Sementara itu di dalam kamarnya Tommy merasa kepalanya berat sekali. Dia masih meracau dan bahkan akhirnya menyebut-nyebut nama Jessica. Dirinya tiba-tiba merasa rindu sekali pada gadis itu. “Ah, aku ingin bertemu Sica. Kangen sekali rasanya,” celetuknya seraya berusaha bangkit berdiri dari atas tempat tidur.
“Tom, aku sudah berada di sini. Kamu nggak usah kemana-mana.”
Pemuda itu menengadahkan wajahnya dan tampak samar-samar olehnya seraut wajah gadis yang teramat dicintainya. “Oh, kamu datang, Sica. Kepalaku pening sekali. Pandanganku terasa berkunang-kunang. Tapi kamu benar Sica, kan?”
“Masa aku bohong, Tom? Kamu kelihatan capek sekali.”
“Sini, Sica-ku S
Ketika Jessica turun dari mobil, dilihatnya seorang asisten rumah tangga sudah menunggu di teras. Perempuan itu tersenyum sambil menyapanya sopan, “Non Sica, mohon maaf. Bu Wanda kalau jam segini sudah beristirahat di dalam kamarnya.” “Oh,” sahut sang gadis kecewa. “Tapi Tommy belum tidur, kan?” “Tadi Pak Tommy ngobrol berdua sama Non Melani di meja makan. Saya tinggalkan mereka untuk mencuci piring di dapur. Lalu Pak Satpam menghubungi saya kalau ada Non Sica menunggu di luar. Ya sudah, saya bilang supaya Non Sica masuk aja.” “Lalu Tommy dan Melani sekarang masih berada di meja makan?” Seketika sang asisten terdiam. Dia menggeleng pelan lalu menundukkan wa
“Melani,” katanya dengan nada suara mulai melunak. “Kenapa kamu tiba-tiba datang ke rumah ini? Apakah kamu yang tadi mengirimkan foto-foto ulang tahun Tante Wanda padaku melalui ponsel Tommy?” tanyanya menduga-duga. Kalau dipikir-pikir, bukan gaya Tommy mengirimkan foto-foto untuk memberitahuku tentang ulang tahun mamanya. Dia pasti akan meneleponku langsung, ujar Jessica dalam hati. Tommy bukan tipe orang yang suka menggunakan cara menyebalkan seperti itu!“Kalau aku bercerita terus terang, maukah kau memberikan ponselmu padaku?” tanya Melani yang bersimbah air mata.Gadis di depannya lalu menunjukkan foto-foto yang tadi dijepretnya dan berkata tak sabar, “Lihatlah baik-baik, Nona Cantik. Foto-foto mesummu dengan Tommy kuhapus sekarang juga.”&n
“Tom, berhentilah mengejar-ngejarku. Mamamu sendiri juga tidak menyukaiku, kan? Dia jauh lebih sreg dengan Melani yang latar belakangnya sepadan denganmu. Kalian juga sudah berhubungan intim. Menikahlah dengannya. Aku pergi!”Tiba-tiba Tommy bersujud di hadapan Jessica. Gadis itu sampai terkejut melihatnya. Baru kali ini ada seorang laki-laki merendahkan harga dirinya demi mengemis cintanya!“Aku benar-benar sudah tak punya harga diri lagi, Sica. Segenap jiwa ragaku sepenuhnya untuk dirimu! Kumohon jangan tinggalkan aku…. Aku benar-benar mencintaimu. Kejadian ini bukanlah kesalahanku. Kalau kau tidak percaya, mulai hari ini tinggallah di rumah ini. Pilihlah kamar manapun yang kau mau. Jadilah nyonya di rumah ini! Ikutlah bekerja di kantorku. Akan kuberi kau posisi sebagai asisten pribadiku. Jadi segala tindak-tandukku dapat
“Bagaimana kondisi mama saya, Dok?” tanya Tommy cemas. Dia tadi kaget sekali pintu kamarnya digedor-gedor oleh Suster Nilam untuk memberitahu bahwa Wanda terkena stroke.Dokter laki-laki separuh baya berkacamata itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Hati Tommy langsung ciut seketika. Wajahnya pucat pasi. Bibirnya kelu tak mampu berkata-kata. Jessica yang menyaksikannya langsung berinisiatif bertanya lebih lanjut, “Bisakah Dokter menjelaskan lebih detil tentang kondisi Tante Wanda?”Ahli medis spesialis saraf itu berkata dengan serius, “ Kondisi Bu Wanda benar-benar kritis. Memang ini serangan stroke-nya yang pertama. Tapi mengingat kondisi beliau yang sudah mengidap penyakit kanker leher rahim stadium empat, saya pesimistis beliau bisa pulih. Mohon maaf, sepertinya beliau tidak
Jenny tersenyum dan berkata lirih, “Temuilah dia, Jess. Orang yang berada di penghujung usianya biasanya menyadari kesalahan-kesalahannya. Tuntaskanlah persoalan kalian berdua sebelum dia pergi meninggalkan dunia fana ini….”Sang adik tercenung mendengar nasihat kakaknya itu. Bagaimana caraku menuntaskan perselisihan di antara kami berdua? tanyanya dalam hati. Dia sudah dalam keadaan tak berdaya. Susah bergerak, apalagi berbicara. Entah otaknya masih berfungsi dengan baik atau tidak.Jenny seperti memahami kegundahan hati satu-satunya saudara kandungnya itu. Dengan lembut dia kembali bertutur, “Kondisi Tante Wanda saat ini mungkin tampak tidak memungkinkan untuk diajak bicara, Jess. Tapi siapa tahu indera pendengaran dan otaknya masih berfungsi dengan baik. Yang penting kamu harus mencobanya.
Jessica menggeleng. “Aku membutuhkan kehadiran Suster di sini. Tolong bantu saya berkomunikasi dengan Tante Wanda. Dirimu adalah orang yang paling dekat dengannya selama beberapa bulan terakhir ini. Kurasa Suster tahu rencana Tante memisahkan saya dengan Tommy….”Perawat Wanda itu terkesiap. Raut wajahnya berubah tegang. Jessica tersenyum getir melihatnya. “Tak apa-apa, Sus. Tak ada lagi yang perlu disembunyikan sekarang. Tante Wanda sudah di penghujung hidupnya. Aku sudah tidak ingin bertele-tele lagi. Akan kuungkapkan semuanya di hadapan dirinya dan Suster….”Gadis itu lalu duduk di samping pembaringan Wanda. Lalu dia mulai bertutur, “Saya tidak tahu apakah Tante dapat mendengarkan dengan jelas kata-kata saya ini. Tetapi menurut kakak saya, ada kemungkinan indera pendengaran dan otak Tante masih berfungsi dengan baik meskipun saraf-saraf lainnya terganggu….”
Berarti Mama tidak mengetahuinya, batinnya sedikit bersyukur. Dia cuma ingin menggugurkan kandungan Sica, tapi tak menyangka efek obat yang diberikannya terlalu keras sehingga membuat cacat rahimnya. Pemuda itu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk menenangkan hatinya.Diperhatikannya sang ibu yang tengah terbaring tak berdaya. Tatapannya tampak sayu. Bagian bawah matanya tampak sembab akibat kebanyakan menangis. Masker oksigen masih dipasang di wajahnya untuk mempertahankan kestabilan pernapasan wanita itu.Apa yang sekarang bisa kulakukan untuk mendamaikan ibu dan gadis yang kucintai? pikir Tommy kalut. Bagaimanapun juga peristiwa naas itu sudah terjadi lama sekali, tujuh tahun yang lalu. Mama memang bersalah. Tapi tujuannya adalah untuk melindungi diriku. Aku sendiri terlalu pengecut untuk menen
“Lalu bagaimana ceritanya sampai Suster Nilam bisa dipercaya merawat Tante Wanda selama setengah tahun ini?” “Ketika saya bersama perwakilan dari yayasan datang ke rumah beliau bersama tiga rekan sesama suster untuk diwawancara, Bu Wanda menanyakan latar belakang kami masing-masing. Saya dengan jujur menceritakan masa lalu saya yang pernah dihukum penjara selama delapan tahun akibat membunuh seorang pria hidung belang….” Jessica tersentak mendengar pengakuan perempuan yang selama ini menjadi kaki tangan Wanda itu. Ia hampir tak mempercayai pendengarannya kalau saja tak dilihatnya Suster Nilam mengangguk memastikan kebenaran ceritanya. Perempuan itu kembali melanjutkan kisahnya dengan sinar mata berapi-api, “Laki-laki itu adalah teta