Yuda: Aku mencintaimu penuh keraguan, sementara kamu mencintaiku dengan penuh keyakinan. Yura: Kamu tahu? Karena sebuah rasa harus diungkapkan. Copyright © Mitha & P. Afriliani
Lihat lebih banyakMusim kemarau.
Musim yang membuat sore hari terasa lebih panas dari biasanya. Juga membuat sebagian orang lebih menyukai berada di dalam ruangan hanya untuk menghindari sengatan matahari. Panas matahari tetap terasa di bumi ini, walaupun sekarang waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.
Panas hari ini tidak menghentikan semangat seorang wanita berambut panjang yang saat ini dia kuncir, untuk setia menunggu seorang pria yang selalu membuat dia bahagia. Seorang pria dengan tinggi rata-rata pria dewasa di Indonesia yaitu 170 cm, bermata abu-abu gelap, dan memiliki lengkungan di pipi sebelah kiri yang dapat dilihat ketika dia tersenyum. Dan pria itu kini sudah berada di belakang punggung wanita tersebut. Dia memberikan senyuman termanis untuk si wanita yang telah lama menunggunya.
"Maaf ya, lama," ucap si pria dengan menunjukkan lengkungan indah di wajahnya.
"Okay ... kalau mau dimaafin, traktir aku siomay Bang Jali ya?" Si wanita berucap dengan wajah datar dan disambut anggukan oleh pria itu.
Mereka pun akhirnya mulai berjalan dengan menuntun sepeda si pria, yang sebelumnya mereka ambil di parkiran sepeda. Mereka berjalan sambil bercerita keluh kesahnya hari ini. Tidak jarang ada keusilan yang dilakukan masing-masing dari mereka.
***
Sampailah mereka di tempat siomay Bang Jali, tempat favorit mereka. Si pria makan begitu banyak siomay sampai menghabiskan tiga porsi sekaligus. Padahal si wanita yang seharusnya makan paling banyak, bukan?
"Yuda." Panggil si wanita.
"Kenapa, Yura?" jawab si pria sambil meraih minumnya.
Entah kenapa ada rasa ragu yang ditunjukkan oleh si wanita atau Yura kepada si pria yaitu Yuda. Keraguan akan ketakutan yang mungkin bisa menghancurkan persahabatan mereka yang sudah terjalin selama tiga tahun.
"Yud, maaf ya karena aku harus bilang ini," ucap Yura sambil meremas bajunya dengan kedua tangan.
"Aku ... mencintaimu, Yud." Kini Yura menatap dengan mata teduh ke arah Yuda.
Yuda yang mendengar pernyataan cinta Yura hanya bisa menunduk sambil sedikit mengigit bibir bawahnya.
"Aku ...." Mulainya. "Maaf sebenarnya ...." Masih dengan keraguan yang Yuda tunjukkan untuk menjawabnya. "Sebenarnya aku ... tidak menyukai perempuan."
Kini berbalik Yuda yang menatap Yura dengan mata teduh itu. Melihat kedua alis Yura yang hampir menyatu, mata bulat yang bergerak-gerak tak tenang dengan tetap fokus melihatnya, dan seakan Yura sedang menunjukkan ketidakpercayaan akan hal yang Yuda katakan.
PLAK!
Terdengar suara tamparan cukup keras mendarat di pipi Yuda. Penjual siomay yang melihatnya, hanya diam tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Dan kebetulan, saat itu hanya Yuda dan Yura saja yang membeli siomaynya. Setelah itu, Yura pun pergi meninggalkan Yuda. Yuda hanya bisa menghela napas pelan, seakan dia sudah bisa menyadari apa yang akan terjadi.
...
Setelah beberapa saat kemudian, ketika Yuda ingin bangkit dari tempat duduknya untuk segera pulang, tiba-tiba saja Yura kembali dengan membawa botol air mineral dingin dan menyodorkan ke pipi Yuda yang tadi dia tampar. Kemudian Yura memberikan senyuman kepada Yuda sembari berkata, "Maaf Yud, aku terlalu kekanak-kanakan. Seharusnya aku nggak boleh begitu."
Yuda sempat merasa bingung akan perlakuan yang Yura berikan. Dan setelahnya, Yuda pun membalas senyuman Yura sambil menggenggam tangan Yura yang sedang menyentuh botol minum yang berada di pipinya.
'Itulah mengapa aku mencintaimu,' batin Yuda berucap.
***
"Adik aku cewek Ra. Dia baru masuk SMA setahun yang lalu." Aku mengangguk.Beberapa detik kemudian, ponsel milik David bunyi menandakan ada seseorang yang meneleponnya. David dengan sedikit ragu-ragu mengangkat telepon tersebut. "Bentar ya, Ra.""Iya Vid, angkat aja dulu." jawabku mempersilahkan.Entah kenapa David begitu gugup saat mendapatkan panggilan telepon tersebut. Dia pun keluar dari restoran Ayahku, tapi aku masih bisa melihatnya dari balik kaca jendela. Sesekali dengan menatapku dan tersenyum kecil. Aku pun membalas senyumannya.….Sembari menunggu David selesai menelepon, aku mengambil ponselku dan mengirimkan pesan kepada Yuda."Hari ini kamu kesini nggak?"Drrt… drrt…"Iya Ra. Tapi mungkin sekitar jam 7an Ra. Kenapa? Kamu udah kangen? Hehe…"Ck…Aku tersenyum melihat pesan dari Yuda."Iya aku kangen. Kangen nyuruh-nyuruh kamu Yud. Hahaha…"Drrt… drrt…Yuda memberikan emot sedih.Kembali ku tersenyum geli. Aku pun membalas dengan memberikan emot tertawa terbahak-bahak."Ra
"Kamu terlihat cantik, Ra." ucap David tiba-tiba. Saat itu aku sedang mengarahkan wajahku di depan kipas angin. Aku pun menoleh ke arahnya yang sedang tersenyum manis. …. Ya, mungkin benar apa yang dikatakan oleh banyak orang. Jika seseorang sedang mencoba mendekati orang yang disukai, mereka akan berusaha untuk merayunya. Dan ini pun yang mungkin sedang dilakukan David kepadaku. Aku sedikit merinding mendengar ucapannya. Aku hanya membalas senyuman David tanpa berkata apa-apa, serta kembali menoleh ke arah kipas angin. "Oh ya, kalo kamu lagi libur gini, pasti seperti ini ya?" "Iya." jawabku singkat tanpa menatap wajahnya. Aku masih menikmati udara dari kipas angin sambil memejamkan mata. Entah karena aku mulai merasa tidak nyaman, atau memang hanya masih merasakan gerah ditubuhku. "Rajin ya kamu Ra. Mungkin, kalau boleh, kapan-kapan aku ikut bantuin ya Ra?" "Nggak usah, Vid. Main aja ke tempatku. Nggak usah bantuin. Hehe… kamu kayak Yuda juga, bukannya jadi tamu yang baik malah
"Ya tentu saja Ra. Terlihat dari mata kamu yang layu dan sedikit pucat." Aku sedikit terkejut saat David menyentuh pipi kananku dan membelainya halus. Tanpa disadari dengan reaksi yang aku berikan, aku langsung mundur dan sedikit menjauhkan wajahku dari genggaman tangan David. 'Sungguh aku merasa aneh' …. Entah kenapa aku merasa sedikit tidak nyaman saat dia menyentuh wajahku? Padahal aku sering disentuh oleh Yuda, baik kepalaku bahkan wajahku. Mungkin itu yang dimaksud dengan perasaan nyaman saat orang yang kita cinta menyentuh kita. David sedikit terkejut saat melihat reaksiku. Dia terlihat menunjukkan raut wajah tidak enak padaku. "Ma..maaf Ra? Aku nggak maksud buat kamu nggak nyaman. Maaf banget ya Ra?" Dia menyatukan kedua tangannya dengan terus mengucapkan kata maaf. Akupun merasa tidak enak kepada David karena reaksiku yang aku rasa berlebihan. Aku menggelengkan kepalaku dan menyentuh lengan David dengan tangan kananku. "Nggak apa-apa kok Vid. Aku aja yang berlebihan, ngg
Yura POV. Pagi ini aku bangun sekitar jam 9. Padahal aku berencana untuk bangun lebih siang. Hehe… Seperti biasa di pagi hari pada hari libur, aku akan membantu Ayah dan para karyawan lain untuk mengurus rumah makan keluargaku. Aku membantu menyambut tamu, mencatat pesanan, mengantarkan pesanan, membersihkan meja dan bahkan mencuci piring. Aku sangat bersyukur karena usaha tempat makan Ayahku selalu ramai dikunjungi, apalagi pada hari libur seperti ini. Sampai tak terasa waktu menunjukkan pukul 2 siang. Biasanya di jam segini, rumah makan ayahku agak sedikit sepi dan baru akan ramai lagi pada jam 5 sore sampai malam hari. Oleh karena itu, akupun sudah tidak membantu Ayah dan para karyawan Ayahku. Aku berjalan menuju meja yang diisi oleh teman satu kampusku yang kemarin sudah mengabariku untuk datang berkunjung. Sebenarnya dia sudah datang sejak jam 1 siang tadi. Hanya saja, restoran yang begitu ramai membuatku tidak bisa fokus mengobrol dengannya. Barulah saat ini aku bisa mengham
"Teruslah tersenyum, Ra." batin Yuda berucap. Dia pun melanjutkan menyesap es tebu sambil sesekali melihat Yura lagi. …. "Hah kenyang…" desah Yura sambil mengelus perutnya. "Ya tentu kenyang Ra. Kamu udah makan banyak banget tadi!" jawab Yuda tertawa. "Abis jarang-jarang banyak tukang jualan kayak tadi Yud. Makanya aku jadi mau semuanya. Hahaha." 'Tidak apa-apa Ra, yang penting kamu bahagia.' Yuda tersenyum dengan isi hatinya. "Ya udah, ayo pulang Yud. Udah jam 8 ternyata!" Yura melihat jam di pergelangan tangannya. "Kamu udah siap pulang nih ya?" ledek Yuda dengan mengangkat satu alisnya. "Iya Yuda…" Yura segera menaiki sepeda Yuda, dan Yuda mulai mengayuh sepedanya lagi menuju rumah. Sesampainya dirumah Yura. Yuda bertemu dengan Ayah Yura yang hendak membuang sampah. Tidak hanya jalanan saja yang ramai, tapi rumah makan milik Yura juga cukup ramai pengunjung hari ini. Dan memang setiap Jum'at malam sampai Minggu tempat makan Yura selalu ramai. Selain harga yang terjangkau
Aulia POV: Sebentar lagi akan memasuki ujian semester, oleh karena itu diriku lebih fokus pada kuliah saat ini. Aku sudah mulai memasuki semester akhir, yang di mana akan disibukkan untuk membuat bahan skripsi. Sungguh tak terasa waktu berjalan begitu cepatnya. Kesibukan ini sejenak membuatku lupa akan masalah yang dihadapi oleh kedua teman kecilku. Aku selalu ingin mencari tahu lebih dalam tentang masalah ini, akan tetapi ya…kesibukan membuatku sulit memberi waktu untuk hal lain. Terakhir yang aku tahu, saat mencari informasi tentang temanku adalah soal Yuda yang ternyata tidak menghapus postingan yang pernah dia buat di F*. Sungguh membuatku kesal dan kecewa. Kenapa dia tidak menghapus dan bahkan membohongiku? "Aulia, kamu nggak makan?" sapa salah satu teman dekatku di kampus yang bernama Astrid. "Iya, serius banget belajarnya Li!" "Aku yakin kamu pasti bisa ngerjain tugas ujian besok kok Lia, hehe." Kali ini temanku yang lain yaitu Icha dan Riska ikut berkomentar. Ya, meman
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen