SELAMAT MEMBACA
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
☕
Bella termenung, melihat pemandangan kota di depan jendela ruang kerjanya.
"Apakah Rezza juga sering melihat ke arah sana?" batinnya mulai bertanya-tanya.
"Kenapa rasanya di ruangan ini... aku bisa merasakan kehadiran Rezza?" ungkap Bella dengan satu tangan di dadanya. Ia merasakan jantungnya berdetak lebih kencang.
Tok...tok...
Karyawan wanita mulai membuka pintu, dan memberikan setumpuk berkas untuk Bella.
SELAMAT MEMBACA■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■☕Empat minggu kemudian, setelah resmi menjadi siswa SMA 1 Bonnanza. Kini Vino sudah bergabung dalam gengnya Triad. Meski dia bukan anggota. Tapi, sekarang Vino sudah menjadi teman dekat Alan. Jadi, ya... ke mana-mana Vino ngikut Alan.Sedangkan si Tara dan Faris, mereka malah menjadi murid teladan di kelas, dengan belajar giat, taat peraturan, membuatnya disayang para guru.Sudah sebulan lebih sepeninggal Rezza, dan keadaan tetap sama saja bagi Milla. Susah untuk mendapatkan secuil informasi, tentang keberadaan lelaki yang mecoba meracuni Bella.Di belakang sekolah, ada Vino, ada Faris juga Tara. Merek
SELAMAT MEMBACA■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■☕Hati berkata, jika hari ini memang tidak memungkinkan untuk pergi maka jangan memaksakan. Namun pikirannya memaksa kakinya untuk melangkah. Jadi, apa yang membuatnya tak ingin meninggalkan pekerjaan itu, meski sebentar saja. Lalu dengan badan yang dirasakannya lelah ini, ia akan tetap menyusuri jalannya perlahan."Pucat sekali! Memang kamu sakit?" tanya salah satu guru saat rapat para guru di mulai."Sedikit pusing, tapi tidak papa!" ungkap Nesha dengan memijat kepalanya."Sudah minum obat?""Saya ngga sempat, datang saja sudah telat! Heheh....""Sebaiknya kamu
SELAMAT MEMBACA■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■☕Dihari yang sama, saat jam istirahat tiba, yaitu setelah Tara dan Edo berbicara.Vino dan Faris mempercayai penjelasan Tara yang sudah meng-handle masalah yang ditanyakan Edo. Dengan bersemangatnya, mereka berjalan menuju kantin pada jam istirahat ini."Istirahat lanjut bolos, yuk!" ajak Vino dengan menaik turunkan alisnya pada Tara."Tadi dapet chat dari si Milla, kalo minggu depan kita dah ngga sekolah," sahut Faris."Yeah! Akhirnya bebas," seru Vino girang."Kok gue sedih, yak?" ungkap Faris, tanpa semangat."Namanya juga perpisahan." Vino menyahut
SELAMAT MEMBACA■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■☕Semua tidak menduga akan ada kejadian tragis hari ini, jadi kegiatan belajar mengajar selesai lebih awal, ada 2 mobil polisi dan 1 ambulans di sana. Kepala sekolah juga sedang sibuk berbicara dengan polisi.Siang tadi, saat jam istirahat. Seorang siswi kelas XII , melihat pintu yang mengarah ke rooftop, terbuka lebar dan terdengar berisik karena dihentakan angin. Dirinya tergerak untuk menutup kembali pintunya, dengan mengecek, apakah ada orang di atap.Namun, ia terkejut bukan kepalang. Matanya menatap pada seorang siswa yang tergeletak bersimbah darah, dengan pistol ditangannya.Siswi itu menjer
SELAMAT MEMBACA ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ☕ Seperti halnya bekerja, hari ini, Nesha berangkat pagi sekali. Padahal, sekolah masih ditutup rapat, dengan garis polisi yang mengikat gerbangnya. Nesha melihat ada orang di pos penjagaan sekolah. "Pak, saya mau masuk ke dalam. Sepertinya dokumen saya ada yang tertinggal," kata Nesha dengan jelas. "Penting sekali kah?" jawab satpam di sana. "Iya pak, untuk skripsi saya."
SELAMAT MEMBACA■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■☕"Kita sambung lagi yok..." ujar Autor pada Vino dan Alan."Sampe mana tadi, gua lupa hahah" ungkap Vino."Sampe bagian gua njirt" balas Alan."Oh iya iya""Jadi si Edo itu... Apa si anjir, lupa gua, hahahah" ujar Alan malah ngga bisa serius habis bersambung."Serius bego, kagak enak sama Authornya," bisik Vino dengan mencondongkan kepalanya ke arah Alan."Gua denger anjir, cepetan dah selesain kasusnya, lu pada mau bayaran kagak sih," sahut Author gregetan.Selang beberapa menit kemudian, setelah menghela napas panjang. Membiarkan suasana tenang hinggap di tengah-tengah mereka."Jujur gue belum paham betul tentang Edo, tapi kita bisa sama-sama cari tahu. Kalau si pembunuh bayaran itu... dia udah mati, bro," tegas Alan
SELAMAT MEMBACA ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ☕ Di dalam ruangan besar itu, hanya ada satu kursi dan meja. Ruangan sangat tertutup tanpa adanya ventilasi, bak tempat rahasia. Ada empat sampai lima orang, bertubuh kekar juga berotot, menyilangkan tangannya ke belakang badan. Seakan sedang menghadap kepada tuannya. Kemudian muncullah suara letusan dari senjata api, yang ditembakkan menembus atap. "Singkirkan semua yang halangi jalannya" tutur Wanita yang duduk di kursi dengan sebuah
SELAMAT MEMBACA■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■☕"Mundur!" titah Milla tanpa penjelasan. Mau tak mau Vino, Faris juga Tara harus menyetujuinya. Pasalnya, mereka mengerti kenapa Milla sampai menyeru untuk mundur, pasti ada hal genting yang sudah diperkirakan Milla."Balik di posisi awal. Kita ketemu di sana!" ucap Milla lagi.Beberapa menit kemudian, Vino dan Faris sampai duluan di dalam mobil box, atau tempat di mana Alan mengawasi."Loh Milla sama Tara dimana?" tanya Alan bingung."Gue kira udah sampe duluan" jawab Vino.Alan mencoba menghubungi keduanya, namun jaringan mereka sama-sama terputus. Dengan keadaan seperti ini membuat Alan menjadi khawatir. Meskipun ia masih bisa memantau ke adaan di dalam lewat kamera yang Tara bawa."Pasti ada yang ngga beres" gumam Alan dengan tangan meremas.