Share

Bab 6

Author: MoonHp
last update Last Updated: 2021-04-20 18:14:07

Yudi tampak menimang-nimang apa yang akan mereka lakukan, sebab jarang sekali cewek yang menjadi target mereka.

"Mmm, kita apain, yah?"

Deo dan Jali masih menahan tubuh seseorang dalam karung yang mereka duduki di kursi kudang yang tampak sudah usang termakan waktu.

"Gelitikin aja gimana?" Jali menautkan alis.

"Ini cewek bro ... sensitif kalo main raba-raba aja."

"Gagabah maneh teh!" Semprot Yudi pada Jali.

"Eh! Eh! Buka dulu karungnya. Kasian dia kehabisan napas atuh!"

Napas Zain terdengar ngos-ngosan setelah Jali dan Deo membuka benda yang menutupi dirinya.

"Kurangajar?!" Zain berontak dan menendang lutut Yudi yang sedang duduk berhadap-hadapan dengannya.

Kedua cowok itu makin mengeratkan tali yang mengikat Zain. Mereka terkejut dengan tenaga yang barusan dikeluarkan cewek itu, sampai-sampai hampir saja Yudi terjungkal.

"Wah, buas nih! Gawat atuh ieu mah ...." Yudi mengelus dada.

"Ngapain kalian ngarungin gue? Yang seharusnya kalian karungin itu cewek itu?!" protes Zain yang bermaksud menargetkan Prita.

"Cewek yang mana? Orang Zain nyuruh kita itu elo!"

"Udah deh, glitikin aja sampe nangis. Yang penting 'kan kita udah ngasih pelajaran ke ni orang," timpal Jali final.

"Lo sentuh gue, gue bakalan ngeluarin kalian dari PARPATI?! Cepat lepasin gue!"

Ruangan langsung bergemuruh dengan tawa ketiga cowok itu. Deo mendekatkan wajahnya pada Zain.

"Memangnya lo siapa? Pacar Zain? Jika pun ia, kami gak akan nurut kecuali sama ketua Parpati!"

"Cih, gue ini Zain goblok!" umpatnya.

"Haha, sejak kapan Zain berubah jenis?"

"Udah gaes, mari beraksi! Cewek ini ternyata emang ngeselin!"

Sebelum mereka bertindak tiba-tiba pintu gudang terjeblak. Cici datang dengan sebuah sapu ditangannya juga ada Joan di samping gadis itu.

"Lepasin temen gue!" Cici bersiap untuk menyerang mereka. Sedangkan Joan berjalan santai dan berkata,

"Kalian gak ada kerjaan lain apa selain gangguin cewek ini? Prita punya masalah sama Zain bukan sama kalian."

"Zain yang nyuruh Jo."

"Kami bertiga cuma bantuin Zain--"

"Lepasin temen gue!" ulang Cici berteriak.

Ketiganya hanya saling menatap secara bergantian. Joan dengan gesit melepas tali yang melilit tubuh Zain. Wajah Zain menatap sinis ke arah Joan.

***

Tak berapa lama Cici kembali ke kelas. Ia cukup terkejut dengan kehadiran Zain di bangku Prita.

Tadi sebelum kembali ke kelas, Cici berpisah dengan Prita. Temannya itu terlihat cuek padahal baru saja Cici membantunya. Boro-boro berterima kasih, berbicara basa-basi pun tak ada.

"Waduh gawat nih," batin Cici seraya terus berjalan ke bangkunya.

Cling!

Cowok itu malah tersenyum dengan menunjukkan rentetan giginya yang putih ke pada Cici yang sekarang jantungnya mendadak maraton.

"Dari mana? Lama amat."

"E' gue, Kak?" Cici menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan. Ia semakin dibuat gugup.

Tak berapa lama kegugupan Cici akhrinya berakhir. Bu Wida masuk kelas dan menyapa semua murid.

Cici masih celingak-celinguk menunggu Prita. "Wah, telat tuh anak."

"Zain?" Bu Wida mendekat.

"Ngapain ada di kelas sebelas?"

Saat itu juga Prita langsung menepuk jidatnya. Kenapa lagi-lagi ia lupa? Ia 'kan bukan Prita lagi.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Bu Wida Prita langsung bergegas ke luar dengan terbirit.

Ketika di luar ia bertabrakan dengan sang pemilik raga yang atmanya tinggali ini. Prita yakin, Zain juga di usir dari kelasnya sendiri.

"Urusan kita belum selesai?!" Tajam Zain dengan pandangan membidik.

"Yeuh ... mau marah-marah gak jelas lagi sama gue?" cecar Prita tak kalah tajam. Mereka pergi ke arah berlawanan.

Setibanya di kelas Zain langsung di suruh duduk oleh Bu Wida, karena kelas akan segera dimulai.

Cici buru-buru menggeser kursinya mendekati temannya itu. Ia berbisik-bisik di tengah materi yang sedang dijelaskan guru di depan.

"Eh, eh! Tadi Kak Zain ada di kelas kita. Tau gak, mukanya itu nyeremin banget kayak anak konda."

"Kalau bukan karena dia ketua PARPATI udah gue jambak tuh rambutnya. Gemes gue Pri, pagi-pagi udah bikin anak orang terintimidasi aja--"

"Apa lo bilang? Gue kayak anak konda?" Geram Zain. Sudah jelas-jelas orang yang sedang dibicarakan Cici ada di sampingnya, cewek itu malah terus mengumpati nama Zain dengan nama binatang.

"Bukan elo Pri, tapi si Zain. Euh dasar Zain monyet! Drakula! Anj--" Cici segera menutup mulutnya saat Bu Wida mengalihkan pandangan padanya.

Zain terdiam menahan kekesalan yang hampir membuat ubun-ubunnya meledak. "Ooh, jadi lo suka ngatain gue? Awas aja ya kalian. Kalo bukan karena gue ada di tubuh cewek sialan ini, lo juga bakal gue jadiin mangsa, bego." Zain membatin.

Di sela-sela materi yang masih belum selesai Bu Wida terangkan, Cici masih saja tak berhenti mengiceh. Dan mungkin ini sudah keempat kalinya Cici berganti topik.

"Yaampun, Ci. Bibir lo pucat banget. Lo gak pake lipstik ibu lagi apa? Eh, ngomong-ngomong kemarin tante gue beli lipstik yang sama dengan merek yang lo tunjukin dan ini yang kelima kalinya lipstik yang Tante Iren beli gak sama warnanya. Aneh gak sih? Sama mereknya tapi lipstiknya berbeda?" celotehnya. Ia mulai mengeluarkan benda yang isinya cairan merah muda berbentuk gel secara diam-diam.

"Nih, olesin dulu bibir lo. Mumpung Bu Wida masih nerangin materinya."

Zain mendelik. Merapatkan giginya lalu berujar," Ngapain gue pake begituan? Gue masih normal!" bisik Zain penuh penekanan.

"Lo kenapa sih, Pri. Kok jadi aneh gini sikapnya? Lo lagi PMS, ya?"

***

Hari ini di kelas 12 sedang ada latihan soal-soal untuk menghadapi ujian di semester genap nanti. Semua siswa terfokus pada angka-angka yang jadi sarapan paginya.

Sementara di sisi lain, Prita kebingungan sendiri dengan soal-soal di depan matanya. Tentu ini bukanlah tugasnya. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang harus ia lakukan.

"Duh, mana gue tau ... materi ini di kelas sebelas belum diajarin."

Beberapa siswa ada yang sudah mengumpulkan kertasnya.Sedangkan Prita belum mengisinya dari nomor satu pun.

Mata Prita mulai curi-curi pandang ke yang lain. Tepatnya pada siswa berkacamata di sampingnya yang entah siapa namanya.

"Mau nyontek yah?" tanya cowok itu hati-hati. Sesekali membenarkan kacamatanya yang melorot.

"Emang boleh?" jawab Prita tak kalah pelan.

Dengan gamblangnya pria itu memerikan semua jawabannya secara percuma. Prita segera mencatatnya secepat kilat.

"Walaupun ini cuma latihan uji coba, Bapak tidak mau ada yang mencontek!" sindir Pak Arga.

Cowok berkacamata wanti-wanti takut ketahuan. Ia masih berjaga-jaga agar Pak Arga tidak melirik ke sini.

"Udah belum, Zai?"

"Tar lagi beres, kok."

Mata Pria yang ada di samping Prita seakan mau keluar saat ia melihat Pak Arga sudah berjalan mendekati bangku mereka.

"ZAIN MAHESA?" gertak Pak Ardi menglihkan semua pandangan seisi kelas.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 81

    Joan melangkah masuk ke bandara. Setalah kejadian pertunangan Zain dan Joy yang gagal, Joan memilih meninggalkan Indonesia bersama kakeknya. Tepatnya Joan akan kuliah di luar negeri. Ia membawa kakeknya sekalian untuk dititipkan di rumah tantenya yang ada di Belanda selama Joan sibuk kuliah.Varos juga akan mendapat perawatan yang lebih baik di sana. Joan sudah menyiapkan semuanya.Joan memilih akan menjalani hidup baru. Keputusannya sudah bulat dan akan dijalankannya."Ayo, Kek," ucap Joan lalu membawa Varos masuk ke dalam pesawat.***Malam ini adalah malam yang berpengaruh bagi nyawa Prita. Sebab saat ini mereka bertiga sudah memegang pistol untuk melenyapkan Prita begitu saja jika Prita tidak menuruti apa yang mereka perintahkan.Seperti yang dikatakan Cici bahwa malam ini bertepatan dengan malam gerhana bulan Merah, malam yang langka bagi Prita dan Zain, namun agaknya akan terlewatkan sia-sia sebab Prita akan segara dileny

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 80

    Zain menghela napas berat seolah mengeluarkan beban.Merasa gagal, karena belum juga menemukan Prita–ia menangis, menitipkan air matanya di rumah pohon."Seharusnya gue yang diculik! Bukan lo, Pri," kata Zain sembari memandang ke arah rumah tua yang dulu Prita lihat."Kenapa lo yang ngalamin ini?" Zain kembali menunduk dengan air mata yang mulai bercucuran.Tiba-tiba Zain teringat apa yang dulu Prita katakan mengenai Zeno yang akan membunuhnya. Zain teringat dengan kedatangan Misha. Zain mulai mengerti kemana Prita pergi. Mereka telah mengukir Prita."Zeno berniat membunuh lo!" kata Prita waktu itu.Zain bangkit untuk segera mencari keberadaan Zeno di rumahnya. Ia harap Zeno masih ada di sana. Zain akan meminta Zeno memberitahu padanya di mana keberadaan Prita. Zain tidak akan membiarkan Zeno menyakiti Prita.Zain lekas naik ke motornya–motor mewahnya yang ia ambil di pinggir jalan. Motonya yang ditinggalkan Prita begi

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 79

    Kepergian Danu sudah seminggu lebih, tetapi Liana masih banyak melamun. Liana teringat Danu yang suka mengeluh karena selama ini ia belum mendapatkan apa yang ia mau. Anak itu ingin menjadi pewarisnya Delon, tetapi Delon sama sekali tidak mau membuat Danu menjadi senang. Yang Delon pikirkan hanyalah Zain. Zain si anak haram itu. "Bi, tolong buatkan saya kopi!" seru Delon para pekerja di rumahnya. Mendengar suara Delon, Liana jadi tertegun. Dulu ia pernah berusaha meracuni Delon. Akan tetapi, berhasil digagalkan oleh Zain. Dan sekarang adat kesempatan emas bagi Liana untuk meracuni Delon. Karena tidak ada harapan lagi, Danu sudah tiada, Liana hanya tinggal mengakhiri kisahnya dengan membunuh Delon dan Liana akan berusaha melenyapkan Zain juga dan dengan begitu semua harta dan kekuasaan Delon akan jatuh ke tangan Liana. Liana segera beranjak dari kursi dan secepat kilat menuju dapur. "Biar saya aja, Bi!" cegah Liana pada Bi Ina. "Baik, N

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 78

    Semua anak-anak Parpati sedang berada di depan ruangan Deo. Mereka dikabari oleh Yudi, sebab ketika Yudi mengunjungi kediaman Deo, pembantuan memberi tahu bahwa Deo masuk ke rumah sakit usai tertusuk pisau."Kita berdoa aja semoga Deo selamat," imbuh Zain."Iya, Zai, lebih baik kita banyak-banyak ini doa supaya Deo segera siuman," tambah Jali yang terlihat paling khawatir.Di sudut kursi, Mela masih mengiringi keadaan Deo dengan tangisannya. Sementara Rino menundukkan kepalanya menunggu dokter keluar.Yudi beranjak menghampiri mereka berdua."Tante, Om," panggil Yudi sehingga mereka mendongak ke arahnya."Saya Yudi, temannya Deo," sapa Yudi memperkenalkan diri.Mela menghapus air matanya dan menerima tangan Yudi dan ingin bersalaman dengannya."Deo, sering ke rumah Yudi. Dia sering curhat masalah kalian," gumam Yudi membuat Rino dan Mela saling memandang satu sama lain."Dia curhat mengenai kami?" tanya Mela.

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 77

    Cici sedang asik menonton acara. Namun tiba-tiba sang ayah malah memindahkan channel-nya dengan seenaknya. Glen memindahkan channel-nya ke siaran berita. "Ih, ayah! Ganggu aja si!" protes Cici melirik ke sang ayah di sampingnya yang baru duduk. Glen tak menggubris Cici dan tetap melihat ke arah televisi. Pada saat Cici melihat siaran berita itu, Cici kaget saat membaca tulisan di layar tivi mengenai gerhana bulan merah. Glen merasa tidak tertarik dengan beritanya, lalu ia memindahkan nya lagi. Akan tetapi segera Cici cegah. "Eh, tunggu!" tahan Cici. "Hah, nanti akan ada gerhana bulan?" gumam gadis itu di dalam hati. "Gue harus cepet-cepet kasih tahu Prita," ucap Cici. Dan segera bangkit dari duduknya lalu melenggang ke luar memakai sepatu nya. "Eh, kamu mau kemana malam-malam begini?" teriak Glen melihat sang anak dengan tiba-tiba terbirit ke luar. "Mau ke rumah Prita, Yah. Ayah silakan saja tonton beritanya!" s

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 76

    Joy keluar dengan gaun mewah dan indah. Gadis itu terlihat sangat cantik memakai gaun putih itu.Para tamu terhipnotis dengan aura kecantikan Joy. Mereka bertepuk tangan saat Joy memasuki mimbar dan berdiri di sebelah anaknya Delon.Acara tiup lilin sebentar lagi dan Zain belum juga datang. Prita dibuat cemas, kemana sebetulnya Zain?MC sudah mengatakan agar Prita meniup lilin. Para tamu masih bernyanyi untuknya. Namun Prita tak kunjung meniupnya, ia ingin melihat Zain lebih dulu."Silakan Tuan Muda, tiup lilinnya," ulang MC berseru.Prita hanya bisa menghela napas dan meniup lilin itu. Gemuruh tepuk tangan menghadiahi telinga Prita.Selanjutnya acara potong kue. MC kembali meminta Prita agar memotong kuenya. Tetapi Prita tidak melakukannya, ia meminta Delon agar menunggu seseorang sebenar saja."Pah, kita tunggu teman aku satu lagi yah," ucap Prita berbisik pada telinga Delon."Lho siapa? Memangnya ada teman kamu yang belum sa

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 75

    Ternyata Zeno membawa Prita ke kediaman Delon. Pria itu sudah menipunya.Prita memerhatikan jalan, ia sudah. Bapak betul jalan ke arah ini ini."Ini kan jalan kerumah bokap?" terka Prita membuat Zeno tersenyum miring.Zeno berpikir sepupunya itu memang benar-benar tidak ingat hari ulang tahunnya. Sesekali Zeno mendelik sepintas, melihat wajah sepupunya yang kecut."Kak, lo bohongin gue yah?" gumam Prita. Namun tak mendapat respon dari Zeno."Kak!" panggil Prita mengguncang sedikit tangan Zeno dari samping. Tidak mungkin juga Zeno berniat jahat saat ini, sebab pakaian Zeno sangatlah rapi."Gue gak bohongin lo! Ini emang hari ulang tahun anaknya Tuan Delon, yaitu lo!" Akhirnya Zeno memberitahu Prita. Sayang sekali padahal jika tidak diberi tahu maka ini akan menjadi suprise bagi Prita."Hah, gue?" Prita menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi wajah terkejut."G–gue ulang tahun?" tanya Prita sekali lagi. Hanya untuk sek

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 74

    Prita dan Zain sedang duduk-duduk menikmati angin sore, tepatnya di taman yang tak jauh dari bascamp.Prita melirik ke arah Zain yang sedang memandang langit. Ia berkata,"Sorry, ya, gue cuma bisa jadi peringkat ketiga. Apalagi ini pelulusan lo." Prota membuat Zain menurunkan pandangannya dan menoleh padanya."Ya mau gimana lagi," lirih Zain. Sebenarnya ia tak ambil pusing, toh rangking bukan sebuah patokan baginya. Justru skill yang bisa membuktikan bagaimana nanti Zain kedepannya."Oh iya, lo sama gue belum lanjutin yang kemarin," ucap Zain membuka topik baru. Jujur saja Zain ketagihan dengan hal yang terjadi pada waktu itu."Yang kemarin?" Kening Prita berkerut."Yang di rumah pohon itu!" tukas Zain mencoba mengingatkan Prita."Astaga, lo mesum!" sentak Prita segera menjauh dari Zain. Namun Zain sepertinya tidak mau berada jauh dari Prita. Cowok itu menarik Prita hingga posisi mereka benar-benar intim."Lo kan ud

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 73

    "Kalian pikir gua takut, hah!" Resti memasang badan melarang orang-orang itu masuk ke dalam rumahnya. Resti tidak akan membiarkan mereka merusak rumahnya lagi. Orang-orang yang ada di depannya ini adalah orang-orang yang sama yang merusak rumahnya pada waktu ini. Bedanya jumlah mereka saat ini lebih banyak."Udahlah kita masuk aja, lagian cuma perempuan satu ini masa takut," oceh orang itu.Buk!Resti melayangkan sapu tepat di wajahnya."Mau ngapain kalian ke rumah gue!" sentak Zain tiba-tiba. Ia datang bersama Prita. Prita sudah memberi tahu Zain bahwa mereka adalah orang-orang suruhan Liana."Mereka-mereka ini sebenarnya adalah orang-orang suruhan Liana!" imbuh Prita tajam."Jangan so tau kamu bocah ingusan!" bantah si kepala pelontos. Kulitnya hitam seperti orang Afrika."Gue gak so tau, mending kalian ngaku aja deh!" sergah Prita."Kami ini suruhannya Tuan Delon!" ungkap laki-laki bertubuh besar, pria itu memiliki leh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status