Sontak Rena membeku di tempatnya. Napasnya mulai terasa berat usai mendengar penjelasan dari sang mantan. “Papimu ...Sudah di bawa ke rumah duka,” terang Bara saat melihat Rena mulai bergerak. Kedua mata Rena mulai berkaca-kaca. Dia ingin segera menemui cinta pertama dalam hidupnya itu. Bahkan untuk berjalan saja dirinya sudah tak sanggup. Hingga sebuah lengan kekar memapahnya untuk berjalan. Tak peduli bagaimana tingkah Rena yang sudah merusak kepercayaannya, yang terpenting bagi Bara sekarang adalah sang mantan cantik itu segera pulih dari luka hati dan fisiknya. Rasanya tak adil jika melawan musuh yang sedang tak berdaya. Begitulah alibi seorang GM sekaligus mantan Rena itu. Mobil mewah berwarna hitam milik Bara segera menyambut kedatangan mereka di depan lobi rumah sakit. Sepanjang perjalanan Rena tak menangis. Gadis itu hanya terdiam seolah sedang berkutat dengan pikirannya sendiri. Sang GM
Dua minggu sejak peristiwa memilukan itu kehidupan Rena kembali seperti semula. Tak ada lagi wajah sendu yang begitu dirindukan oleh sang GM. Seolah gadis itu sudah siap menerjang badai yang akan hadir di kehidupan berikutnya. Rena tak lagi dititahkan untuk menemani rekan bisnis sang GM di klub malam. Mungkin ada rasa penyesalan di hati sang atasannya itu saat mendengar penyebab kematian salah satu orang tua sang mantan. Lalu apa yang akan diperintahkannya pada Rena lagi?“Ada lagi yang harus saya lakukan, Pak?” tanya Rena usai menyuguhkan segelas kopi di atas meja sang atasan.“Rapikan file yang ada di sudut sana. Tanyakan pada Ami apa agenda selanjutnya!” Gadis itu mendesah pelan. Semakin hari sikap sang mantan semakin membuat hatinya berdetak tak karuan. Bukankah itu menyenangkan? Mungkin ya kalau dia dalam kondisi normal sekarang. Jauh di lubuk hatinya Rena menolak perasaan cinta lagi.“Kenapa kamu menggeleng? Kamu tidak mau menuruti
Ketiganya kompak melihat ke arah sumber suara.“Kamu kenapa sih? Kelihatannya senang banget kalau lihat Rena menderita,” tuduh Tora. Belum sempat mendengar jawaban dari sang adik, seorang perempuan menggamit lengan Tora. Siapa lagi kalau bukan Tita yang sudah resmi menjadi istrinya.“Kalian membicarakan apa sih?” tanya Tita.“Oh, si murahan ini rupanya. Kamu masih minat godain suami orang??” pekik Tita.“Jaga bicaramu, Tita.” Bukannya mengindahkan ucapan sang suami, Tita malah berniat hendak menjambak rambut Rena. Beruntung Tora berhasil menepisnya.“Ak-aku harus pergi sekarang, Fin. Males juga buat keributan di p
Rena mengerjapkan matanya berkali-kali. Tugas menyebalkan yang tidak dihargai oleh sang GM membuatnya terpaksa menginap di ruang kerja mewah itu. Ada beberapa bagian lagi yang belum diselesaikan. Namun tubuhnya hampir remuk karena melewatkan waktu istirahat malam yang seharusnya dipergunakan dengan baik. Kini Rena kembali melanjutkan kegiatan yang rasanya tak berfaedah tadi.“Aku tahu. Pasti dia sengaja buat aku kayak gini. Menderita dan semakin aneh aja tuh orang. Ngasih aku kerjaan berat setiap hari. Huf, syukurlah satu bulan udah terlewati,” ucapnya bermonolog ria. Tubuh mungil perempuan berusia 28 tahun itu mulai bergerak kian kemari. Dia membenahi dekorasi seperti keadaan semula. Sembari mengingat-ingat tata letak segala perabotan yang ada di ruangan tadinya.&
“Iya. By the way kamu ngapain kemari?” tanya Tora yang memanggil Rena barusan.Gadis itu mendesah pelan, “Tugas dari pak GM. Nganterin buket bunga plus parsel buah.”“What??” Tora mengerutkan dahinya.“Udah ah. Lagian panjang ceritanya kalau dijelasin. Dua bulan lagi aku juga resign dari sana kok, Kak,” jelas Rena yang malah membuat ucapannya semakin ambigu. Sadar bahwa sang kakak tingkat masih berkutat dengan tanda tanya di otaknya, Rena berusaha mengalihkan pembicaraan.“Aku minta maaf ya, Kak. Waktu itu kebawa emosi. Kak Tita jelas enggak suka banget ya sama aku. Dia benar-benar percaya sama rumor jelek yang didengarnya,” keluh Rena.Kekehan kecil lolos dari Tora, “Ya jelaslah dia percaya. Kamu cantik, seksi, cerdas. Perfect deh. Wajar aja kalau disebut penggoda atasan. Tapi mereka se
Bara menyugar rambutnya ke arah belakang. Gadis itu sudah terbaring tak berdaya di atas lantai. Bahkan betapa bodoh dirinya saat tak menyadari wajah pucat sang mantan sedari tadi. Tak berapa lama David— sang asisten GM pun sudah berada di ruangan.“Panggil dokterku sekarang!!” titah Bara. David mengerjapkan matanya berkali-kali. Memastikan bahwa indera pendengarannya tak bermasalah sedikit pun.“Dokter Anda?”“Iya. Cepat!!” Bara sudah berkacak pinggang hampir frustrasi.‘Ternyata Rena benar-benar penting di hati pria seperti Bara. Apa dia lupa kalau di hotel ini ada bagian tim medis?’ gumam David saat menyadari memang sedari awal perlakuan sang atasan begitu berbeda pada seorang Rena.&
Sang dokter mengerutkan dahinya sejenak, “Kenapa harus tes DNA, Pak? Dengan pemeriksaan darah saja sudah bisa mendiagnosa kalau pasien memang terserang tifus.” Bara hampir tersedak salivanya sendiri. Hanya karena dokter menjelaskan kata ambigu berupa pernyataan positif, sang GM itu lantas menciptakan alibinya sendiri. Setidaknya dia bisa bernapas lega karena harapan Rena tidak terjadi.“Pasien akan dirawat inap setidaknya sampai hasil pemeriksaan kembali normal,” papar dokter berkaca mata itu.“Lakukan yang terbaik, Dok.” Usai mendengar penjelasan dari dokter, Bara segera menuju ke ruangan Rena. Memastikan kondisinya baik-baik saja melalui perawat khusus yang dibayarnya.“Kabari saya perkembangan kesehatan pasien itu. Jangan kat
“Maksudnya ... Lupakan apa yang saya katakan tadi,” kata David yang segera membalikkan tubuhnya. Sungguh dia ingin menanyakan pendapat Rena tentang sang kekasih, namun dia lagi-lagi meragu.“Tak ada yang tak mungkin di dunia ini,” pekik Rena mengeraskan sedikit suaranya. Sang asisten GM itu berhenti sejenak. Bukan untuk menoleh, melainkan memikirkan ucapan Rena yang sudah terulang sebanyak dua kali. Kedua sudut bibirnya segera membentuk lengkungan. Sementara Rena yang baru saja kembali ke istana mungilnya segera melompat kegirangan di atas ranjang. Dia benar-benar merindukan aroma peppermint yang ada di kamar. Ya, aroma yang sama dengan parfum yang dimiliki oleh sang mantan yang selalu bersarang di hatinya sampai detik ini.***