"Kenapa kamu main di jalan?" tanya Leon. Leon membawa anak itu duduk di bangku tepi jalan. Rendy yang sudah diperintahkan mengambil kotak P3K dari dalam mobil pun telah kembali dan kini Leon tengah membantu mengobati serta membalut luka anak itu."Aku lagi cari uang, Om. Aku disuruh om - om di sana! Kalau aku gak mau, nanti aku dipukul," celoteh bocah itu membuat Rendy mau pun Leon sama - sama terhenyak mendengarnya."Brengsek," lirih Leon seraya mengepalkan tangan kekarnya.Rendy yang sejak tadi diam pun mendekati atasan-nya itu. "Apa ini termasuk peradangan anak - anak ya, Pak? Di mana anak - anak di bawah tekanan seseorang ikuti mengikuti perintah para dewasanya," bisik Rendy pelan. "Bisa jadi," balas Leon singkat. Ada rasa iba menelusup dalam rongga dada Leon.Kemudian Leon mendekati anak yang lupa dia tanya namanya siapa. Leon bermaksud menanyakan hal itu. Tetapi dari arah yang tak terduga. Tiga lelaki bertopeng datang dan langsung menghajar Rendy mau pun Leon. Bugh bughDua t
"Kean di sini ajah, Om. Ada banyak Teman - Teman.""Kamu nggak mau ikut ke rumah om saja, kean?" "Nggak mau, Om. Kean di sini ajah," tolak Keanu. Setelah Fardan meminum obat yang biasa dia bawa di mobilnya. Fardan pun sudah tak merasakan sakit yang menyerang seperti tadi. Keanu membantu Fardan meminum obat. Setelahnya, Fardan menemani Keanu makan. Dan, bocah itu tiba - tiba minta Fardan untuk menghantarkan ke panti asuhan. Keanu tak mau lagi hidup di jalanan apa lagi kalau harus minta - minta seperti kemaren. Dengan terpaksa, Fardan mengabulan. Padahal Fardan berniat mengajaknya pulang ke rumah dan bersedia mengadopsi. Tetapi Keanu tetap kekeh meminta ditaruh di panti saja."Saya minta tolong nitip dia ya, Bu. Biar segala kebutuhan dia akan menjadi tanggung jawab saya." Kata Fardan kepada ibu panti."Baik, Pak. Kalau memang Keanu menjadi tanggung jawab bapak. Saya tidak akan mengizinkan siapa pun yang akan mengadopsinya," balas Bu panti yang menyambut baik kedatangan Fardan dan men
"Kita akan kerja sama dengan perusahaan milik Ferdian, Ren. Dia tadi menawarkan itu." Kata Leon yang baru saja bertemu Fedian."Apa pak Leon yakin?" tanya Rendy ragu. Masalahnya, sudah beberapa perusahan mengajak kerja sama dengan Leon. Awalnya oke, tetapi tiba - tiba saja Leon membatalkan tanpa sebab. Semenjak kepergian Kanaya, memang berdampak buruk pada keluarga Arga khususnya Leon.Emosi Leon yang terkadang meledak - ledak membuat sebagian orang menjauh dengan sendirinya. Kini Leon baru saja mengadakan pertemuan dengan Ferdian dan mengajak kerja sama. Leon dan Ferdian sebetulnya belumlah terlalu lama mengenal. Tetapi Arga tau siapa ayah Ferdian. "Yaa ... kita lihat saja, Ren." Jawab Leon malas. Keduanya kini masih berada di kafe Anggrek. Sementara Ferdian telah lebih dulu keluar. Di luar, Ferdian sudah disambut seorang wanita cantik. Sayang, Leon tak tau jika tadi kedatangan Ferdian bersama seorang wanita yang hanya berdiam di dalam mobil saja. Sebab, Ferdian tak mengizinkan g
"Fardan, lo tadi ke panti asuhan Mutiara Bunda ya?" selidik Leon ketika sudah berada di rumah."Kata siapa? Mana ada gue ke sana? Mau ngapain juga?" elak Fardan acuh.Rendy memang sempat melihat sebuah mobil yang diyakini milik Fardan memasuki pelataran panti saat Rendy dan Leon keluar dari sana. Namun karena Leon mengajak buru - buru pergi. Rendy tak jadi menyelidiki. Lalu setelah keduanya di kantor. Barulah Rendy menceritakan kalau dia tadi melihat mobil milik Fardan datang ke panti."Ya kali ajah lo mau menyantuni mereka. Lo kan suka anak kecil," jawab Leon sesuai kebenaran. Memang Fardan penyayang dengan anak - anak kecil. Berbeda dengan dirinya yang paling tidak suka diganggu anak kecil. Leon tak mau ribet urusan anak kecil. Tetapi untuk anak sendiri, Leon tentu saja akan senang hati meluangkan waktu. Oleh sebab itu kini dia mati - matian mencari jejak anaknya yang menurut keterangan Kanaya hilang."Ck, lo salah lihat kali. Udah sana keluar! Ngapain lo lama - lama di kamar gue?
_ Beberapa tahun kemudian _Di usianya yang ke 17 tahun dan dalam pengasuhan Fardan. Keanu kini menjadi seorang aktor yang mulai banyak dikenal.“_Cut_! _Perfecto_!”Seorang pria dengan pengeras suara berteriak sehingga menghentikan kegiatan orang-orang yang sedang melakukan proses syuting. Senyum di wajahnya tersungging lebar karena puas dengan hasil rekaman barusan.“Luar biasa, kamu memang benar-benar berbakat, Kean,” ucap pria tadi yang merupakan seorang sutradara kepada Keanu yang baru saja melakukan adegan perkelahian tanpa memakai peran pengganti dan juga hanya dalam beberapa kali _take_.“Om Ray bisa aja. Jangan memuji terlalu berlebihan, nanti saya besar kepala,” sambut Keanu sembari tersenyum.“Ck, kamu ini, masih saja suka merendah. Kalau dibandingin sama yang senior, kamu sudah melewati mereka.”“Jangan dibandingin, Om. Saya nggak ada apa-apanya.”Ray berdecak. “Sudahlah, istirahat sana! Kita lanjut _take_ satu jam lagi,” perintahnya kemudian berlalu meninggalkan Keanu yan
Semua orang di lokasi syuting meneriakkan nama Keanu dengan kencang. Beberapa orang berlari mendekat untuk melihat kondisinya. Tubuh itu diam tak bergerak, tapi dadanya masih kembang kempis walaupun pelan.“Panggil ambulan, cepat!” Ray berteriak mengingatkan siapa saja.Bagas yang memang sedang memegang ponsel sudah menelpon rumah sakit terdekat dan meminta dikirim ambulan sebelum Ray memerintah. Dia berusaha bersikap tenang walaupun dalam hati panik luar biasa.Teringat sesuatu, Bagas kembali menempelkan ponsel di telinganya setelah mencari nama seseorang di daftar kontak. Di dering ketiga, telponnya diangkat.“Halo, Om Fardan,” sapa Bagas cepat.“Iya, Bagas. Kenapa? Kean lagi syutingkah?”“Kean kecelakaan, Om.” Suara Bagas sangat lesu.“Apa? Sekarang Kean di mana? Gimana keadaannya?” teriak Fardan kencang sekali. Kepanikannya bisa Bagas rasakan.“Kean masih di lokasi, Om, lagi nunggu ambulan. Aku udah telpon rumah sakit terdekat,” papar Bagas gugup. Mendengar teriakan Fardan, dia ja
Leon baru saja selesai meeting dengan klien di sebuah restoran. Seperti biasa, sang asisten pun tak luput ikut dalam meeting tersebut. Saat ini mereka tengah menyantap makan siang yang sudah terlewat waktunya.Ponsel yang tergeletak di atas meja bergetar tanpa mengeluarkan suara. Pemiliknya sengaja mematikan nada dering karena tak mau terganggu saat meeting dengan klien tadi."Fardan? Tumben sekali dia nelpon?" gumam Leon heran saat melihat nama sang adik terpampang di layar ponsel."Nggak diangkat, Pak?" Rendy mengerutkan kening karena Leon tak kunjung menerima telpon dari adiknya hingga ponsel itu berhenti bergetar."Mau habisin dulu ini," jawab Leon beralasan sambil menunjuk makanan di piring yang tinggal setengah.Rendy tidak lagi menanggapi. Dia kembali melanjutkan makannya, begitupun Leon. Namun, ponsel itu kembali bergetar dan lagi-lagi nama Fardan yang menelpon."Saya angkat, ya, Pak? Siapa tau penting." Rendy berkata meminta persetujuan pada sang bos. Leon mengangguk.Rendy
Leon baru saja selesai menyumbangkan darahnya untuk Keanu. Tadi dia sempat diminta istirahat dulu sebentar karena tekanan darahnya sedikit tinggi. Mungkin karena kepikiran tentang anaknya, maka dia jadi tegang.Fardan memberikan Leon satu botol air mineral kemasan untuk menggantikan cairan tubuhnya. Saat ditawari makan, Leon menolak."Udah beres dia operasinya?" tanya Leon."Udah tapi masih kritis jadi harus masuk ICU dulu," jawab Fardan."Bagas, kamu pulang dulu aja. Nanti kalo saya mau pulang, baru kamu ke sini lagi. Gantian jagain Kean. Palingan malam saya pulangnya," perintah Fardan pada Bagas yang sejak tadi setia menemaninya menunggui Keanu walaupun didera rasa lelah.Tanpa pikir panjang Bagas mengangguk lalu meninggalkan Fardan dan Leon di depan ruang ICU. Tubuhnya memang sangat lelah karena semalam menemani Keanu syuting sampai jam dua pagi. Esoknya, pagi-pagi sekali mereka harus kembali berangkat ke lokasi syuting.Tugas Bagas bukan hanya menemani Keanu, tapi juga memastikan