KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 10Sepertinya aku melihat seseorang yang aku kenal. Bener nggak ya?Benar! Mataku nggak salah lihat! Dia memakai setelan jas yang juga berwarna putih. Kenapa Andi juga ada disini?Duh, kok jadi bisa kebetulan gini?"Ini acara apa?" tanyaku pada suamiku."Acara ulang tahun cucuku. Dinda nanti akan Kanda kenalin ke semua anak dan cucuku. Ayo, kita kesana.""Si—siapa nama cucunya?""Andi, mungkin dia seumuran sama Dinda. Nanti Kanda kenalin sama Dinda."Duar!Jawaban itu laksana petir yang menyambarku. Baru saja Andi tadi menyatakan suka padaku tapi malam ini, aku harus mendapati kenyataan kalau Andi adalah cucuku. Takdir seperti apa ini?"Permisi Bos, Nyonya ingin bertemu," ucap Pak Agus."Baiklah, Ayo!"Apa sekarang waktunya, apa sekarang jati diriku terungkap di depan Andi? Aku belum siap. Jujur, ada rasa tersendiri saat aku didekat Andi. Apalagi waktu kejadian tadi pagi."Dinda … kok bengong? Ayo!" "I—iya" jawabku gugup. Lalu digandengnya tanganku seperti t
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 11Aku yang mendengar ancaman Mbak Susi langsung terdiam. Lulus kuliah adalah impianku, bahkan cita-cita ku ingin menjadi arsitek. Kalau aku dikeluarkan dari kampus pupus sudah harapanku."Dinda, tolong ambilkan ponsel di kamar!" perintah suamiku. Dengan gontai aku melangkah ke kamar melaksanakan perintahnya. Tak butuh lama, aku sudah meletakkan ponselku dan juga ponsel Seno di atas meja."Ponselku, Dinda …" Aku kira Riko meminta ponselku dan Seno, apa mungkin saat aku tadi ke kamar mereka juga meminta ponsel suamiku? Betapa rakusnya mereka!Segera kuambil ponsel di atas nakas yang sedang diisi daya dan menyerahkannya pada suamiku. Langsung saja suamiku mengutak-atik benda pipih di tangannya. Mungkin sedang me reset ponsel sebelum diserahkan pada Bude Ratmi.'Ya, selamat siang' ucap Suamiku yang terlihat sedang menghubungi seseorang entah siapa.'Langsung saja, aku ingin karyawan yang bernama Suparmin bagian administrasi untuk dipecat hari ini juga! Tanpa pesa
KAKEK TUA itu SUAMIKU"Sebentar, aku ke dapur dulu." Aku yang tadinya sedang belajar langsung menutup bukuku. Sebenarnya aku bukan mau ke dapur tapi aku mencari ibu."Bu, bisa kesini sebentar," pintaku pada Ibu. Ibu ternyata ada di kamarnya sedang ngobrol sama Bapak."Ada apa? Sudah malam kenapa belum tidur?" tanya ibu."Ehm, suamiku minta dikerokin katanya masuk angin tapi—Ibu aja ya yang kerokin?" "Kok Ibu? Istrinya kan kamu masa Ibu yang kerokin! Lucu kamu!" Ibu menolak permintaanku secara tegas. "Nih, pakai ini buat kerokin." Diserahkannya koin seribuan serta balsem pada tanganku. "Kok pakai koin, Bu?""Lah ya pakai koin masa iya pakai sekop! Udah sana masuk kamar kerokin suamimu, Ibu ngantuk." Yah, Ibu malah ngantuk. Kutimang koin dalam genggaman lalu aku menuju tempat peraduan. Ecieeee peraduan, peraduan singa kali.Masuk ke kamar suamiku sudah melepas bajunya dan menyandarkan tubuhnya pada ranjang. Aku mendekati dan mulai naik ke ranjang. Tanpa dikomando suamiku langsung memun
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 13"Seva … apa kamu mau? Kalau kamu malu menjawabnya, ambil coklatnya itu artinya iya tapi kalau ka—""Aku nggak bisa Ndi! Nggak bisa," jawabku berat. Aku mundur perlahan kemudian berpaling. Tanpa terasa air mata ini menetes. Sekuat tenaga aku berlari menuju parkiran. "Va, tunggu! Biar aku yang bawa, kamu bonceng aja." Riska mengambil alih motor yang hendak aku bawa. Motor yang baru pertama kali aku bawa ke kampus.Sepanjang perjalanan aku hanya sibuk dengan pikiranku. "Kita duduk dulu disini, mungkin kamu butuh ketenangan." Riska membawaku ke taman kota. "Rasanya kok sakit ya Ris, bukan sakit tepatnya tapi entah rasa apa ini." Kuungkapkan apa yang aku rasa pada sahabatku Riska."Kenapa kamu menolak Andi? Bisa saja kamu menjalin hubungan dengannya, aku bisa jaga rahasia kok" ucap Riska. Riska belum tau siapa sebenarnya Andi."Kamu nggak tau siapa Andi, Ris," sahutku."Tau lah! Sang ketua BEM, cowok terganteng di kampus kita yang baru saja kamu tolak cintany
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 14 "Iya, Bu, semalam dikasih katanya hadiah karena udah jagain suamiku pas sakit kemarin malam.""Kayak kalung hadiah jajan itu ya?" Nah, kan ibu aja satu pemikiran denganku."Eh, jangan salah, Bu. Ini kalung berlian, katanya harganya bisa buat beli pabrik ciki.""Masa? Tau gitu Ibu aja yang kemarin jagain suamimu, ha ha ha," gurau Ibu. "Bercanda Va, simpan baik-baik kalungnya pakainya kalau pergi sama suamimu aja, selebihnya lepas." "Iya, Bu, Seva juga nggak berani pakai takut malah mengundang orang jahat."***"Va, kamu disuruh ke ruang wakil dekan tuh!" Riska memberitahuku saat sedang di kantin. Sebenarnya aku bingung, tumben aja sampai dipanggil bagian akademik. Bergegas aku menuju ruang wakil dekan. Ruang wakil dekan berada di samping lantai tiga dan untuk menuju kesana harus melewati ruang BEM, tempat biasa Andi berkumpul. Aku harap aku tidak berjumpa dengannya. Sepertinya aman, mungkin Andi sedang berada di kelas atau mungkin saja hari ini nggak ada j
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 15"Halo istrinya aki-aki yang baru dikeluarkan dari kampus , gimana rasanya udah nggak boleh kuliah lagi?" Mbak Susi menemuiku di kelas saat aku sedang membereskan buku untuk dibawa pulang. Aku tetap bergeming tak menghiraukannya. Bahkan aku tinggalkan dia saat dia masih terus mengoceh."Dasar bude* ditanya malah diam saja! Memang kamu klop banget sama aki-aki!" Teriaknya saat aku melenggang pergi.***"Seva dikeluarin dari kampus Pak, Bu …" ucapku saat Bapak dan Ibu bertanya kenapa aku pulang lebih gasik dari biasanya. "Dinda tenang aja, Kanda yang akan mengurusnya. Oh iya, sore nanti kita pindah dulu ya, rumah ini akan direnovasi mulai besok." Suamiku malah bilang agar aku tenang. Hancur sudah impianku!"Kita pindah kemana?" tanya Seno."Ke salah satu rumahku, sekalian liburan juga." "Sekolah Seno gimana?""Nanti akan diantar jemput sopir, tenanglah jarak rumahnya juga nggak terlalu jauh."Jadilah sore itu kami semua pindah, ternyata rumahnya di kawasan p
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 16Aaaaaw, aduh! Tolooooong!" Jeritan minta tolong kini terdengar, ada apa dengan suamiku? Apa dia kalah melawan? Atau jangan-jangan dia tergelincir masuk jurang?Aku ragu.Lari meminta bantuan balik lagi atau sekarang saja aku berbalik? Kalau aku meminta bantuan itu terlalu lama.Hhhhhhhh, bagaimanapun juga dia suamiku, aku tak boleh egois. Aku berbalik kembali ke arah dimana tadi suamiku berada. Kok nggak ada? Dimana suamiku? Jangan-jangan beneran jatuh ke jurang? Atau digigit ular? Ah tidak mungkin rasanya kalau digigit ular yang rugi pasti ularnya. Bisa-bisa taring ular nyangkut di kulit suamiku saking alotnya. Ya Tuhan, selamatkan suamiku. Dia orang baik, dia sudah rela berkorban untukku. Tiba-tiba aku merasa sedih saat tidak menemukannya. Pikiran negatif sudah menghantuiku. "Kanda … jangan pergi … jangan mati dulu … hu hu hu." Tangisku sembari terus mencarinya. "Dinda janji, Dinda akan—""Akan apa Dinda?" Suara itu? Dimana suara itu? Apa hantu?"Ka
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 17"Va, sudah siang! Ayo bangun!" Terdengar suara panggilan dari Ibu. "Iya, Bu," jawabku parau. Masih saja rasa malas ini mendera. Kuambil ponsel di samping nakas tempat tidurku. Ya ampun sudah jam tujuh! Aku terlambat ke kampus! Ah, aku lupa, aku bukan lagi seorang mahasiswi sekarang. Kubuka aplikasi hijau yang baru berisi beberapa kontak saja.[ Kanda berangkat dulu, Dinda istirahat saja di rumah. Motor sudah di antar Agus, ada di garasi. Kalau Dinda mau keliling pakai motor saja. Ingat, hati-hati jangan ngebut! ] Pesan dari suamiku. Saking siangnya aku bangun, sampai tak sadar suamiku sudah bangun dan pergi.[Pindah nggak ngomong-ngomong!] Pesan kedua dari Riska. Riska mengirimkan foto rumah lama yang kosong hanya ada para pekerja yang sedang merenovasi.[ Woy ][ Bales ][ Va ][ Seva, masih hidup kan? ]Entah berapa pesan lagi yang Riska kirimkan. [ Hmmmmmm ] Balasku singkat.[ Alhamdulillah masih hidup, baru aja aku ganti baju warna hitam buat takziah