Mendengar kehebohan dan keributan, anak Parpati ikut mendatangi kelas Prita.
Prita kaget melihat keadaan Zain. Bukan hanya Prita, Joan juga kaget.Tak berapa lama selang kedatangan anak-anak Parpati.
Di sana Joy pun ikut datang dan pura-pura kaget, padahal dalangnya adalah dirinya sendiri.
Joy merasa puas melihat keadaan tubuh Prita alias Zain yang dipenuhi tepung.
Joy terlihat tersenyum kepada Pinka. Rencana mereka berhasil.
Saat itu Joy dan Prita menarik tubuh Zain.
"Biar gue aja yang bersihin itu dari tubuh,Prita," kata Joy.
Prita melepaskan tangan Zain. Entah kenapa Zain merasa lemah saat dirundung begini.
Joan menarik lengan Zain. Namun tanpa di duga-duga Prita langsung mendahului Joan dan Joy. Ia membawa Zain ke UKS.
Prita mendapatkan kode agar Zain membawa dirinya.
"Lo diapain?" tanya Prita saat sudah sampai di sana. Prita memberishkan wajah Zain dengan handuk kecil yang sudah terse
Dari sejak tadi Zain terus menggerutu prihal perintah yang diberikan oleh Resti. Zain disuruh untuk menagih uang kue pada seorang pria bernama Jarwo. Zain tidak tahu jelas apa alasan sang ibu menyuruhnya, padahal wanita itu sedang bersantai di rumah."Aduh, di mana lagi rumah pak Jarwo." Zain menendang kerikir kecil ke jalanan. Ia menengok ke kanan ke kiri mencari alamat rumah Jarwo."Nah, dari ciri-cirinya sih itu." Mata Zain tertuju pada rumah nomor sembilan sesuai dengan isi dari alamat yang ia genggam.Zain masuk ke halaman rumah yang lumayan cukup besar."Eh neng Prita. Mau nagih duit ya?" tanya Jarwo."Iya, Bang. Pak Jarwonya ada?"Jarwo tertawa mendengar guyonan Prita. Gadis itu terlihat menggemaskan."Suka bercanda si neng nih! Masa lupa sama Bang Jarwo. Ini Bang Jarwo lho neng. Hahaha."Zain menggaruk belakang kepalanya."Ya, mana gue tahu. Gue kan baru pertama kali lihat lo!" ucap
Bugh!Zain lekas turun dari motornya dan langsung menendang punggung Dani dari belakang.Danu tersungkur. Teman-temannya yang lain berusaha menolongnya. Meraka lun kaget melihat kedatangan seorang gadis yang langsung menyerang Danu."Lo?" pekik Danu melihat keberadaan gadis yang diketahui pacarnya Zain Mahesa."Iya, kenapa? Takut lo sama cewek?" tutur Zain menantang."Cuih!" Danu meludah dan menatap sengit ke arah Zain.Dalam hitungan detik, mereka semua berkelahi. Dua lawan enam.Prita terus di pukuli oleh kawanan anak Zaggar. Sementara Zain melawan Danu dan tiga orang lainnya.Tentu saja Prita kewalahan. Apalagi ia belum terlalu jago berkelahi.Tak ada pilihan lain. Prita harus mengeluarkan jurus andalannya. Ia menyeruduk pria itu dari belakang."Rasain lo! Makanya jangan berani-beraninya meremehkan Prita Rahayu!"Bugh!Prita tersungkur kala anak Zaggar mendorong dirinya secara ti
Sudah hampir jam 12 malam. Zain terbangun dan mendapati Resti ketiduran di sisi ranjangnya.Kemudian mata Zain melihat langit-langit dan mulai membayangkan sang ibu di waktu kecil."Apa pun yang Zain inginkan harus terpenuhi! Saya gak mau anak saya seperti orang susah!" sentak Delon pada Tifani."Kita sudah sepakat akan mendidik Zain menjadi anak yang mandiri sejak dini. Kalo dia ingin mainan itu, dia harus melakukan sesuatu," timpal Tifani pada sang suami.Zain merengek pada Delon menginginkan mainan yang terpajang di dalam mall itu. Hanya sebuah mobil-mobilan.Delon berpikir sejenak. Ia tidak bisa mengingkari janjinya dengan sang istri. Namun, ia juga tidak tega melihat anaknya terus menerus merengek."Sayang, di rumah sudah banyak sekali mainan.""Tapi Nzai pengen itu," sahut Zain kecil seraya menarik ujung baju sang ibu."Sudahlah kali ini saja, Fan," kata Delon. Kemudian mengambil mainan itu. Zain
"Aws!" ringis Prita saat salah satu anak Zaggar memukul kepala dari belakang. Kepala Prita terasa keleyengan.Prita menoleh, ia menyorot tajam pada pria yang memukul kepalanya."Hiyyaa!" Prita mengambil langkah ancang-ancang dan menyeruduk cowok yang bernama Tae itu.Gebuk!Tae terkapar seraya memegangi perutnya yang terasa sakit.Prita tersenyum miring. Gadis itu menjamah hidungnya.***Zain beranjak dari tempat tidur menuju meja belajar. Ia membuka buku-buku yang bertumpuk di sana.Zain membuka salah satu buku yang bersampul pink itu.Sudut bibir Zain terangkat ketika membaca isi buku tersebut. Zain membaca quote mengenai kedai Yumarijomblo. Sekarang Zain mulai tersadar bahwa Prita itu suka dunia tulis menulis. Anak itu juga punya beberapa buku yang sudah terbit, saat Zain melihat profil penulisnya ia cukup kaget membaca nama Prita di sana.Zain semakin penasaran, cowok itu menelisik rak kecil berisikan buku-buk
Baru saja Prita hendak beranjak dari kursi, tiba-tiba ia teringat sesuatu.Prita menepuk jidatnya secara sepontan.Prita baru tersadar. Banyak surat yang ia sembunyikan di sela-sela bukunya. Lalu ada foto Zain yang dulu pernah ia dapatkan dari temannya."Wah, gawat, jangan-jangan Zain ngotak-ngatik kamar gue?" Sebab dirinya juga tak senagaja menemukan album foto dan membukanya dan bisa jadi ketidaksengajaan juga terjadi pada Zain sehingga cowok itu bisa menemukan apa pun di dalam kamar Prita."Jangan sampe dia nemuin surat-surat dan foto dia di dalam buku," keluh Prita seraya mencak-mencak tidak jelas..Zain tidak boleh tahu, bahwa dulu Prita menyukai cowok itu.Prita menatap dirinya di cermin. Kemudian menunjuk orang yang ada dalam cermin itu."Jangan sampai lo lancang buka-buka hal rahasia di kamar gue!" sentak Prita dengan jari telunjuk mengarah pada cermin.Sejurus kemudian, Prita cepat-cepat pergi ke kamar mandi, karena ia
Pinka lebih baik daripada Zeno, sebab cewek itu real menunjukkan rasa bencinya pada Zain. Tetapi tidak dengan Zeno, cowok itu menyamar sebagai musuh dalam selimut.Zeno ada orang terdekat Zain. Bahkan, Zain seringkali mencurahkan isi hatinya mengenai masalah keluarganya dan rasa kesalnya terhadap ibu dan bapaknya.Zeni adalah orang kepercayaannya Zain. Dan jika Zain mengetahui Zeno hanya memanfaatkan nya saja, maka pastilah hati Zain hancur berkeping-keping.Zain memang jarang sekali bisa percaya terhadap orang, meski itu sahabatnya sendiri. Hanya Zeno lah yang mampu membuat Zain tenang jika ia berbagi suatu masalah.Sesampainya di halaman kediaman Zain, Zeno langsung masuk ke dalam.Cowok itu sudah dua hari teriak datang menemui sepupunya itu. Sebab, Zeno ditahan oleh sang adik untuk menghabiskan waktu bersama.Rumah tampak kosong. Zeno naik ke atas, tepatnya ke dalam kamar Zain.Kamarnya pun tampak tidak ada siapa-siapa. Zeno turun
Semua sudah pulang dengan motornya masing-masing, tetapi Jali masih terdiam mengamati teman-temannya yang mulai pergi satu per satu.Pada saat Prita hendak menaiki motornya, mendadak Jali menahan tangannya."Ada apa, Jal? Lo ngga pulang?" ujar Prita.Jali terlihat ragu."Gue ingin bicarakan sesuatu," kata Jali."Ngomong apa?" Prita tak jadi memakai helmnya."Ini soal—"Mendengar kalimat Jali menggantung, Prita mengerenyitkan dahi."Soal apa?"Jali mengembuskan napas berat. Sepertinya banyak keraguan yang musti dipertimbangkan."Gak jadi deh."***Sudah dua kali Prita kalah main game dari Zeno sehingga wajahnya sudah dipenuhi dengan tepung. Ya, yang kalah akan diolesi oleh tepung."Gak kayak biasanya, Zai?" Heran Zeno, sebab sepupunya itu tak pernah bisa Zeno kalahkan dalam urusan main game. Akan tetapi sekarang dengan mudahnya padat dikalahkan oleh Zeno. Bahkan Zeno sudah dua
"Umur Zain sebentar lagi kan memasuki 18 tahun dan anak itu juga sebentar lagi lulus. Apa tidak sebaiknya Zain segera mencari pasangan yang cocok?" tanya Jeffry membuat Delin mendongak dan mengerutkan kening."Lho anak saya kan sudah punya kekasih, Jef!" sahut Delon membenarkan."Iya tahu, tapi kan ini menyangkut masa depan keluargamu juga. Apa tidak sebaiknya kamu cari asal-usul gadis itu?"Mendengar perkataan Jeffry, Liana mengembangkan senyumnya. Ia berpikir apa yang baru saja dikatakan Jeffry bisa sedikit membuat sang suami mempertimbangkannya. Karena jujur saja, Liana sangat tidak setuju jika gadis bernama Prota itu menjadi istri Zain kelak, sebab Prota bukanlah gadis dari keliarga terpandang. Terlebih lagi Liana takut Prita menjadi penghalang dirinya untuk menguasai properti Amartha."Yang penting anak saya setuju sama pilihannya. Kalo dipaksa-paksa anak itu tidak akan suka," ujar Delon membuat Liana berdecak dalam diam."Yang dikatakan