"Mana bisa begitu, istriku tahu kalau kamu akan datang, jadi dia menyiapkan banyak makanan lezat. Kalau kamu pergi begitu saja tanpa memakannya, bisa-bisa dia nggak akan merayakan tahun barunya dengan senang."Sembari mengobrol, keduanya berjalan masuk.Begitu Yuna memasuki aula, sosok yang dia kenal muncul di hadapannya.Wendy mengenakan gaun wol merah marun yang gemerlapan dan berdiri di depan pintu. Dia menatap Yuna dengan senyum yang mengembang, "Yuna, semoga tahun barumu menyenangkan, ya."Langkah Yuna terhenti seketika.Dia kemudian menatap Wendy dengan tatapan kosong.Mungkinkah yang Profesor Bayu maksud dengan keluarga adalah Keluarga Lasegaf?Apakah Marisa membawa keluarganya berlibur ke sini?Yuna mengulas senyum dengan sedikit keterkejutan, "Kak Wendy, jangan-jangan keluarga kalian semua ada di sini, ya?"Wendy mengangguk seraya tersenyum, "Benar sekali, ini adalah kampung halaman nenek. Dia sudah bertahun-tahun nggak pulang. Kebetulan saja aku punya waktu tahun ini, jadi ak
Yuna baru saja muntah, kepalanya masih terasa pusing.Ditambah lagi dengan pertanyaan Marisa yang tak terduga itu, Yuna pun tidak tahu bagaimana menjawabnya.Namun saat melihat Marisa begitu khawatir, hati Yuna ikut terasa perih.Yuna tak mampu menemukan sebuah alasan yang tepat.Dia hanya terdiam.Melihat Yuna yang bingung, Marisa semakin yakin dengan tebakannya.Dia meraih tangan Yuna dan berkata, "Yuna, Nenek tahu kamu anak yang baik, mana mungkin Tuhan nggak bolehin kamu hamil? Kamu ingin merahasiakan hal ini dari Wano ya?"Marisa memang pantas menjadi Kepala Keluarga Lasegaf.Dia bisa menebak pikiran Yuna dengan tepat.Hal ini membuat Yuna terbungkam."Nenek, maafkan aku, aku nggak mau anakku dilukai. Kalau Vina dan Qirana mengetahui kabar ini, mereka pasti akan mencelakaiku."Marisa merasa sedikit lega setelah mendapat konfirmasi dari Yuna.Dia menyeka air mata Yuna sambil berkata, "Kalau begitu, beritahu Nenek apa rencanamu. Nenek pasti mendukungmu sepenuhnya dan berjanji meraha
Selain Keluarga Hanafi dan Keluarga Santoso, Keluarga Sudrajat dan Keluarga Pratama juga termasuk dalam empat keluarga besar.Ada kurang lebih dari dua ratus orang baik tua dan muda berkumpul di sana.Yuna melihat sosok yang familier begitu dia turun dari mobil.Qirana menggandeng lengan pamannya Mahen, berjalan ke arah Yuna dan Zanny sambil tersenyum.Zanny tampak geram."Kenapa wanita sialan itu ada di mana-mana, aku ingin muntah rasanya."Yuna tersenyum, "Tamu yang nggak terduga, kita semua harus berhati-hati."Usai berbicara, Yuna mendengar Qirana tertawa."Paman, ini Pengacara Yuna yang kuceritakan padamu. Dia sangat terkenal di bidang hukum Kota Burma. Kalau ada kasus Paman bisa menyuruhnya. Anggap saja membantu bisnis mantan pacar Kak Wano."Ucapan itu mendeskripsikan hubungan antara Wano dan Yuna dengan jelas, sekaligus membuat posisi Qirana lebih tinggi.Yuna terkekeh, "Terima kasih atas perhatian Nona Qirana. Aku lagi kewalahan dan nggak bisa menangani urusan keluarga Sudraja
"Nona Qirana bisa makan sembarangan tapi nggak boleh bicara seenaknya, sejak kapan aku milikmu?"Figur tubuh tinggi Wano memakai rompi jas serta kemeja hitam dengan jas yang disampirkan di lengannya.Wajah Wano terlihat tegas dengan sepasang alis dan tatapan mata yang dalam.Kedua pasang kaki jenjang Wano berjalan menghampiri.Setiap langkah Wano menguarkan aura dingin dan ketenangan membuat udara di sekitar terkesan menipis.Wano berjalan ke sisi Yuna dan memakaikan jasnya pada Yuna.Ekspresi dingin dan cuek Wano barusan seketika berubah lembut ketika melihat Yuna.Suara Wano terdengar serak."Pakaianmu terlalu tipis, bagaimana kalau kamu sakit?"Yuna melihat Wano dengan terkejut, "Kenapa kamu kesini?"Wano mengusap kepala Yuna dengan lembut, lalu mengalihkan tatapannya pada Qirana dengan cibiran di bibirnya."Bagaimana bisa aku dengar sebuah lelucon kalau nggak datang? Harus berapa kali kukatakan pada Nona Qirana agar mengerti, aku nggak pernah mulai apapun denganmu, jadi darimana mu
Zanny mendengus kesal.Sungguh disayangkan kemampuan akting Qirana jika tidak dipakai berakting.Zanny berkata dengan tidak setuju, "Banyak anggur yang disediakan disini, nggak ada yang melarangmu kalau mau meminumnya."Qirana melihat semua orang dengan tatapan ibanya, lalu berkata, "Selama kamu memaafkanku, matipun aku rela."Setelah itu Qirana mengambil gelas anggur dan kembali meminumnya.di saat Qirana akan melanjutkan minum, Devan tiba-tiba memarahi Zanny."Cukup Zanny, Nona Qirana sudah minta maaf padamu, meskipun kamu nggak peduli dengannya, kamu harus peduli dengan muka kakekmu. Minum anggurmu dan lupakan masalah ini."Akan terlihat berlebihan jika Zanny terus membuat masalah di saat tetua sudah berbicara.Tanpa berpikir Zanny segera mengambil segelas anggur untuk dia minum.Tepat di saat itu Zanny melihat kilatan perhitungan dari mata Qirana.Zanny menyadari dirinya hampir saja jatuh dalam jebakan Qirana.Kehamilan Zanny akan terekspos di saat dia minum gelas anggur itu.Qiran
Menghadapi pertanyaan kakeknya dan cemoohan dari orang-orang membuat Zanny mengutuk Qirana dalam hati.Zanny tahu Qirana sengaja mencari masalah, namun dirinya tidak menyangka wanita ini begitu licik dengan mengungkapkan kehamilan Zanny di hadapan banyak orang.Devan selalu menjunjung tinggi reputasi wanita, dan masalah seperti ini jelas akan membuatnya marah.Keluarga Hanafi adalah keluarga kaya serta berkelas, dan Zanny adalah satu-satunya cucu perempuan Devan.Pernikahan Zanny merupakan prioritas utama di Keluarga Hanafi.Zanny tidak pernah menyangka dirinya akan diketahui hamil sebelum menikah.Tanpa ragu Zanny mengangkat wajah kecilnya dan berkata, "Ini semua karena kakek memaksaku menikah, bagaimana bisa aku bicara jujur padamu? Jangankan punya anak, bahkan pacaran-pun harus aku rahasiakan."Devan mengernyitkan alis, "Nggak peduli siapa pria itu, bawa ke hadapanku, aku nggak akan menyetujuinya kalau dia bukan pria baik-baik meskipun sudah ada anak."Zanny tidak marah melihat kake
Qirana tersenyum licik melihat bayangan dirinya di cermin yang sedikit mirip dengan Yuna.Kalau Qirana memakai gaun ini dan sedikit melakukan riasan agar mirip Yuna, dia tidak percaya Wano tidak akan salah mengira dirinya sebagai Yuna karena minum terlalu banyak.Ketika Qirana sudah memiliki Wano di kasurnya, dia akan melihat bagaimana pria itu masih akan mengejar Yuna.Qirana tersenyum angkuh memikirkan skema di otaknya.Perlahan Qirana melepaskan gaun kotornya dan akan memakai gaun barunya, ketika itu lampu di ruangan tiba-tiba padam.Jantung Qirana berdetak kencang karena takut.Qirana pernah ditakuti hantu ketika dia menjaga makan leluhur di kampung halamannya.Sampai sekarang Qirana tidak bisa tidur tanpa lampu menyala.Lampu di atas kepala Qirana kembali menyala di saat dirinya akan meminta bantuan.Tidak lama ketika Qirana baru saja memakai dalaman seksinya, lampu kembali mati.Tiba-tiba terdengar tangisan aneh di kamar rias itu.Tangisan yang sama seperti malam di kuburan.Qira
Yudi berbalutkan jas abu melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam.Yudi selalu terlihat lembut dan sopan dengan wajah yang membawa aura tegas dan dingin.Yudi berjalan menghampiri Qirana lalu menariknya dari lantai.Dengan suara dingin Yudi berkata, "Kamu sudah membuat malu Keluarga Saradan, berani sekali menyebut ibu, pulang dan renungkan baik-baik dirimu!"Tanpa kasihan Yudi menarik Qirana keluar.Leni merasa ada sesuatu yang salah.Yudi cucunya itu selalu bersikap baik dan lembut, khususnya pada Qirana yang selalu dia manjakan sejak kecil.Kenapa hari ini Yudi jadi begitu dingin dan kejam.Apa maksud perkataan Yudi tadi.Leni segera meraih tangan Mahen dan berkata, "Ikutlah pulang denganku Mahen, ibu rasa Yudi menyembunyikan sesuatu dari kita."Mahen menganggukkan kepalanya, "Aku akan menyapa seseorang terlebih dahulu baru pergi."Leni dan Mahen bergegas keluar dari aula, tepat ketika mereka melihat Yudi yang melempar Qirana masuk ke dalam mobil.Dengan suara keras Yudi menanyaka