Share

Bab 7 | Niat Davin

Author: Cadar Hitam
last update Last Updated: 2025-10-27 16:53:09

Pagi telah menyapa, di pukul 9 pagi Rara baru saja bangun, dia terbangun juga karena cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarnya. Biasanya dia bisa bangun lebih dari jam 9 ini, tapi karena cahaya matahari menyorot sangat tajam membuatnya merasa sangat terganggu.

"Ah siapa sih yang buka gordennya!" Gerugutnya sangat kesal. Sepertinya ada yang membuka gorden jendela kamarnya. Tapi siapa? Ibunya tidak akan berani melakukan itu, dan setiap malam juga pintunya selalu di kunci supaya tidak ada yang mengganggunya yang ada di kamar.

Terpaksa Rara harus bangun, dia tidak punya pilihan lain. Saat dia menyibakkan selimutnya, betapa terkejutnya dia saat melihat sosok pria dewasa dengan pakaian santainya namun terkesan sangat rapi dan wangi itu berdiri tepat di depan matanya menatapnya dengan sangat lekat.

"AAAAA." Rara tentu saja sangat kaget, dia bahkan hampir terjatuh ke bawah sana kalau saja pria dewasa itu tidak langsung menarik tangannya dan menghalangi nya supaya tidak jatuh ke bawah sana.

Ternyata dia adalah suaminya! Suaminyalah yang membuatnya sangat kaget.

Ah iya, Rara hampir lupa kalau kemarin dia baru saja menikah dengan pria dewasa yang berumur 28 tahun, hanya berbeda 6 tahun dengannya. Namun tetap saja dimatanya dia itu tua.

"Om!" Serunya sangat marah.

Davin terkekeh geli, "Maaf, saya tidak tahu kalau kamu akan terkejut seperti itu."

Rara menghela nafasnya pelan sembari menghempaskan tangan Davin, dia mengusap wajah cantiknya itu dan mengecek kalau tidak ada sesuatu yang aneh di wajahnya, pasalnya akan sangat memalukan kalau dia terlihat jelek hanya karena dia baru bangun tidur.

Dia juga merapikan rambutnya yang terlihat kusut, tidak terbayang kalau seandainya rambutnya seperti singa. Pasti dia akan sangat malu.

"Kamu masih tetap cantik kok. Saya pun heran kenapa bisa kamu bangun tidur tapi masih terlihat cantik," pujinya dengan sangat manis.

Rara sangat tercengang mendengarnya, sontak dia mendongak pada pria dewasa itu dengan kedua matanya yang membulat sempurna. Bukannya salting dia malah kesal.

"Minggir ah!" Rara turun dari ranjangnya dan mendorong kasar tubuh suaminya untuk menyingkir dari hadapannya. Dia harus segera pergi ke kamar mandi untuk melihat kondisi dirinya. Apa benar dia masih cantik?

"Nanti setelah mandi, turun kebawah dan makan. Kamu ketinggalan sarapan bersama tadi, jadi nanti nyusul."

Rara tidak mendengar perkataan suaminya itu, dia langsung masuk begitu saja ke dalam kamar mandinya, dan menutupnya dengan cepat. Nafasnya terengah-engah.

Dan segera dia menuju sebuah cermin di dalam kamar mandi sana, dia terdiam memperhatikan pantulan dirinya sendiri.

Oh tidak, ucapan suami dewasanya itu ternyata ada benarnya juga. Ternyata suaminya itu tidak berbohong kalau dia masih terlihat cantik meski pun baru bangun tidur.

"Oh ya jelas, seorang Rara mana mungkin bisa jelek! Bukan cuma dia aja yang muji gue cantik meski bangun tidur! Orang-orang terdekat gue juga sadar kalau gue emang secantik itu. Rara gitu loh." Entah kenapa Rara menjadi merasa angkuh sekali, apa mungkin karena mengiyakan apa yang dinilai oleh suaminya itu.

Ternyata selera suaminya bagus juga.

******

Rara baru saja keluar dari kamarnya setelah membersihkan dirinya dan menyiapkan dirinya dengan pakaian terbaiknya. Di rumahnya terlihat sangat sepi, entah kemana semua keluarganya, apa mereka pergi keluar.

Dan tunggu, kemana suaminya? dimana dia?

Ah, kenapa dia mencari suaminya itu. Rara harusnya tidak peduli. Sudahlah, lupakan itu. Dari pada banyak bertanya soal kenapa rumahnya sepi, soal kemana semua keluarganya, dan soal kemana suaminya itu, Rara tidak peduli. Lebih baik dia makan saja karena perutnya terasa sangat lapar.

Namun siapa sangka, saat dia hendak melangkah menuju ruang makan, dia tiba-tiba mendengar keramaian di belakang rumah sana, dimana disana terdapat sebuah taman bunga dengan kolam ikan yang cukup luas milik ayahnya.

Ah, ternyata keluarganya tengah berkumpul di sana, sepertinya mereka pun tengah menikmati matahari diluar sana, karena biasanya jam seperti ini cahaya matahari itu sangat baik untuk kesehatan tubuh.

Siapa sangka kalau ternyata disana juga ada suaminya, terlihat kalau suaminya tengah bercanda dengan keponakannya yang baru berumur 7 tahun itu, namanya Arga.

"Onti Rara udah bangun!" Seru Arga sembari menunjuk pada Rara.

Karena hal itu semua orang langsung menoleh pada sosok Rara yang tengah berdiri kaku di hadapan semua orang.

"Ya ampun, tuan putri sudah bangun?" Ah, sindiran dari ibunya memang tiada lain, selalu berhasil menyentuh hatinya.

"Bagaimana tidurnya tuan putri? Apa tuan putri tidur nyenyak?" Ibunya kembali menyindirnya.

"Mah, semalam aku kecapean lah! Kan kemarin aku habis nikah," gerugutnya kesal.

"Suamimu saja bisa bangun pagi, bahkan pagi-pagi dia sudah buat kopi untuk dirinya sendiri," balas Rani dengan acuh.

Rara berdecak kesal, dia melirik suaminya dengan sini. Keberadaan suaminya jelas sangat mengguncang keberadaannya. Sementara suaminya? dia sama sekali tidak peduli dengannya yang tengah di omeli, dia justru terus menerus bermain dengan keponakannya itu.

Entah sejak kapan suaminya itu begitu dekat dengan keponakannya, padahal biasanya keponakannya itu anti sekali dekat dengan orang asing, dia pilih-pilih untuk berteman atau pun dekat dengan siapa pun.

Sepertinya suaminya pintar mencari muka.

"Terserah!"

"Duduk sini, kita mau bicara sama kamu," titah Rani.

"Kenapa? Aku mau makan," ujarnya. Meski mengomel dia tetap duduk di samping kakak iparnya yang tengah memangku anak pertamanya yang baru saja berumur 7 bulan. Dia perempuan cantik yang bernama Keysa.

"Suamimu tadi bilang kalau katanya hari ini dia akan membawa kamu pindah ke rumahnya," ujar Rani.

Rara sangat terkejut mendengarnya, "Pindah? Kenapa pindah? Kenapa gak tinggal disini aja?"

"Gak bisa Ra, saya gak bisa tinggal disini. Karena jarak rumah ke rumah sakit disini cukup jauh, jadi saya mau kita tinggal di rumah saya yang jarak ke rumah sakit dekat, dengan pekerjaan saya," jelas Davin.

Rara mendengus tak suka, "Ya udah, dia di rumahnya dan aku disini!"

"Mana bisa gitulah, Ra," ujar Keira, sang kakak ipar mulai ikut menimpal, "Tugas seorang istri itu harus ikut kemana pun suaminya pergi. Sekarang tanggung jawab kamu secara penuh telah di pegang penuh oleh suami kamu. Kamu gak bisa tinggal disini lagi, karena kamu harus ikut suami kamu."

Rara benar benar tidak suka mendengarnya. Sudah dia duga dari awal kalau pasti setelah menikah dia akan meninggalkan rumahnya, dia akan dipaksa untuk ikut bersama suaminya.

Dia sama sekali tidak suka hal ini.

"Setelah ini, kamu beresin barang barang kamu yang mau kamu bawa. Gak perlu semuanya, karena takutnya kamu mau menginap disini," titah Rani.

"Gak apa-apa ya, Nak. Ikut suami itu ibadah."

Ah mau bagaimana lagi, Rara tidak bisa menolak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh Untuk Om Dokter   Bab 53

    1 minggu telah berlalu...Hari ini adalah hari libur, rencananya hari ini Rara akan membeli kebutuhan selama sebulan di rumahnya bersama suaminya yang tidak bekerja di hari libur ini. Tadinya mereka berniat untuk bermain keluar, tapi Rara menolak dengan mengatakan kalau hari libur ini dia ingin menghabiskan waktunya di rumah saja.Sebelum itu, Rara harus membeli kebutuhan keduanya selama sebulan nanti. Dan dengan senang hati suaminya akan mengantarnya. Semakin hari Davin semakin posesif padanya, Rara tidak dibiarkan untuk pergi sendiri, Davin harus selalu ikut kemana pun istrinya itu pergi.Sebelumnya Rara akan merasa risih karena terus menerus di ikuti oleh Davin. Tapi sekarang semuanya telah berubah, justru Rara pun merasa tak bisa jauh jauh dari suami tampannya. Dia merasa nyaman dan damai jika ada suaminya disampingnya.Sebisa mungkin Rara hanya ingin bersama Davin. Setiap Davin pergi bekerja, Rara akan merasa sedih, dia akan merasa kalau dia kesepian jika tidak ada Davin disampin

  • Jodoh Untuk Om Dokter   Bab 52 | Galau

    "Raisa, buka pintunya, kenapa kamu diam terus di kamarmu. Buka pintunya, nak. Kamu belum makan dari sejak kita pulang dari rumah sakit. Ini sudah malam, jangan sampai kamu telat makan, mamah takut kamu kenapa kenapa lagi, nak. Mamah mohon."Entah sudah keberapa kalinya Gina datang ke kamar putrinya sembari membawa nampan berisi makanan untuknya. Pasalnya sedari mereka pulang dari rumah sakit, Raisa tiba tiba mengurung dirinya di kamarnya dan tak keluar sama sekali, dia juga menguncinya sehingga membuat Gina sulit untuk masuk ke dalam kamarnya.Gina sangat cemas, baru saja dokter mengatakan kalau Raisa semakin pulih, tapi tiba tiba saja Raisa mogok makan. Bagaimana kalau seandainya kondisi Raisa kembali memburuk?"Nak, mamah mohon," pinta Gina sangat memohon.Namun tak ada jawaban sama sekali. Karena di dalam sana Raisa tampak tengah merenung di bawah lantai dingin dengan bersandar pada ranjangnya. Tatapan matanya yang kosong melirik ke luar jendela sana yang menampilkan rembulan malam

  • Jodoh Untuk Om Dokter   Bab 51 | "Sudah Menikah?"

    "Aku sudah menikah."Apa katanya? Sudah menikah? Sungguh, Raisa amat sangat terkejut mendengarnya. Tubuhnya sempat membeku dan debaran jantungnya terasa seperti berhenti kala merasa sangat terkejut dengan perkataan yang baru saja terlontar oleh mulut mantan kekasihnya yang dia rindukan itu."S-sudah menikah?" Raisa mencoba memastikan semuanya.Davin menganggukan kepalanya. Meski rasanya dia ragu mengungkapkan pernikahannya, tapi secara spontan dia mengungkapkan semuanya, dan kini dia pun tak sadar telah menunjukan cincin pernikahan yang terpasang di jari manisnya.Raisa menatap tak percaya pada cincin yang terpasang di jari manis milik Davin, ini benar benar mengejutkan. Rasanya ini seperti mimpi yang tidak pernah dia duga. Dia hanya tak menyangka kalau ternyata Davin menikah, dia pikir Davin tidak akan sampai menikahi perempuan lain.Apa yang Raisa harapkan? Apa dia berpikir kalau Davin akan menunggunya? Dan dia pikir apa Davin akan menikahinya? Raisa lupa, kalau hidup ini harus teru

  • Jodoh Untuk Om Dokter   Bab 50 | Pertemuan

    Siang ini Raisa dan ibunya akan pergi ke rumah sakit untuk kontrol, meski Raisa sudah berhasil selamat dari penyakit yang hampir saja merenggut nyawanya itu, tetap saja Raisa harus melakukan kontrol rutin untuk menjaga kesehatannya tetap baik.Dan siang ini, Raisa dan ibunya baru saja sampai di rumah sakit tempat dimana dia akan kontrol. Keduanya telah memiliki janji, setelah mengantri hampir 30 menit, akhirnya namanya dipanggil dan detik itu juga dia dituntun untuk masuk ke ruangan yang dimana Dokter telah menunggu kehadirannya.Selama kontrol berlangsung Raisa tampak terlihat tenang, dia sama sekali tidak menunjukkan tanda tanda cemas atau pun takut. Namun dibalik itu sang ibu tampak sangat cemas, dia tak berhenti menggenggam erat tangannya sampai berkeringat. Raisa paham perasaan ibunya, karena penyakit yang dia derita membuat ibunya sudah tidak pernah menemukan ketenangannya lagi.Banyak sekali yang dibahas selama disana dan banyak sekali hal hal yang di periksa kembali, hingga ak

  • Jodoh Untuk Om Dokter   Bab 49 | Masa Lalu

    Dengan langkah yang tergesa-gesa Syera melangkah memasuki rumah sakit dengan heelsnya. Raut wajahnya terlihat sangat tak baik-baik saja, tampaknya ada sesuatu yang membuatnya merasa ada yang berbeda hari ini.Namunnya, bukannya pergi menuju ruangannya. Justru Syera malah melangkahkan kakinya menuju salah satu ruangan yang ada di lorong sana. Dengan mengetuk pintu beberapa kali, dia meminta izin pada pemilik ruangan itu untuk masuk, hingga akhirnya terdengar suara pemilik ruangan itu yang mengizinkannya untuk masuk."Davin," panggilnya.Davin yang baru saja memakai jas kedokterannya itu pun langsung berbalik dan menoleh ke belakang. Keningnya mengerut bingung kala melihat kedatangan Syera yang menurutnya terlalu pagi untuk menghampirinya."Kenapa?" Tanya Davin dengan kebingungan.Entah harus mulai dari mana dulu Syera bertanya, dia tampaknya masih sangat syok dan saat ini tengah mencoba untuk menenangkan dirinya."Kenapa Syer?" Tanya Davin sekali lagi."Aku masih syok Davin. Tapi apa k

  • Jodoh Untuk Om Dokter   Bab 48 | Raisa

    "Raisa, tengah apa kamu malam malam di balkon sendirian? Masuk sayang." Gina menatap putrinya dengan raut wajahnya yang terlihat cemas kala melihat anak perempuannya duduk sendirian di ayunan balkon kamarnya dengan udara malam yang sangat dingin.Raisa menoleh sekilas pada ibunya sebelum akhirnya dia tersenyum, "Tidak Ma, aku tengah mencari udara segar. Sudah lama rasanya aku tidak menikmati udara segar seperti ini," balasnya.Gina menghela nafasnya panjang, "Kamu sangat merindukan suasana malam ternyata."Raisa menganggukan kepalanya, "Benar, aku sangat merindukan suasana malam dan suasana di luar sana. Semuanya terasa sangat berbeda, ada banyak hal yang berubah. Tapi aku merasa sangat senang, setidaknya aku masih diberi kesempatan untuk tetap melihat dunia luar. Setelah sekian lama aku berpikir kalau aku mungkin tidak akan melihat dunia luar lagi."Mendengar itu Gina merasa sangat sedih, dengan lembut dia mengusap tangan putrinya yang terasa dingin karena udara, "Mama juga sangat se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status