Sekitar jam 9 malam, Arga merayap kembali ke kamar melalui jendela. Setelah berhasil masuk ke dalam ruangan yang gelap, dan memang sengaja mematikan lampu sebelum berangkat tadi. Kemudian Arga menyalakan lampu di kamarnya. Spontan Arga terkejut melihat papanya duduk santai di tempat tidur. Arga hanya tersenyum saat melihat papanya sudah menganggukkan kepala berkali-kali ketika melihatnya saat itu. Padahal, Arga sudah terbiasa melakukan hal tersebut, bahkan papa Daniel pun tak heran lagi dengan kebiasaan Arga tersebut.“Apakah kamu sudah selesai dengan bisnis kamu?” tanya papa sambil main ponselnya. Pantulan kaca mata yang digunakan saat itu terlihat jelas Papa sedang sibuk melihat sosial medianya.“Cukup, Pa.” Dia menjawab dengan santai dan melepas pakaian dan topeng di wajahnya.“Haruskah, dengan berdandan seperti itu dan keluar tanpa izin? Jangan bilang kamu akan ikut balapan itu lagi.” Kata papa. Namun Arga tetap diam dan tidak mau menjawab pertanyaan papa.“Kenapa? Kamu malu kelua
“Elissa, barusan Mama mau telpon kamu. Untung kamu sudah datang. Ayo masuk, semuanya sudah tunggu kamu.” Mama berbalik dan masuk lebih dulu. Elissa berjalan pelan dengan ragu. Seolah-olah jalan di depan penuh duri atau pecahan kaca sehingga sulit untuk dilalui. Dengan tatapan tajam dan waspada melihat ke arah rumah. Elissa terus berjalan, dengan sesak napas yang tidak teratur. Mata tetap fokus melihat ke depan. Sehingga Elissa hampir terjatuh saat melangkah melewati pintu. Ujung kakinya tersandung pintu yang dilewatinya.“Oooo!” Posisinya yang hampir terjatuh membuat Elissa sangat malu. Karena banyak yang memandangnya dan tertawa.“Hati-hati, Elissa!” Kata Papa Daniel. Elissa menyeringai malu-malu dan terus menatap semua orang.“Untung Arga tidak ada di sana. Jika Arga melihatku jatuh, aku akan ditertawakan.” Dia berkata dengan lembut lalu berdiri dan bergabung dengan yang lain.“Ayo makan dulu, nanti setelah selesai makan kita mulai pembicaraan kita. Oh iya, Bik Lusy. Tolong panggil
‘Astaga, wajah Arga sangat imut. Kalau sudah begitu, siapa yang mau dekat dan jadi pacarnya. Aku saja tidak mau! Ha ha.” Elissa bergumam pada dirinya sendiri mengejek Arga saat itu yang berada di depannya. Arga masih terdiam dalam pandangan ke bawah. Karena sangat penasaran, Arga melirik wajah Elissa saat itu yang sejak tadi belum dia lihat. Di antara sibuknya percakapan kedua belah pihak orang tua Arga dan Elissa, Arga dan Elissa hanya saling melirih dan bergumam di hati masing-masing.‘Astaga, aku bersumpah aku sangat menyesal tidak melihat wajah Elissa malam ini. Ternyata dia sangat cantik? Kenapa tidak seperti biasanya. Malam ini dia sangat cantik. Aku belum pernah melihat gaun dan dandanannya seperti ini. Ternyata kalau dandan cantik juga dia. Artinya Bibi Lusy tidak salah lihat. Ya ampun, ada apa dengan aku.’ Arga bergumam setelah melirik wajah Elissa yang duduk tepat di depan Arga saat itu.‘Tidak, tidak, jangan tergoda oleh wajah Elissa. Elissa adalah musuhku, Elissa tidak bai
Elissa diam sejenak. Tidak mungkin dia katakan yang sebenarnya kepada Arga tentang maksud dan tujuan Elissa menyetujui perjodohan itu.“Tidak, lupakan saja.” Jawab Elissa singkat.“Apa karena kamu ingin balas aku dengan menerima perjodohan ini? Sekarang kamu tidak punya teman, tidak punya geng. Kasihan! Jadi tidak bisa ganggu aku lagi. Haha!” Ucap Arga terkekeh.“Sudahlah, aku tidak mau basa basi lagi. Lupakan masa lalu,”“Enak saja main lupakan saja. Aku masih ingat betul kalau kalian dulu kerjain aku sampai masuk ke dalam got. Aku bakal ingat seumur hidup dan benci kamu, Elissa.”“Bukankah perjodohan ini keinginan kedua orang tua kita. Jadi lupakan saja masa lalu.”“Kamu kenapa sih jadi seperti ini Elissa, jangan-jangan kamu memang suka dengan aku bukan? Sudahlah, jujur saja.”“Kamu tidak perlu tahu.”“Oke baiklah, kelihatannya aku memang harus setuju dengan perjodohan ini. Aku ingin ajak kamu kerja sama. Bagaimana?” Tampaknya Arga justru kali ini yang terlihat agresif. Mereka sama-
“Aku bilang sama kamu ya, Leon itu cowok matre. Paling juga kalau harta Audrey sudah habis, dia bakal tinggalin Audrey. Jadi kamu jangan tergoda dengan ketampanan Leon. Biarkan saja Audrey si pengkhianat itu tertipu dengan cinta Leon.” Ungkap Adel lagi, dan membuat Arga juga ikut melongo mendengar tutur Adel.“Hem, sudah selesai nih makannya. Waktunya bayar! Ayo Elissa, bayar makanannya.” Pinta Adel. Elissa sejak tadi hanya diam terpaku, bahkan makanannya tidak habis. Entah memikirkan makanan, atau soal Leon.“Elissa, kok malah diam saja sih? Ayo buruan di bayar dong. Atau jangan-jangan kamu tidak punya uang ya!”“Oke, oke, aku bayar. Siapa bilang aku tidak punya uang. Nih aku bayarin.” Ucapnya dengan sombong. Lalu Elissa berdiri dan menuju ke ibu kantin yang berjarak 5 meter dari mereka duduk. Elissa berjalan dengan percaya diri, lalu mendekati ibu kantin. Setelah dekat, Elissa bicara lirih pada ibu kantin. Karena takut terdengar oleh Adel dan Arga.“Bu, semuanya berapa?”“95 ribu.”
“Audrey lagi, Audrey lagi. Apa sih istimewanya wanita itu?” Sahut Adel.“Diam! Aku tidak bicara sama kamu.” Bentak Audrey. “Elissa, harusnya itu kamu ngaca. Kamu itu miskin sekarang, modal tampang saja tidak cukup. Haha! Semua itu harus pakai uang. Model seperti ini mau dekati Leon? Haha! Yang ada kamu jadi bodyguard dia. Tuh, cocok banget kayak anjing yang di ikat dengan tali. Terus di ikat ke tiang. Haha!” Ucapan Audrey sangat menyayat hati. Siapa pun yang mendengar pasti akan kesal dan marah dengan ucapan yang menjatuhkan itu. Tangan Elissa sudah mengepal dan mengeras, dia sudah siap melemparkan hantaman di wajah Audrey. Arga pun menyadari hal itu.‘Waduh, gawat ini. Pasti kacau.’ Gumam Arga. Lalu mendekati Elissa yang masih di tarik bajunya oleh Audrey, dan memegang tangan Elissa. Bisikan di lontarkan pada Elissa saat itu.“Elissa, tahan amarah kamu.” Tangan di genggam erat, sehingga tertahan tangan dan emosi Elissa saat itu. Namun Audreyl semakin mengejek Elissa.“Hei, siapa pria
Elissa semakin bingung dengan pengakuan papanya.“Maksud Papa, tadi orang titip untuk berikan sama kamu.”“Itu artinya, Papa ambilkan mobil untuk aku ya? Yes!” Ucap Elissa salah tanggap dan kegirangan. Mama dan Papa hanya saling tatap dan menggelengkan kepalanya.“Elissa, bukan papa yang belikan untuk kamu. Mana mungkin dengan berjualan kue bisa beli mobil sebagus itu. Jangankan untuk membeli kes, kredit saja sulit.” Jelas mama saat menata kue ke dalam kotak. Lalu kue itu di sodorkan pada Elissa.“Apa ini?” Elissa bertanya kenapa kue itu di sodorkan padanya.“Seperti biasa, kue ini kamu antar ke rumah Arga ya? Kita sudah di berikan tempat tinggal, jadi hanya ini yang bisa kita berikan sedikit.”“Sekarang?”“Besok, kalau bisa tahun depan juga tidak apa-apa.” Jawab Papa ikut bicara.“Hehe, boleh. Besok saja deh!”“Ukh kamu ya, tidak mengerti juga deh.” Mama menyentil kuping Elissa.“Sudah sana, antar kuenya. Kalau kamu mau tahu tentang mobil itu, kamu tanya sama Paman Daniel.”“Lah, apa
“Bukan, itu mobil kamu. Paman berikan untuk kamu. Katanya itu mobil kesukaan kamu, jadi Paman belikan untuk kamu supaya kamu kalau ke kampus tidak naik ojek lagi.”‘Hah, ternyata Paman Daniel yang kasih mobil itu. Malas banget, ingin aku tolak tapi aku juga butuh. Tapi tidak apa-apa deh, dia ‘kan sudah ambil semua harta Papa. Jadi itu termasuk harta papaku juga. Enak saja kalau tidak di terima.’ Gumamnya lagi bersemangat.“Wah, ternyata itu dari Paman untuk aku? Aku kira punya papa. Tapi dari mana pula Papa bisa beli. Harta saja habis di ambil orang.” Sindir Elissa dengan melirikkan mata dan mengangkat satu alisnya. Papa Daniel tertegun diam sejenak, lalu bicara lagi seolah tidak tahu apa-apa.“Iya, itu untuk kamu. Tolong kamu terima ya, kamu suka bukan? Hem, kamu yang sabar saja ya. Semua pasti akan indah pada waktunya.”“Iya, Paman. Aku suka, terima kasih banyak ya! Aku janji, suatu saat kalau aku sudah sukses aku pasti akan ganti semua jasa Paman selama ini.”“Tidak perlu kamu piki