernah mengizinkan orang lain berbagi atap dengannya. Kami hanya bertugas membersihkan tempat ini dan pergi setelahnya. Karena Anda sudah menikah dengannya, maka mulai sekarang Anda akan tinggal di sini.”

Elisa menghentikan langkah, tertegun tak percaya. Seperti apa Stevan? Dia bahkan tidak mau membagi rumahnya dengan orang lain!?

“Tidak hanya itu, semua kebutuhan Tuan menjadi tanggung jawab Anda. Mulai dari membersihkan tubuhnya, mengganti pakaian Tuan Muda, juga mengawasi perkembangan kesembuhannya.”

“Aku—”

“Tidak perlu khawatir, semua kebutuhan Anda akan menjadi tanggung jawab kami. Saya Maria, kepala pelayan di sini. Jika ada yang Anda butuhkan, katakan saja.”

“Bukan itu,” ucap Elisa ragu, sedikit berlari menyusul Maria, “aku belum pernah merawat orang koma sebelumnya. Bagaimana jika—” Elisa harus menelan kembali kalimatnya saat mendapati Maria berbalik dan menatapnya dengan dingin.

“Kita sudah sampai. Ini kamar Tuan Muda yang sekarang menjadi kamar Anda juga. Silakan masuk. Saya permisi.”

Elisa sudah membuka mulutnya, tapi wanita itu pergi setelah menundukkan badan. Dia kembali menuruni anak tangga dan mengabaikan pertanyaan Elisa. 

Tak ada ramah tamah, apalagi senyum hangat yang terpancar di wajah. Sosoknya dengan cepat menghilang, tidak peduli dengan Elisa yang masih kebingungan.

“Apa yang harus kulakukan sekarang?” gumam nona tertua keluarga Andara itu sambil menatap pintu berukiran indah di depannya. Dia belum pernah bertemu dengan Stevan. Bahkan, melihat wajahnya saja tidak pernah. 

“Sudahlah. Bukankah dia hanya manusia biasa? Setidaknya lihat dulu seperti apa keadaannya.”

Mengikis keraguan yang memenuhi kepala, Elisa memutuskan untuk memasuki kamar tidur utama setelah mengetuk pintunya tiga kali dan meminta izin. Meskipun Stevan tidak bisa menjawabnya, tapi Elisa tetap mempertahankan sopan santun.

Aroma bunga lavender langsung menyergap hidung, membuat Elisa menahan napas sejenak. Seulas senyum seketika terbit di kedua sudut bibirnya, meyakini Stevan menyukai bunga yang sama dengannya.

Langkah Elisa terhenti dengan jantung yang tiba-tiba berdegup kencang. Cahaya temaram dari lampu tidur menyinari wajah seorang pria berusia awal 30-an yang terbaring di atas ranjang. Tampan rupawan dan begitu mengagumkan. Seluruh keindahan seolah terpatri di sana. 

Alis hitam tebal, rahang tegas memesona, dan tubuh kekar nan bugar seakan pria itu sama sekali tidak sedang sakit. Wanita mana pun pasti jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihatnya!

Dengan tangan menutup mulutnya yang terkejut, Elisa bergumam, “Dia ….”

BRAK!

“Elisa!”

Kekaguman Elisa terjeda, menoleh ke sumber suara dan mendapati Alex berdiri di hadapannya. Pria itu sibuk mengatur napasnya yang tersengal. Tampaknya dia baru saja berlari dan masuk ke kamar Stevan dengan tergesa.

Pria itu memeluk Elisa dengan erat, bahkan mengusap punggungnya beberapa kali. Namun, kedua tangan Elisa masih tertahan di samping badannya sendiri, tak membalas pelukan sang kekasih. Sebaliknya, dia merasa jijik dengan pria itu mengingat perilaku busuknya.

Dalam hati, Elisa bingung. Kenapa pria itu bahkan berada di tempat ini? Bukankah tadi dia sibuk bersama Stella?

“Maaf karena sudah menempatkanmu di posisi yang sulit ini.

Elisa menarik diri, mundur dua langkah dan menatap Alex dengan tatapan tanpa ekspresi. “Apa maksudmu?”

Nada bicara Elisa yang dingin membuat Alex sedikit terkejut, seakan wanita itu bukan kekasih yang biasa lembut padanya. Namun, Alex menepiskan hal tersebut tidak peduli. 

“Seperti yang kukatakan sebelumnya, ini hanya sementara.” Alex melirik ke arah Stevan yang masih terpejam, “Setelah dia meninggal, aku pasti akan segera menikahimu, Elisa.”

Ah … pria itu sedang berusaha meyakinkannya lagi ….

“Menikah?” tanya Elisa.

“Ya. Jadi, rawatlah—”

“Siapa yang akan menikah denganmu?”

“Eh?” Alex mengerjap dua kali, menatap wajah Elisa dengan tatapan heran. Dia tidak tahu Elisa sudah mendengar rencana busuknya yang hanya memanfaatkan keberadaan gadis itu untuk mengeruk harta milik sang paman.

Elisa mendengus dalam hati. “Jaga sopan santun di depan pamanmu sendiri. Selain itu, aku sudah menjadi bibimu, jangan sentuh aku sembarangan.”

“Elisa, kenapa kamu bersikap seolah-olah kamu benar-benar menikah dengan pamanku? Dia sudah sekarat. Kelak saat pria itu mati, kita akan menikah dan semua hartanya akan menjadi milik kita.”

Elisa menggertakkan giginya. Sumpah serapah bersiap meluncur dari mulutnya. Namun, semua tertahan saat melihat pergerakan jari Stevan. 

Apa … dia baru saja bergerak?

Melihat Elisa tertegun dan mengarahkan pandangannnya kepada Stevan, Alex berbalik dan menatap ke arah yang sama. Namun, matanya malah bertabrakan dengan manik hitam segelap malam yang menghipnotis siapa saja yang melihatnya.

“Astaga!”

Seruan Alex mengejutkan Elisa, lalu dia pun mengikuti arah pandang Alex, menatap wajah Stevan. 

“Oh?!”

Elisa terkesiap.

Stevan membuka matanya!?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Kaziew 25
cerita mulai menarik
goodnovel comment avatar
Deiby Sumilat
makin mendebarkan..semoga berlanjut..
goodnovel comment avatar
Any Virgo Borjuntk Mardaup
seru juga makin penasaran mind semoga GK putus d tengah jalan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 278 - Jerat Selamanya

    *Satu minggu kemudian …. “Proses penyelidikan berjalan dengan lancar, Tuan. Tidak ada kendala. Tuan Harris dan juga Hilda mengakui semua perbuatan mereka. Bukti-bukti yang terkumpul sudah cukup untuk menuntut keduanya di meja hijau.” Stevan mengangguk sambil membaca berkas yang dibawa oleh Mario. “Tuntutan 10 tahun penjara?” “Benar, Tuan,” Mario mengangguk. Stevan mengangguk puas. Selain 10 tahun mendekam di balik jeruji besi, Harris dan Hilda juga harus membayar biaya denda yang tidak sedikit jumlahnya. Stevan lantas menutup dokumen dan menatap Mario. “Pastikan hal ini tidak mempengaruhi Wijaya Group.” Mario mengangguk. “Semuanya aman terkendali, Tuan. Semenjak Tuan Harris dikeluarkan dari jajaran direksi dengan cara tidak terhormat, kasus ini tidak membawa dampak besar bagi perusahaan.” “Bagus. Pertahankan,” kata Stevan.Mario kembali mengangguk. “Nyonya Besar akan mengambil alih selama Tuan cuti panjang?” “Ya. Kau bisa berkoordinasi dengan asisten Mama mulai hari ini. Janga

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 277 - Hampir Usai

    ‘Paman, maaf mengganggumu malam-malam. Tapi aku ingin mengabarkan kalau Papa sudah siuman. Dia sudah dipindahkan ke kamar inap biasa.’ Elisa membaca pesan yang dikirimkan oleh Alex kepada Stevan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak keliru. Wanita itu lalu menatap Stevan yang tidak mengatakan apapun. Namun, melihat tubuhnya yang menegang, Elisa bisa memastikan bahwa suaminya juga sama terkejutnya dengan dirinya.“Steve? Kamu baik-baik saja?” Stevan tampak tercenung di tempatnya. Perasaannya campur aduk. Ia pikir Harris tak akan mampu melewati masa kritis panjangnya. Stevan pikir, pada akhirnya maut lah yang menjadi hukuman bagi kakaknya itu. Tapi ternyata, Sang Maha Kuasa punya rencana lain. Dan Stevan tidak tahu perasaan apa yang selayaknya ia rasakan saat ini. Melihat kemelut di wajah suaminya, Elisa lantas mengusap-usap lengannya dengan lembut, mencoba menyalurkan rasa nyaman yang menenangkan. “Apa yang kamu rasakan, Steve?” Elisa ragu-ragu

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 276 - Obrolan di Malam Hari

    “Minggu depan?!” Elisa menjauhkan ponsel dari telinganya mendengar suara pekikan gadis di seberang sambungan. Ia tertawa mendengar suara grasak-grusuk yang terasa familiar. Meski sudah lama tidak saling kontak, nyatanya sahabatnya itu belum berubah, masih heboh seperti dulu saat mereka pertama kali berteman. “Astaga, aku belum menyiapkan apapun untuk calon bayimu!” kata Sera, terdengar panik. “Tenanglah, Sera,” kata Elisa sambil tertawa. “Kamu tidak perlu menyiapkan apapun.” “Tidak perlu bagaimana?! Calon keponakanku yang pertama akan lahir ke dunia, tidak mungkin aku tidak menyiapkan apapun!” protes Sera. Nadanya terdengar panik sekaligus antusias. Elisa tersenyum, senang karena Sera menyebut calon buah hatinya sebagai keponakan meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali. “Besok aku akan berbelanja setelah makalah sialan ini selesai,” gerutu Sera, yang lagi-lagi membuat Elisa tertawa mendengarnya. Sudah lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Keduanya dis

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 275 - Titik Terang

    Stevan semakin sibuk menjelang hari persalinan Elisa. Ia ingin menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus sebelum mengambil cuti agar bisa fokus pada sang istri dan calon buah hati mereka nantinya. Kesibukan itu tentu berimbas pada banyak orang, tidak hanya Mario, tetapi juga divisi-divisi lain di bawah pengawasan Stevan, termasuk Alex yang sudah mendapatkan kepercayaan untuk mengepalai beberapa project besar. Namun, di tengah-tengah kesibukan itu, baik Stevan maupun Alex masih bisa mencuri waktu untuk orang-orang terkasih. Sesibuk apapun mereka di kantor, mereka masih meluangkan sedikit waktu untuk sekadar bercengkerama lewat panggilan telepon atau video. Obrolan singkat itu selalu menjadi pelipur di tengah hectic-nya pekerjaan di kantor. “Kau yakin tidak menginginkan apapun? Aku akan membelinya saat pulang nanti,” kata Stevan sambil menaikkan bingkai kacamata baca yang turun ke pangkal hidungnya. Matanya masih fokus pada dokumen di hadapan, dengan pulpen di tangan yang sesekali men

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 274 - Kebersamaan Tak Terduga

    “Elisa!” Stevan menaiki undakan tangga teras dengan langkah lebar. Raut wajahnya tampak mengeras, dengan dada naik turun karena napasnya tidak beraturan. Ia bahkan mengabaikan pelayan yang tergopoh-gopoh mengikutinya dari belakang. Pelayan itu tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat aura dingin dari tuannya, pelayan tersebut memilih untuk bungkam. Namun, saat Stevan hendak menaiki tangga ke lantai dua, pelayan itu segera menyela dan mengatakan keberadaan Elisa. “Nona berada di taman belakang bersama—” Stevan tidak menunggu pelayan tersebut menyelesaikan kalimatnya, langsung membawa langkah lebarnya ke arah taman di belakang kediaman utama. “Elisa—” panggil Stevan, tapi ia tidak melanjutkan kalimatnya saat sepasang matanya menangkap pemandangan asing yang membuatnya terpaku. Rasa marah dan kesal yang sedari tadi ia bawa dari kantor, seketika langsung menguap begitu saja saat melihat apa yang ada di depan matanya kini. “Steve? Kamu sudah sampai?” tanya Elisa terkejut. Waj

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 273 - Harus Diberi Hukuman 

    “ALEX?!” Suara Stevan terdengar meninggi satu oktaf, berkas yang sedari tadi ia bolak-balik sambil membubuhi beberapa halaman dengan tanda tangan teronggok begitu saja di atas meja. Ia terlalu terkejut mendengar satu nama itu disebut membersamai kata ‘teman’ dari mulut istrinya. Sejak kapan Alex menjadi teman Elisa?!“Ya,” sahut Elisa, tidak menyadari kegundahan sang suami yang begitu kentara sebab ia tampak sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. “Sebentar lagi Alex akan datang ber—” “Tunggu di sana,” sela Stevan sambil bergegas. Ia melupakan berkas dokumen yang masih menumpuk di atas meja, lantas mengambil jasnya yang tersampir di sandaran kursi dan langsung bergegas menuju pintu. “Steve—”“Aku akan tiba dalam 15 menit.” Stevan tidak menunggu respon dari Elisa. Ia segera memutus sambungan dan menaruh ponsel genggamnya ke dalam saku celana. Mario baru saja ingin mengetuk pintu saat Stevan keluar dari ruangan dengan langkah tergesa. Mereka nyaris bertabrakan kalau saja M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status