Rasa tak percaya bagi Kanaya. Dirinya diperbolehkan bertemu dengan Leon setelah beberapa hari sebelumnya dia mengiba pada sang kakak, tetapi selalu ditolak. Apalagi saat mendengar kata restu terucap dari bibir kakaknya walau dengan syarat tertentu.Kini kanaya, Leon juga Keanu berkumpul di ruang santai yang terdapat di lantai dua. Ketiganya saling melepas rindu setelah sekian hari terpaksa berpisah. Sementara Arga masih belum diizinkan bertemu siapapun."Om Ken mau daftarin Kean kuliah." Keanu mengadu layaknya anak kecil pada papanya."Padahal Papa juga mau daftarin kamu kuliah tapi jurusan bisnis manajemen supaya nanti kamu bisa terusin usaha Papa," sahut Leon menanggapi.Wajah Keanu mendung seketika. Dia tidak mau kuliah di jurusan itu karena tidak sesuai dengan minatnya.Melihat perubahan wajah sang anak, Kanaya lekas menyela, "Kean maunya kuliah jurusan kesenian, Kak. Untuk memperdalam ilmunya di bidang seni peran.""Padahal hanya kamu harapan Papa. Siapa lagi yang akan melanjutka
Gedung kantor bertingkat di kawasan bisnis ibukota menjadi tujuan Kanaya hari ini setelah dia membuat janji dengan Sherin. Sahabatnya itu bersedia membantu dirinya untuk bekerja lagi di kantor Ferdian tanpa banyak pertanyaan.Bersama Sherin, kini Kanaya menaiki lift menuju ruangan Ferdian berada. Demi menutupi rasa gugup yang mulai mendera sejak turun dari mobil tadi, wanita bertubuh seksi itu menautkan jari jemari sambil sesekali mendesah pelan.Menangkap kegundahan di wajah Kanaya, Sherin spontan bertanya, "Kenapa, Nay? Kok, kayak lagi banyak pikiran gitu? Masih tentang masalah kemarin itu?"Sherin memang ikut hadir dalam acara pernikahan Kanaya dan dia baru mendapat kabar terbarunya beberapa hari setelah sahabatnya itu kembali menghilang tanpa kabar. Sebelumnya dia memang pernah diceritakan oleh Kanaya tentang Kenzie yang merupakan kakak kandungnya juga Keanu yang ternyata darah dagingnya.Saat pertama kali Kanaya berkunjung ke rumah Sherin, wanita muda itu terkejut bukan kepalang.
Ferdian mengantar Kanaya ke bagian administrasi setelah menginfokan ke bagian HRD jika dia akan menambahkan satu pegawai baru di sana. Sementara Sherin kembali ke area kerjanya."Pak Imron, tolong tunjukkan tempat kerja Kanaya dan jelaskan pekerjaan apa saja yang harus dia lakukan. Tapi ingat, jangan kasih dia pekerjaan yang berat. Kalau sampai dia sakit karena kelelahan, kamu saya pecat." Ferdian memberi instruksi kepada kepala bagian administrasi sekaligus melancarkan ancaman.Imron yang memang sudah mendapat informasi dari HRD mengangguk mengiyakan, kemudian mengantar Kanaya menuju meja kerjanya yang ada di bagian pojok ruangan dengan Ferdian mengikuti di belakang keduanya. Sebenarnya staf di bagiannya sudah cukup, tetapi karena ini permintaan sang big bos Imron tidak bisa menolak. Menolak sama saja mematikan rejekinya sendiri."Nay, kamu mulai besok saja kerjanya. Hari ini cukup pengenalan job desk kamu saja," ucap Ferdian begitu Kanaya sudah mendapat meja kerja."Iya, Pak Ferdian
Selepas makan siang, Kanaya tidak kembali lagi ke kantor, dia hanya mengantar Sherin hingga ke depan lobi lalu meluncur pulang meskipun Ferdian berkali-kali menghubungi. Merasa risih, Kanaya pun mengirim pesan kalau dia harus pulang karena ada urusan penting."Mungkin hanya aku satu-satunya pegawai baru yang berani membantah perintah big bos," gumam Kanaya setelah mengirim pesan pada Ferdian lalu tersenyum geli. Selanjutnya dia turun dari mobil karena memang sudah sampai di rumah Kenzie Melewati ruang santai di dekat taman belakang, Kanaya melihat seseorang yang ia kenali tengah duduk sendiri."Mama," sapa Kanaya begitu sudah berada di dekatnya lalu ikut duduk di sebelahnya.Rossa menoleh kemudian tersenyum setelah melihat siapa yang sudah menyapanya. Tanpa banyak bicara, wanita paruh baya itu memeluk Kanaya begitu erat."Mama kangen banget sama kamu. Gimana keadaanmu?" tanya Rossa setelah puas memeluk putri angkatnya."Baik, Ma. Mama udah lama? Mau ketemu siapa?" Rasa penasaran meny
Lagi-lagi Kanaya dibuat tak percaya dengan keputusan dan perkataan Kenzie. Masih terbayang bagaimana murkanya sang kakak jika dirinya membahas tentang Leon walau satu kata saja saat mereka masih di Kanada. Apakah kepala kakaknya itu terbentur sesuatu lalu jadi hilang ingatan? Pikir Kanaya.Akan tetapi, dibalik itu semua Kanaya bersyukur sangat karena sang kakak akhirnya bisa menerima Leon dan keluarga. Terbukti dari diizinkannya Rossa bertemu Arga, dirinya yang bisa bersatu lagi dengan Keanu, ditambah lagi dengan kerjasama antara Leon dan Kenzie untuk membongkar kedok Daniel."Kenapa bengong? Itu 'kan yang kamu mau? Menikah secara sah dengan laki-laki itu?"Suara Kenzie membuyarkan lamunan Kanaya hingga membuat matanya mengerjap beberapa kali lalu menatap lekat sang kakak. "Kaget aja, kenapa Kakak bisa secepat ini berubah? Apakah benar Papa Arga tidak bersalah? Tadi aja Kakak kasih izin Mama Rossa buat ketemu Papa."Menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya sekaligus, Kenzie ba
Bugh!"pukulan abang kamu kuat juga." Leon meringis saat Kanaya menekan sudut bibirnya yang berdarah akibat dihajar Kenzie dengan kain yang sudah diolesi alkohol."Lagian Kakak juga iseng banget, sih, godain Kak Ken." Wanita itu mengoleskan obat luka ke bagian bibir yang sobek."Namanya juga pengen deket sama kakak ipar." Leon mendengkus.Kanaya membereskan kembali kotak obat-obatan yang sempat berserakan isinya lalu menyimpannya di atas meja. "Kak Ken itu paling nggak suka kalau kehidupan pribadinya dibahas atau diungkit-ungkit.""Kenapa? Dia masih normal, kan?""Normal lah! Sembarangan kalau ngomong. Kalau Kak Ken denger, bisa-bisa Kakak dihajar lagi ini," sergah Kanaya melotot."Memangnya dia ada masalah apa, sih? Trauma, gitu?" tanya Leon dengan penasaran tingkat tinggi.Kanaya mengangkat bahu. "Nggak tau, nggak pernah bahas."Leon ikut-ikutan mengangkat bahunya. Untuk apa juga mengurusi masalah orang lain, masalah hidupnya saja sudah rumit, begitu pikir Leon.Hari Senin merupakan
Sudah seminggu ini Kanaya dibuat pusing tujuh keliling oleh pernyataan sekaligus pertanyaan dari Ferdian. Bagaimana tidak, bisa-bisanya laki-laki itu langsung mengajaknya menikah tanpa aba-aba lebih dulu. Meskipun sudah tahu seperti apa perasaan Ferdian padanya, tetapi saat menghadapi situasi yang sudah diprediksi akan begitu, tetap saja dia kelabakan mencari jawaban."Kamu kenapa, sih? Dari kemaren-kemaren uring-uringan nggak jelas gini," protes Kenzie saat melihat adiknya mondar mandir di depannya yang sedang menonton TV."Aku bingung harus gimana, Kak," sahut Kanaya bersungut-sungut."Bingung kenapa? Pernikahan kamu 'kan minggu depan. Semuanya sudah beres. Apa lagi?" Kenzie menatap adiknya heran.Merasa lelah, Kanaya mendaratkan bokongnya di sofa sebelah Kenzie. "Ini soal Ferdian, loh.""Kenapa dia?""Seminggu kemarin, dia ngelamar aku. Ah, pusing!" Kanaya berteriak seraya menjambak rambut panjangnya."Terus, udah kamu jawab?"Wanita berusia kepala tiga itu menggeleng. "Dia nggak m
Hentakan kaki terdengar menggema memenuhi ruangan yang baru dimasuki. Seorang pria yang sedang duduk santai di sofa bed merasa terganggu dengan suara itu. Mengalihkan perhatian ke asal suara, dia mendapati empat orang berjalan mendekat."Habis perang dunia kalian?" tanyanya asal melihat dua orang dewasa di antaranya bermuram durja."Naya keterlaluan, Bang!" Leon menjawab, seolah-olah sedang mengadu."Kamu yang nggak ngerti!" sergah Kanaya melotot."Gas, mending kita ke dalam aja. Ini urusan orang dewasa. Kita anak kecil nggak di ajak." Keanu mengajak Bagas menuju kamarnya. Anak remaja itu tak mau masalah keluarganya didengar pihak luar walau sebenarnya dia juga penasaran."Udah berantemnya?" tanya Kenzie menyindir sepasang manusia di depannya itu yang terdiam setelah Keanu dan Bagas berlalu dari ruangan tersebut."Belum, Bang. Aku mau minta penjelasan, kenapa Naya nggak kasih tau aku kalo Ferdian udah ngelamar dia. Katanya Abang juga udah tau, iya?" Merasa diingatkan, Leon mengeluarka