Dayva sudah berdiri di depan apartemen sambil menyandarkan tubuhnya di samping mobil hitam kesayangannya. Memakai celana jins, kemeja berwarna hitam yang lengan kemejanya sudah tekuk hingga siku, dan tak lupa kacamata hitam bertengger di atas hidung mancungnya. Tangannya memegang ponsel kemudian menekan tombol panggilan pada ponselnya. Tapi sayang, panggilan pertama hingga panggilan ketiga tidak ada jawaban. Dayva tidak menyerah, dia kembali melakukan panggilan telepon ke empat kalinya dan penantiannya terjawab.
"Ha-halo... ," suara panggilan terjawab dari ujung ponselnya.
"Kau lama sekali! dari mana saja kau?" tanya Dayva menahan amarah.
"Ma-maaf, aku tadi di kamar mandi," jawab Amel.
"Kamar mandi?" senyum Dayva mengembang, amarahnya juga menghilang mendengar jawaban itu otak Dayva mulai mesum.
"Jangan berpikiran mesum!" balas gadis di seberang telepon seolah tau isi pikiran Dayva.
"Kenapa jika aku berpikiran mesum? lagi pula aku sudah pern
"Mel ... Mel ... maaf ," pinta Dayva, dengan suara yang keluar sedikit tinggi. Saat Amel berlari meninggalkan dirinya."Bodoh ... Bodoh ...," Dayva memaki dirinya sendiri atas perbuatan. Memukul kepala dengan tangannya dan juga menjambak rambutnya sendiri. Merasa bersalah karena tidak dapat menahan rasa teramat besar ingin selalu melumat bibir berwarna merah jambu itu.Setelah menyesali perbuatannya dia beranjak untuk mencari Amel, dia berjalan menyusuri pinggiran pantai. Cahaya yang masih minim membuat Dayva sulit menemukan Amel.Namun, suara teriakan seorang gadis yang dia yakini itu suara Amel, membuat dia berlari ke arah sumber suara. Apalagi dia melihat Amel yang telah di tampar oleh seseorang lelaki yang tidak dia kenal. Aliran darah Dayva terasa cepat, hawa panas mulai memuncak dari dalam tubuh.Dayva berlari mendekati mereka lalu dari arah belakang dia menjambak rambut lelaki mabuk itu, hingga jatuh di atas pasir kemudian dengan cepat menindih perut
Seorang laki-laki menghentikan laju mobilnya di dalam basemen apartemen. Dia duduk di belakang kemudi mobil, kemudian merogoh kantung jas untuk mengambil sebuah kotak bludru kecil, dia membuka tutup kotak kecil tersebut berulang kali, setelah puas melihatnya, dia memasukan kembali kotak kecil itu kedalam kantong jasnya.Sebelum keluar dari mobil dia mencoba menelepon seseorang, tapi sayang telepon tersebut tidak diangkat. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari mobil dengan membawa serangkaian bunga mawar putih, bunga kesukaan pacarnya. Lalu dia berjalan memasuki gedung apartemen tak lupa sebuah senyum yang tak lepas dari wajahnya.Dia berniat untuk memberi kejutan kepada pacarnya. Sudah satu minggu mereka tidak bertemu, bukannya dia tidak mau bertemu pacarnya, karena kesibukan pekerjaan yang mengharuskan dia untuk menyelesaikan tugas keluar kota.Dayva alfaro nama laki-laki itu. Usianya masih dua puluh tujuh tahun, di usianya yang masih muda dia sudah memiliki be
Sementara itu di tempat yang lain. Dayva berjalan menuju kantor kecil miliknya yang terasa nyaman dan tersusun rapi. Di dalam ruang kerja Dayva mengubah kantornya menjadi senyaman mungkin, bahkan dia juga mengubah sofa panjang yang bisa untuk duduk di ubah menjadi tempat tidur. Dayva mengunci pintu dan mulai merebakan tubuhnya untuk beristirahat tidur.Beberapa kali Dayva masih saja mencoba memejamkan matanya, sayangnya usaha dia tak juga berhasil.Akhirnya Dayva memutuskan untuk duduk, kemudian berjalan menuju meja kerjanya. Dia duduk sambil melihat atap langit ruang kerjanya, sekilas tampak kejadian yang dia alami beberapa jam yang lalu.Dayva tidak menyangka akan di khiyanati oleh pacar sekaligus teman baiknya. Alan yang merupakan teman dekat mulai duduk bangku kuliah tega merebut pacarnya. Dayva berfikir akan mencari tahu apa penyebab Alan menghianatinya.Setelah puas mengingat kejadian yang membuat dia kecewa, Dayva melirik dompet biru bergambar doraem
"Toni, masuk kantor ku sekarang!" perintah Davya dari dalam ruang kantorTokTokTokToni mengetuk pintu kantor Dayva."Masuk!" perintah Dayva lagi.Toni membuka pintu, kemudian berdiri di depan Dayva."Ada apa bos manggil aku?""Kau kenal ma cewek yang baru aja kesini?"Dengan dagu yang di topang dengan kedua tangannya Dayva menunggu jawaban dari Toni."Aku gak tau namanya bos, tapi dia kesini satu minggu sekali dan selalu malam hari kaya tadi malam," jelas Toni"Oke kalau begitu kamu boleh pergi!" usir Dayva kepada Toni."Siap bos," jawab Toni sambil melangkah pergi."Kirain mau naikin gaji, ternyata tanya soal cewek," cibir Toni saat keluar dari kantor Dayva"Aku denger Ton, gaji mu gak aku tambah, malahan aku kurangin,""Lah...jangan bos, maaf," mendengar ucapan Dayva, Toni masuk lagi ke dalam kantor, dengan kedua telapak tangan menyatu. Tanda minta maaf. Dan dud
Toni mengikuti Dayva, karena melihat Dayva masuk kekantor sambil memegang kepalanya."Ambilkan aku obat!""Kau kenapa?""Habis dipukul orang pakek tongkat bisbol,"Terdengar suara tawa Toni sangat keras, Dayva yang melihat Toni ketawa lebih memilih memalingkan muka."Puas-puasin kau ketawa, entar aku potong gaji mu," mendapat ancam seperti itu Toni berusaha menahan tawanya."Udahlah, ambilin aku obat, pusing kepala ku,"Sepuluh menit kemudian Toni datang membawa kotak obat, lalu membantu Dayva membersihkan lukanya."Gila tu cewek, aku bela-belain datang ke apartemennya cuma mau kenalan, tapi malahan aku di pukul pakek tongkat bisbol," cerita Dayva dengan satu tarikan nafas"Kau mungkin ngomong sesuatu yang nyinggung perasaannya?""Aku? aku belum ngomng apa-apa, aku cuma mencet bell apartemennya sampai tiga kali, terus pintunya terbuka tiba-tiba kepala aku dipukul,""Terus cewek itu gimana?""Cewek tu
Dayva berjalan keluar menuju basement apartemen, dia mengambil benda pipih yang berlogo sebuah apel tergigit dan selembar kartu nama di kantong celananya, kemudian memencet tombol di layar apel tergigit sesuai nomer kartu nama tersebut.Dering pertama belum ada jawaban, dering kedua juga belum ada jawaban, hingga suara dering ketiga terdengar suara seorang perempuan di ujung handphone."Halo, Aku Dayva?" sapa Dayva pada perempuan tersebut."Hari ini kita bisa bertemu?""Oke, kita bertemu di cafe itu satu jam lagi," lanjut Dayva berbicara pada perempuan tersebut.Dayva melajukan mobilnya, menjauh dari apartemen Amel, menuju tempat bertemu perempuan itu.Karena jalanan sudah tidak macet, sekitar empat puluh lima menit jarak yang ditempuh Dayva untuk sampai di cafe tersebut. Mobil Dayva berhenti di depan sebuah Cafe. Saat memasuki cafe Dayva mencari sosok orang yang telah membuat janji dengannya, tapi sayang orang tersebut belum datang. A
Di dalam ring tinju terdapat dua orang lelaki yang sedang bertanding. Mereka saling pukul, mereka tidak ada yang mau mengalah. Saat kepalan tangan Bisma akan terkena wajah Dayva dengan cepat Dayva dapat menghindar. Kemudian Dayva membalas pukul dari Bisma, hingga pukulan itu terkena wajah Bisma. Mereka belum berhenti sampai terdengar suara menghentikan adu jotos."Wooii... Udah belum latihannya, udah satu jam ini!" protes Tirta dari bawah ring.Mendengar suara Tirta mereka berdua menghentikan latihan dan secara bersama turun dari ring, melepaskan sarung tangan masing-masing. Tirta yang membawa botol air mineral di kedua tangannya dengan cepat diraih oleh Bisma dan Dayva."Aku tunggu di cafe depan," ajak Tirta"Iya," jawab Dayva dan Bisma secara bersama, membuat mereka berdua saling menoleh.Olahraga tinju ini sudah lama di geluti oleh Dayva bersama kedua temannya, mereka selalu menyempatkan latihan meskipun cuma satu minggu sekali seperti sekarang
"Siapa lagi yang datang malam-malam begini?" gumam Amel sambil melangkah kearah pintu.Saat membuka pintu Amel terkejut dengan kedatangan Dayva sekali lagi."Ada apa lagi?" tanya Amel"Ini..." tunjuk Dayva kearah tangan yang membawa bungkusan makan.Dayva menerobos masuk kedalam, kemudian meletakan makannya diatas meja. Amel mengikuti arah Dayva meletakan makannya. Awalnya Amel cuma melirik makananya kemudian Dayva membuka makan tersebut yang membuat perut Amel bertambah lapar dan menelan ludahnya. Dayva melihat kelakuan amel menyuruh untuk segera makan."Ayo dimakan! aku tau kau lapar," tawarkan makanan."Aku tidak lapar kok," ucap Amel mencoba untuk mengelak."Kau itu selalu saja menutupi, sudah jelas-jelas perut mu lapar, lihat dari tadi kau memegang perut mu,"Amel yang mendengar ucapan Dayva terdiam. Hingga terdengar suara cacing dalam perutnya bernyanyi."Aku sudah mendengar cacing dalam perutmu sudah berbuny