Entah kemana Prita perginya, Yudi sudah suntuk menunggu Prita hampir satu jam di rumahnya.
Sejurus kemudian Yudi mendengar suara msin motor dan segera pergi ke luar. Sebelum itu ia terlihat pamit pada Bi Yem.
"Lo ke mana aja si, Zai?"
Prita mendongak.
"Yudi?"
"Em, gue ditahan sama keluarganya si Letta, Yud," terang Prita.
Kening Yudi membentuk guratan-guratan.
"Ditahan?"
"Iya, jadi tadi ceritanya gue kencan sama Letta dan gue diminta dia buat nganterin dia ke rumahnya. Eh, pas gue di sama gue malah gak dibolehin balik sama si Letta dan nyokapnya. Tapi untung aja ada bokapnya si Letta yang masih normal, akhirnya gue bisa balik deh," jelas Prita panjang lebar.
"Btw, tumben lo ke sini?" Prita bertanya.
"Gue ada kabar buruk, Zai," balas Yudi.
"Hah?"
"Bokapnya Jali masuk rumah sakit."
"Apa?!" Kaget Prita. Otaknya langsung berpikir ke arah penyakit yang Pak Dafa derita.
"Em ... aku berangkat ya Bu!""Heh! Kamu belum jawab pertanyaan ibu!" teriak Resti, tetapi anak itu sudah lebih dulu melesat meninggalkan pekarangan rumah.Zain tidak tahu sudah berapa lama ia tidak lagi bermain dengan leluasa semenjak jiwanya menempati raga Prita. Bahkan Zain pun sudah lama tidak melihat Zeno—sepupunya.Pria itu hanya bisa menghela napas dengan apa yang terjadi saat ini. Zain benar-benar masih tidak percaya kehiduoannya seperti di novel-novel—kemustahilan terjadi di dunia nyatanya.Usai sampai di tempat tujuan, Zain lekas memarkirkan motornya dan segera masuk ke dalam gedung rumah sakit yang dipenuhi lampu.Setelah bertanya pada sister mengenai kamar ayahnya Jali, Zain langsung mendatangi tempat tersebut. Dan benar saja sudah banyak orang yang berkunjung di sana."Prita?" lirih Joan.Zain mengambil tempat di sebelah Jali dan memeluknya. Zain menepuk bahu Jali dan membisikan sesuatu.Ten
Saat pergi kencan, mereka malah memilih bermain. Zain tidak akan sudi mengajak Prita makan bersama atau berbelanja, ia memilih mengajak Prita ke tempat permainan basket di alam terbuka."Ini kan ...." Tempatnya sedikit dejavu. Prita menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal."Kenapa?" Zain melirik pada gadis itu. Mungkin saja Prita terpanah dengan suasananya yang adem ayem juga sejuk."Ini kan tempat yang gue kunjungi kemarin sama Joy," celetuknya yang kini sudah sadar akan tempatnya. Ya, baru saja kemarin ia ke sini bersama dengan Joy Astella.Ada yang diam-diam memgawasi mereka. Siapa lagi jika bukan y. Meski Joy tidak bisa mendengar percakapan mereka. Akan tetapi ia melihat gerak-gerik mereka dari kejauhan. Ya, yang penting ia bisa memantau a saja yang sedang mereka lakukan.Sesekal Joy akan pindah kohkn satu ke pohin yang lainnya. Saat ini Joy sedang menjadi detektif untuk mengawasi Zain dan Prita."Apa?" kaget Zain.
Prita menjamah bibirnya. Is teringat ketika Zain secara tiba-tiba menciumnya, bahkan saat posisinya begitu intim."Ih!" Prita melempar bantal ke sbarang tempat. Ia jadi tak karuan sendiri. Meskipun alasannya hanya ingin membuat Joy pergi menjauh, tetapi cara Zain terlalu berlebihan. Pria itu sudah mengambil ciuman pertama Prita."Seharusnya dia ngga perlu kayak gitu!""Ah, gue kenapa sih!" Prita mengacak-acak rambutnya sendiri secara prustrasi.***"Kamu taruh balonnya di pojok sana. Jangan lupa di depan pintu juga ya," seru Resti pada Cici, sedangkan dirinya akan bersiap mengambil kue yang telah dibuatnya."Ok, tante." Cici mengangkat tangannya dan membentuk huruf o—pertanda ok.Kebetulan sekali sang anak sedang pergi dannpulang sore. Ini dijadikan kesempatan bagi Resti untuk membuat kejutan.Setiap tahun Resti memang selalu memberikan suprose untuk Prita, dan anak itu selalu terkwjut dengan suprise yang sang
"Kak Joy?" Pink menghampiri Joy yang terlihat terus bergerutu.Joy terduduk di bangku koridor, Pink pun ikut duduk di sana dan mulai menanyai Joy. Seharusnya Joy masih berada di gudang dan menikmati penderitaan yang sedang Prita alami."Kok, Kak Joy ada di sini? Bukannya seharusnya—"Joy mendelik memperlihatkan matanya yang membulat tajam."Zain tiba-tiba ada di sana!" sunggut Joy merasa kesal. Jika saja Zain tidak datang ke sana, pastilah Prita sudah habis di tangannya. Joy tidak peduli jika Prita memang akan benar-benar mati nantinya, toh Prita sulit sekali untuk dihancurkan."Zain datang ke sana? T—tapi giamna bisa? Siapa yang ngasih tahu dia?" Pink juga tidak menyangka sepupunya itu akan tahu dengan posisi Joy dan Prita di gudang."Menurut lo? Siapa lagi kalo bukan temanya itu." Joy menjawab dengan ketus. Suasana hati Joy sedang tidak bagus saat ini. Anak itu memang tumbuh menjadi gadis yang egois dan pemarah dan mungkin ini
"Akh!" Danu membanting pas tepat di depan sang ibu. Liana sampai refleks berteriak sambil menutup kedua telinganya saking kagetnya.Liana tahu, Danu marah dengan keputusan Delon yang terburu-buru mengalihkan semua kepunyaannya pada anak kandungnya—Zain.Danu merasa ia benar-benar tidak dianggap oleh Delon. Ia merasa Delon hanya mementingkan masa depan Zain saja. Kedua tangan Danu mengepal hebat. Ia memukul nakas hingga berdentum.Bugh!"Danu!" teriak Liana agar Danu tidak terlalu emosi.Danu mendelik penuh kobaran api pada sang ibu. Apalagi yang akan Liana katakan? Semuanya sudah berakhir bagi Danu.Menurutnya, sang ibu itu terlalu banyak mengucapkan omong kosong. Liana selalu berkata bahwa Danulah yang akan menjadi raja di keluarganya. Akan tetapi, sekarang? Semuanya tidak ada yang terbukti. Justru Zainlah yang akan menjadi seorang pemimpin."Kamu h
"Si Prita itu bener-bener udah jadi anggota Parpati. Meski awalnya kita kira cuma buat jadi pajangan si Zain aja, tapi dia berguna juga. Jangan anggap remeh si Prita. Kalian gak lihat dia begitu lihai. Buk! Buk!" Jali memperagakan adegan Prita yang tadi pagi menghajar Danu habis-habisan. Namun, gerakan yang Prita lakukan sedikit mirip dengan jurus yang selalu Zain lakukan."Bener kata Jali, Prita senjata buat bantu kita melawan anak-anak Zaggar. Apa yang Zain lakukan sudah benar." Sekarang Yudi tahu apa maksud sebenarnya dari apa yang sudah Zain putuskan."Kita harus minta maaf sama Prita, kan awalnya kita kira Prita hanya main-main masuk Parpati," kata Yudi setelah berpikir."Lo bener Yud." Deo mengangguk menyetujui.***Prita mengajak Zain untuk membicarakan sesuatu. Hal yang akan dibicarakan mengenai Delon yang sudah membahas pengalihan kekuasaanya."Kemarin bokap lo ke rumah. Dia membahas mengenai pengalihan kekuasaan nya dia
"Saya tidak setuju jika kamu memilih Prita. Benar kata Jefry dan Liana, kita tidak tahu asal-usul jelas tentang Prita.""Kamu tauz Zai? Gadis itu ketahuan mencuri tepatnya saat hendak bertemu saya," lanjut Delon terlihat tidak suka jika mengingat hal tadi siang."Hah, mencuri?" Tentu saja Prita kaget. Tidak mungkin Zain mencuri. Prita yakin ada kesalahpahaman."Ngga mungkin Pah, papa pasti salah paham. Prita tdiak mungkin mencuri!" Prita tidak percaya jika Zain benar-benar melakukan itu. Agaknya membingungkan apabila Zain lah pelakunya."Saya dengar sendiri dari korbannya. Terlebih lagi saya tidak suka dengan gadis itu yang terlalu membela dirinya seolah dia tdiak salah."Mau ditaruh di mana wajah Delon jika nanti Prita menjadi menantunya. Staf dan para pegawainya yang lain sudah tahu kejadian tadi siang. Jika Delon menyetujui Zain dan gadis itu sampai menikah nantinya, maka sama saja dengan Delon menjatuhkan harga dirinya. Ia pas
"Ini kan yang lo inginkan selama ini Pri? Menjadi orang kaya!" Cici merebahkan tubuhnya di kasur yang amat lembut dan tebal. Ia merasakan kenyamanan berada di atas ranjang ini."Ternyata jadi orang kayak itu gak selamanya enak, Ci. Kalo bisa, gue mending tetep hidup sederhana asalkan sama ibu. Di sini gue kesepian, rumah seluas ini cuma di sisi tiga orang itu pun pada diem-diem aja." Jujur Prita tidak suka berada di sini, ia lebih suka berada di rumah lamanya. Prita rindu dengan kamarnya."Mending lo nikmatin aja dulu. Kalo gue si gak akan pernah bosen. Hmm, nyamannya." Cici malah tertidur dengan selimut yang kini menutup dirinya."Woi jangan tidur, mana katanya mau kasih gue buku?"Plak!Prita menepak bokong Cici dan pada saat Prita melakukan itu, tiba-tiba Bi Yem masuk tanpa permisi sehingga Bi Yem kaget dan berpikir yang tidak-tidak. Karena jujur saja baru kali ini majikannya membawa te