Share

Bab 7 : Sebuah Jawaban

Aku terbangun di sebuah kamar. Kamar yang besar dan luas. Aku tau betul ini di mana? Ini rumah kedua orangtuaku di kawasa Pondok Indah Jakarta Selatan. Tapi bagimana bisa aku pulang ke sini? Sementara aku masih di tubuh Lastri. Apa aku sudah berada di tubuhku sendiri? Aku pun beranjak menuju cermin. Aku ingin melihat rupaku kini. Apakah aku masih di tubuh Lastri?  Atau aku sudah kembali ke tubuhku sendiri? Saat tiba di sana, aku terbelalak senang. Benar saja aku sudah berada di dalam tubuhku sendiri. Aku senang bukan main. Akhirnya aku bergegas berjalan menuju telepon rumah di atas meja belajarku dulu, lalu segera menghubungi Isabel.

"Halo!" sapa Isabel di seberang sana.

"Isabel...," lirihku.

"Indah?" tanya Isabel dengan terkejut. Dia  memang sudah hafal suaraku di telepon.

"Iya ini aku."

"Kamu sudah kembali ke tubuh kamu?"

"Iya, sekarang aku ada di rumah orang tua aku di pondok Indah," jawabku.

"Syukurlah kalo kamu udah kembali ke tubuh kamu." Isabel terdengar sangat bersyukur mengucapnya," gimana ceritanya kamu bisa kembali ke tubuh kamu?"

"Nanti aja, nanti aku pasti cerita."

"Yaudah, nanti aku main ke sana."

"Iya. Tolong bilang ke Mas Raka, aku nggak kabur, tapi pulang ke rumah tanpa pamit dan tolong bilangin ke dia, makasih udah jagain aku," pintaku pada Isabel.

"Iya."

Setelah itu kami menyudahi pembicaraan kami ditelepon. Aku pun kembali berpikir bagaimana caranya aku bisa sampai ke sini? Aku keluar dari kamar. Ingin menanyakan semuanya pada keluargaku. Rumahku begitu besar dan luas, dan terdiri dari dua lantai. Ku lihat ke seisi ruangan. Tak kutemukan kedua orang tuaku di sana.

Ya, aku dulu sengaja kabur dari rumah saat kedua orang tuaku hendak menjodohkanku dengan anak pengusaha teman papah. Saat itu aku sedang berpacaran dengan Mas Raka. Karena aku tidak mau dijodohkan, akhirnya aku kabur bersama Mas Raka dan kami pun menikah siri. Tapi seperti yang sudahku ceritakan, ternyata Mas Raka bukan orang baik, kami pun bercerai. Karena malu pulang ke sini, akhirnya aku membeli rumah di kawasan sentul.

Saat aku hendak turun ke lantai bawah, kulihat Mbok Sarinah datang sambil membawa buah buahan yang sudah diiris-irisnya di atas piring.

"Mbok?" sapaku padanya.

"Non mau ke mana? Ini buahnya sudah mbok bawain, katanya mau buah?"

Aku heran, kapan aku meminta buah? Apakah ini ulah Lastri? Tapi jika Lastri yang merasuki tubuhku, bagaimana dia bisa sampai ke sini?

"Papah sama mamah ke mana?" tanyaku balik pada mbok.

"Mereka lagi keluar, non. Ini buahnya gimana?"

"Bawa ke maja makan aja mbok sekalian ada yang mau aku tanyain sama mbok."

Mbok Sarinah mengangguk heran. Aku pun mengajak Mbok Sarinah ngoborol di meja makan untuk menanyakan bagaimana bisa aku sampai ke sana. Aku pun mencari alasan bagaimana caranya agar mbok Sarinah tidak heran dengan pertanyaanku.

"Mbok."

"Iya, Non."

"Aku semenjak koma jadi sering pelupa. Mbok bisa cerita lagi nggak gimana aku bisa ke sini?" Tanyaku berbohong sambil mencicipi buah yang sudah diiris mbok di atas piring.

Mbok Sarinah tampak heran, "pantesan non berubah ketika sudah pulang ke sini."

Aku kaget,"berubah?"

"Iya, non jadi galak dan kayak nggak kenal saya lagi," jawab mbok Sarinah.

Astaga, jangan-jangan memang Lastri yang merasuki tubuhku.

"Terus aku bisa ke sini gimana ceritanya?" tanyaku pada mbok lagi.

"Waktu, tuan dan nyonya mendapat telepon dari den Raka, katanya non koma. Tuan dan nyonya jenguk, setelah beberapa hari mereka sering di rumah sakit, eh pas jenguk ternyata non sudah sadar dan sehat. Yaudah, akhirya tuan dan nyonya membawa non kesini."

Aku pun terdiam. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Mau pulang ke Sentul aku takut, khawatir Lastri dan selingkuhannya si Ilyas itu menjahati aku lagi. Apakah aku harus lapor polisi?

"Untung yang buat non koma udah ketangkep polisi," ucap mbok kemudian.

"Polisi?"

"Iya, tuan yang minta polisi untuk segera menangkap perampok yang bikin non koma."

Aku semakin kaget. Aku ingin menelpon Mas Bimo, apakah yang ditangkap polisi itu si Lastri sama Ilyas?

Tanpa pikir panjang, akhirnya aku pergi menuju telepon rumah. Aku pun menghubungi Mas Bimo.

"Halo!" jawab Mas Bimo.

"Mas, ini aku indah."

"Oh iya, kamu sudah sehat?" tanya Mas Bimo seperti tidak terjadi apa-apa.

Akhirnya aku bertanya tentang Lastri.

"Lastri gimana kabarnya?"

"Dia sehat, dia sering khawatir sama kamu. Oh ya, kamu di mana sekarang?"

Aku tercengang. Kalo Lastri sehat berati bukan dia yang ditangkap polisi. Lalu kenapa orang lain yang ditangkap?

"Aku di rumah orang tuaku, salam sama Lastri ya," pintaku.

Aku pun menyudahi telepon itu. Tak lama kemudian papah dan mamah datang. Kutanyakan pada papah soal perampok yang sudah ditangkap itu.

"Waktu itu," ucap papah,"polisi bilang ada lima perampok yang masuk ke rumah kamu. Ada warga, tukang bakso lewat melihat. Mereka membawa barang-barang isi rumah. Tukang bakso itu lapor polisi karena melihat kamu cedera dalam keadaan pingsan. Dibawalah kamu ke rumah sakit."

Papah menghela napas sejenak.

"Kamu beneran sering lupa sekarang? Kita ke dokter ya?" pinta papah khawatir.

"Iya, Indah. Harus diperiksa ke dokter, kalo tidak bisa bahaya," sergah mamah.

"Aku nggak apa-apa kok," ucapku.

Lalu bagaimana dengan Lasrtri dan Ilyas. Apa saat aku pingsan si Ilyas yang membawa Lastri pergi, kemudian perampok datang mencederaiku hingga aku koma? Kalau benar begitu, kenapa Ilyas ketakutan dan mengajak Lastri pergi? Apa karena mereka tidak tahu kalau rumahku dimasuki perampok? pikiranku tiba-tiba ditumbuhi banyak pertanyaan.

"Yaudah, kamu tinggalin rumah itu, jual saja dan pindah ke sini saja," pinta papah.

Aku diam saja.

"Dan kamu berenti saja ditempat kerja kamu kemarin, bantu papah di perusahaan papah aja," pinta mamah.

Dan aku mengangguk. Itu karena aku trauma tinggal di Sentul. Aku tak mau lagi berurusan dengan Lastri dan selingkuhannya. Sementara Mas Bimo? Ah sudah lah, dia sudah punya istri.

*

Malamnya, setelah Isabel pulang dari rumah dan bercerita banyak soal aku yang bisa kembali ke tubuhku ini. Aku tiba-tiba teringat Mas Bimo. Aku tiba-tiba merindukannya. Sedang apa dia sekarang? Apakah sedang bermesraan dengan Lastri? Aku berusaha untuk melupakannya saat ini, tapi kenapa aku tidak bisa? Bagaimana pun, kebersamaanku bersamanya telah membuatku nyaman di dekat Mas Bimo. Aku tahu aku salah, tapi keadaan yang menciptakan rasaku padanya.

Kuraih handphoneku yang kudapat dari Isabel bersama tasku. Isabel mendapatkannya dari Mas Raka. Rupanya Mas Raka yang menjaga benda-benda penting milikku. Aku pun mencoba menghubungi Mas Bimo, tapi sesaat kemudian aku mengurungkannya. Ini salah, aku tak boleh menghubunginya lagi. Aku tak boleh lagi berurusan dengannya. Meski aku mencintainya, dia sudah punya Istri. Aku tak boleh merusak rumah tangganya. Dan Soal Ilyas selingkuhan istrinya, biar Mas Bimo sendiri yang tahu. 

Gelap.

Tiba-tiba saja aku sedang digendong oleh Mas Bimo menuju sebuah kamar. Aku kaget. Kenapa tiba-tiba begini? Saat itu kulihat Mas Bimo sedang memakai pakaian pengantin. Dan kuperhatikan diriku. Aku juga sedang memakai pakaian pengantin. Tidak! Mengapa mendadak begini? Kuperhatikan wajah tampan Mas Bimo memandangiku dengan senang. Aku benar-benar tak berdaya melihatnya. Anehnya aku diam saja di gendengannya. Meski aku tak tahu kenapa aku di sini dan kenapa kami sudah memakai pakaian pengantin. 

Kami pun tiba di sebuah kamar yang sudah dihiasi dengan bebebungaan. Mas Bimo akhirnya menidurkanku di atas kasur dengan pelan. Dia mencium keningku. Aku memejamkan mata. Lalu perlahan kurasakan bibirnya menyentuh bibirku. Tidak, jika ini mimpi, kenapa aku sangat merasakan bibir hangatnya itu. Setelah itu Mas Bimo melepas pakaiannya dan perlahan melepas apa yang kupakai satu persatu.

Lalu seketika Mas Bimo kembali menyentuhkan bibirnya ke bibirku. Dan tanpa kusadari, aku merasakan sakit yang luar biasa di bagian yang paling penting dari tubuhku. Mas Bimo berhasil merajaiaku. Tidak! ini tidak boleh terjadi.

"Berhenti, Mas... tolong jangan lakukan itu," pintaku padanya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Muhammad fiqyh
sick, what a story
goodnovel comment avatar
Ar_key
waduh ... kenapa balik lagi??...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status