NZeno tersentak dan langsung menutup teleponnya. Ia memeriksa sumber suara yang membuat dirinya kaget.
Setelah diperiksa tidak ada siapa pun di sana. Akan tetapi ada vas bunga yang telah menjadi pecahan kaca berserakan di lantai.
Tak berapa lama seekor kucing berlarian di sekitar ruang tamu.
Melihat kucing itu, Zeno jadi bernapas lega.
"Huft! Gue pikir siapa!" Zeno mengusap dadanya.
Ia masuk ke dalam rumah dan duduk kembali dengan sepupunya itu. Zeno melihat Zain sedang asik menonton tivi, itu artinya yang tadi benar-benar kucing.
"Siapa yang tadi nelepon?" tanya Prita. Untung saja Prita diselamatkan oleh kedatangan seekor kucing di rumah ini. Jadi Zeno tidak akan curiga pada Prita bahwa dirinya sempat menguping saat Zano menerima telepon.
Zeno mengalihkan pandangannya ke arah Prita. "Si Pink. Biasalah nanyain gue," jawab Zeno santai.
Prita hanya ber oh ria. Ia pura-pura percaya saja. Padahal Prita yakin orang yang ada di
i malam gelap gulita jendela di kamar Prita tiba-tiba terbuka. Terdengar suara angin kencang—menyibak tirai berwarna putih keseluruhan.Prita dalam sekejap langsung terbangun dan menyadari bahwa jendela kamarnya sedang terbuka.Netra Prita beralih pada Jang Beker di sampingnya."Jam dua," kata Prita. Ia beranjak untuk menutup tirai serta jendela kamarnya yang terbuka oleh angin.Pada saat menutup jendela, Prita seperti melihat seseorang di bawah sana."Siapa di bawah?" Suara Prita memanggil orang itu.Set!Pintu kamar Prita tiba-tiba terbuka. Gadis itu secara spontan menoleh ke belakang."Siapa?"Prita berjalan keluar untuk menerima."Kak Zeno?""Bi Yem?"Prita celingak-celinguk, tetapi tidak ada satu batang hidung pun yang nongol.Lagi-lagi Prita dibuat kaget dengan sesosok bayangan hitam yang melintas ke arah dapur."Kak Zeno jangan bercanda!" panggil Prita seraya turun me
Zain sedang memandang ke depan, menyembunyikan wajahnya yang terlihat merah padam. Sebenarnya ia bosan dengan segala hal yang membuat dirinya merasa tidak berguna. Tidak layak untuk hidup di dunia berlama-lama.Prita berjalan sedikit demi sedikit ke arah Zain."Mau masa lalu lo kayak gimana pun, lo gak berhak dicap sebagai manusia rendahan Zai. Semua orang punya kedudukannya di mata Tuhan."Prita berdiri di samping Zain. Pria itu masing enggan menunjukkan wajahnya pada Prita."Gue juga gak minta dilahirkan menjadi anak haram! Gue juga gak minta buat dijadikan pewaris!" sengit Zain berbicara melawan arus angin di hadapannya.Prita menunduk lalu mendongak lagi. Inilah Zain, pria itu sebenarnya telah lama hidup dengan sebuah tekanan.Yang kelihatannya bahagia ternyata tidak selamanya bahagia. Tidak selamanya yang manusia lihat beranggapan 'iya'."Lo tahu siapa yang nyebarin ini?" tanya Prita."Siapa lagi kalo buk
Anak-anak Parpati berkumpul di ruangan di mana Tuan Varos di rawat.Joan sang cucu duduk di sebelah Tuan Varos. Memegang tangan beliau dengan penuh kelembutan.Secara gontai Tuan Varos membuka kelopak matanya."Kakek sudah sadar?" Sebuah senyum terukir dari sudut bibir Joan kala melihat Tuan Varos siuman."Kek, ini Joan? Gimana keadaan kakek? Apa yang kakek rasakan?" tanya Joan beranak-pinak."Aku baik-baik saja cucuku." Bibir Tuan Varos bergetar lirih."Mereka teman-temanku, apa kakek ingat?" tanya Joan untuk sekedar memastikan ingatan beliau, sebab Tuan Varos sudah beranjak usia, bisa saja pikun."Aku ingat, aku masih sadar belum mati." Tuan Varos tertawa."Ada yang kurang satu," kata Tuan Varos melihat teman-teman Joan yang sedang berdiri berjejeran."Di mana Zain?" Akhirnya Tuan Varos meningkat nama itu. Tentu saja karena dulu mereka sangat dekat, sering main catur bersama.Mereka saling memandang satu sama la
"Saya tidak akan membiarkan kamu berhubungan dengan anak itu lagi!" Ketus Delon pada sang putra yang terbilang selalu membangkang."Kau tahu, tadi sore pacarmu mendatangi rumah saya dan membuat keributan di sana. Dia itu anak yang tidak tahu sopan santun, Zai. Tidak jelas bebet dan bobotnya!" sarkasnya membuat kening Prita jadi berkerut.Prita tahu pria di depannya ini sangat membenci dirinya dan Resti, sebab sejak kejadian itu Delon jadi berubah sikapnya.Prita juga tidak minta untuk disukai. Akan tetapi, seharusnya Delon tidak sebegitu marahnya. Karena orang yang Delon benci sedang ada di depannya. Prita mendengar sendiri dan menerima cacian itu langsung di hadapannya."Dia datang ke sana? Untuk apa?" imbuh Prita menyahuti. Zain tidak mengabari Prita jika dia telah membuat keributan di sana. Entah kenapa, dia ia dan Zain benar-benar sudah bertukar hidup."Anak itu memang tidak pernah di ajarkan tata Krama—""Pah, ada apa?
"Kita sudah terlalu lama menunda-nunda. Lo pun terlalu banyak bersandiwara dengan masih saja pura-pura baik pada anak haram itu!" cerca Pink pada sang kakak yang baru saja pulang setelah satu Minggu lamanya tidak pulang. Pink tahu Zeno sangat dekat dengan Zain, sehingga kedekatan mereka membuat Pink menjadi iri. Meskipun kedekatan yang Zeno lakukan hanyalah untuk memanfaatkan Zain semata."Pink, lo tahu kan gue baik sama Zain karena gue cuma manfaatin dia doang. Gue cuma pengen uangnya buat bayar keperluan gue!" Semenjak kepergian ayahnya, Zeno dan Pink kehilangan segalanya. Mereka bukan lagi bagian dari keluarga Amartha, sebab sang ibu telah menikah lagi dengan pria miskin nan kejam itu. Pink sendiri pun dihidupi oleh Zeno. Pria itu diam-diam menyewa apartemen untuk sang adik menggunakan uang Zain yang berlimpah ruah itu. Baginya mendekati Zain hanya untuk menjadi seorang perampok yang cerdas. Zeno sering memakai uang Zain tanpa izin selebihnya ia mengaku menggunakan uang it
Bugh!Tangan Zain yang mengepal memukul keras rahang Danu hingga membiru.Sementara Prita menendang kakinya dengan jurus yang sudah Zain ajarkan selama ini.Danu terjerembab ke tanah. Wajahnya juga ikut berciuman dengan tanah yang sudah dilapisi semen itu.Kedua tangan Danu mengepal kuat. Sejurus kemudian ia bangkit kembali. Bangkit dengan kemarahan yang kian meledak-ledak.Bugh!Akhirnya pukulan Danu tepat sasaran mengenai wajah Prita. Prita terdengar mendesis seraya mengusap darah yang keluar dari bibirnya. Cukup perih baginya. Namun tak menyurutkan semangat nya untuk bisa mengalahkan Danu.Zain membantu Prita, menghajar Danu kembali dengan jurus andalannya. Namun Danu bisa menangkis yang alhasil Danu berhasil mencuri kesempatan untuk memukul Zain.Plak!Bugh!Plak!Danu membanting tubuh Prita hingga anak itu terpanting agak jauh. Zain yang merasa Danu semakin kuat, ia mengeluarkan jurus mematikan itu pad
Prita dan Zain tidak pulang. Mereka berdua memilih menginap di rumah sakit untuk menunggu Jali yang masih berada dalam penanganan dokter.Joan yang sudah tiba satu jam sebelum mereka semua tertidur. Ikut merekatkan tubuhnya di sebelah Zain. Sebelum pergi ke sini, Joan sudah meminta izin lebih dulu pada sang kakek bahwa Joan akan pergi ke rumah sakit Cipta Harapan untuk mengetahui keadaan Jali. Sedangkan Varos dijawab oleh beberapa pengawal yang bertugas.Kepala Zain tersandar di bahu Prita.Melihat gadis itu tersandar ke bahu Zain, membuat Joan memindahkannya ke bahunya.Prita mengusas senyum tipis kala Joan melakukan itu pada Zain.Andai Joan tahu yang mana Prita dan yang mana Zain, pasti kepala dirinyalah yang dipilih untuk bersandar di bahunya. Pikir Prita.***Esok hari Zain memilih pulang, karena ia takut Resti khawatir. Sedangkan teman-teman yang lain tetap ingin di sana menunggu sampai Jali siuman. Zai
Semua orang tahu siapa Resti. Dia adalah preman sekolah. Semua siswa takut kepadanya. Apabila ada Resti pasti mereka memilih jalan lain. Mereka akan menghindari keberadaan Resti dan kedua teman prianya—sebut saja Ucup dan Henri. Keduanya adalah sahabat Resti. Sejak kecil mereka sudah hidup bersama—tepatnya di panti asuhan.Dengan gaya ala preman, Resti bersandar di tembok lorong sekolah, biasanya ada saja yang lewat ke sana, sebab jalan menuju kelas terkhusus anak IPA hanya satu. Maka dari itu anak-anak IPA akan masuk ke kelas sebelum ada Resti.Berbeda dengan siswa yang sedang berjalan santai hendak melewati Resti dan kedua temannya. Pria itu bernama Delon—anaknya Pak Amartha yang terkenal kaya raya namun arogan.Melihat ada mangsa yang sedang berjalan menghampirinya, Resti segera menghadang langkah Delon dengan meloncat dan berdiri di depan pria itu."Bayar kalo mau lewat sini!" gertak Resti membuat Delon terhenyak dan mendongak.