Home / Romansa / KALIMAYA (Mencari Cinta Sejati) / Bab 8 - Hendra Mendapat Ganjaran

Share

Bab 8 - Hendra Mendapat Ganjaran

Author: Almirah
last update Last Updated: 2021-08-11 11:00:10

MEMANG sih Rudi anak orang kaya, bos perusahaan properti yang memiliki perumahan dan apartemen di mana-mana. Tetapi mana bisa dia menyerahkan mobil seperti itu begitu saja? Kawan sih kawan, tetapi apa keuntungan bagi Rudi sehingga begitu baiknya kepada Heru?

Tiba-tiba ponsel Rudi berdering. “Ya, hallo?”

Sejenak Rudi mendengarkan berita via telepon itu, lalu katanya, “Catcha!!”

“Dapat?” tanya Heru.

“Yoi! Dia lagi pesta di daerah Tebet, sama kawan-kawannya.”

Mobil mereka pun meluncur ke daerah Tebet, masih di area Jakarta Selatan. Oleh karena sudah malam, sudah jam sebelas malam, jalanan sudah mulai sepi sehingga tidak lama mereka sudah sampai di TKP.

Seorang lelaki tinggi besar dan beberapa orang lainnya menghampiri mobil mereka. Lelaki tinggi besar itu layaknya si BA di dalam film jadul “The A Team”. Pantas saja namanya Samson!

Tetapi ketika berbicara, si Samson ini berlogat seperti orang Batak (sebuah suku di Sumatera Utara, Indonesia). Pantas saja Rudi memanggilnya dengan “Lae” (panggilan saudara untuk orang Batak). “Mau diapain dia, bos?” tanya Samson kepada Rudi.

“Bawa dia ke sini!” perintah Rudi.

Samson dan kawan-kawannya masuk ke dalam sebuah kafe. Tidak berapa lama Samson sudah menarik keluar seorang anak muda, yang tidak lain adalah Hendra. Kawan-kawan Samson juga menggiring beberapa anak muda lain yang menjadi kawan Hendra.

“Jongkok!” perintah Samson kepada Hendra sambil menekan pundaknya. Mau tidak mau Hendra berjongkok karena beratnya tindihan yang diterimanya. Teman-teman Hendra pun ikut berjongkok. Dalam ketakutan, mereka memandang kepada seorang pemuda yang berdiri santai sambil menyender pada sebuah mobil mewah yang berkilau.

“Kamu Hendra?” tanya Rudi.

Hendra diam membisu. Dalam hati dia menjadi marah dan dendam pada anak muda yang berdiri di depannya itu.

Rudi melihat ke arah Samson yang berdiri di samping Hendra. “Kasih dia dikit!” katanya memberi perintah.

Seketika Hendra merasakan tamparan yang sangat keras di kepalanya, membuat dia langsung limbung dan terguling!

Sambil meringis kesakitan, Hendra bangkit duduk jongkok lagi. Kali ini nyalinya sudah ambyar. “Ampun… ampun, mas,” rengeknya tanpa malu.

“Kalau orang bertanya baik-baik, jawab!” bentak Rudi.

“Iya, mas… maaf…”

Rudi memberi isyarat agar Heru keluar dari mobil. Begitu melihat Heru, Hendra menjadi bertambah ciut. Kini dia sadar apa yang terjadi. Dia telah lancang mengeroyok orang yang ternyata mempunyai bekingan hebat.

“Her, enaknya diapakan anak curut ini?” tanya Rudi santai.

Heru tentu tidak bisa menjawab. Urusan yang begini tidak biasa baginya. Tetapi tampaknya Rudi sudah terbiasa sehingga bisa santai seperti itu.

Jadi, Rudi lalu bertanya kepada Hendra, “kira-kira hukuman apa yang pantas untuk kamu setelah mengeroyok teman saya?”

“A… ampun, mas. Saya tidak akan berani lagi…” rengek Hendra.

“Hmm… apakah kamu akan melapor ke ayahmu?”

Dengan cepat Hendra menjawab, “Tidak, mas. Saya tidak akan melapor!”

“Atau, kamu akan melapor kepada polisi?”

“Oh, tidak, mas. Saya tidak akan melapor!”

“Oke, baik kalau begitu. Kamu lapor juga tidak apa-apa, nanti aku akan mencari kamu lagi. Tentunya, aku akan membunuh kamu!”

Rudi sengaja mengeraskan suara di ujung kalimatnya sebagai penekanan, agar Hendra paham bahwa dia serius. Mendengar itu, Hendra serta merta membuat janji:

“Iya… mas, saya tidak akan melapor kepada siapa-siapa!”

“Teman-temanmu?” tanya Rudi melihat ke arah teman-teman Hendra.

“Mereka juga tidak akan melapor, mas. Saya yang jamin itu!” tegas Hendra. Di ingin cepat-cepat selesai dari intimidasi yang sangat berat dirasakannya itu.

Hendra menoleh ke kawan-kawannya, dan kawan-kawan Hendra segera manggut-manggut meyakinkan. “Iya… iya, kami tidak akan berani melapor!”

“Hahaha…” Rudi tertawa.

Mendengar suara tawa itu, Heru sampai tercengang. Belum pernah dia mendengar Rudi tertawa seperti itu. Suara ketawa itu… terdengar… mengerikan!

“Samson! Patahkan tangan kanannya!” perintah Rudi. Sebenarnya suara Rudi tidak terlalu keras, tetapi bagi Hendra, suara itu seperti halilintar yang sangat dahsyat!

“A… ampun, mas. Ampun…” Hendra menangis menguguk-guguk.

Tetapi perintah itu sudah dikeluarkan! Samson dengan tangkas menarik tangan kanan Hendra dan memelintirnya sehingga terdengar suara “Krekk!”. Suara tulang patah, yang langsung disusul oleh lolongan Hendra karena sakit yang teramat sangat!

Tiga orang kawan Hendra pun menjadi ngeri melihat peristiwa itu. Mereka hanya anak-anak muda yang ikut-ikutan karena sering ditraktir oleh Hendra. Tetapi mereka pun harus merasakan hal yang sama dengan bos mereka.

Satu anggukan Rudi ke arah kawan-kawan Samson cukup menjadi perintah bagi mereka. Masing-masing mereka memelintir tangan anak-anak muda itu sehingga patah. Suara raungan dan teriakan kesakitan memecah keheningan malam, tetapi tidak ada seorang pun yang terlihat keluar untuk melihat. Semua bersembunyi dari kengerian malam yang akhirnya menjadi senyap!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KALIMAYA (Mencari Cinta Sejati)   EPILOG

    Demikianlah kisah KALIMAYA (Mencari Cinta Sejati), harus diakhiri sampai di sini. Cinta Heru yang terombang-ambing di antara sekian wanita mendapatkan muara pada seseorang melalui perjodohan. Namun cinta yang tumbuh bisa jadi adalah cinta yang sejati, bukan karena harta dan tahta. Mungkin pembaca menyadari bahwa salah satu bab, yaitu bab 37, tidak ada di buku ini. Bab itu terpaksa dicopot agar pembaca merangkai sendiri adegan demi adegan yang ada dalam bab itu. Bisa, kan? Hehe… Tentu masih banyak pertanyaan yang harus dijawab. Bagaimana nasib pak Kusuma? Bagaimana nasib Bunga? Bagaimana nasib Rara? Dan bagaimana kehidupan Heru dan Laksmi selanjutnya? Mudah-mudahan kisah KALIMAYA 2 (Cinta Yang Hilang) bisa segera hadir, karena akan disela oleh kisah yang lainnya, seperti BELLANOVA. Ditunggu saja, sampai jumpa…

  • KALIMAYA (Mencari Cinta Sejati)   Bab 60 - Keputusan Heru

    LAKSMI menatap Heru yang baru datang. Matanya sudah sembab karena menangis. “Sorry, sayang… tadi aku segera ke sini, cuma jalanan benar-benar padat,” bujuk Heru sambil meraih dan memeluk Laksmi. “Gimana, mas… papi ditangkap polisi…” Laksmi kembali menangis di pelukan Heru. “Kamu tenang dulu, ya, nanti kita mengurusnya. Ini mungkin hanya kesalahan saja…” Heru lalu menelepon Rudi. Dalam situasi seperti ini, tidak ada orang yang mampu mengatasinya selain sahabatnya itu. “Rud, pak Kusuma ditangkap polisi,” lapor Heru. “Iya, aku tahu,” jawab Rudi di ujung sana. “Kenapa, Rud?” “Tindak pidana, Her. Sebaiknya kita ketemu untuk membicarakan ini, kurang baik kalau bicara di telepon.” “Oke, aku akan ke tempatmu.” … Heru tampak tegang sekali ketika menemui Rudi. “Kamu harus menolongnya, Rud,” pinta Heru. Tetapi Rudi langsung menepisnya. “Sorry, kali ini tidak bisa, Her. Pak Kusuma telah mengg

  • KALIMAYA (Mencari Cinta Sejati)   Bab 59 - Telepon Dari Rara

    HERU bukan tidak tahu Bunga sangat merindukannya, begitu pun dia, sangat merindukan Bunga. Gadis centil itu telah merampas hatinya, membuatnya selalu terkenang, membuatnya menatap matahari yang bersinar di antara bunga-bunga di taman indah. Tetapi jika dia terus berhubungan dengan Bunga sementara dia akan menikah dengan Laksmi, pasti akan lebih menyakitkan lagi. Dia telah membuat keputusan, orang tuanya pun sudah datang melamar Laksmi secara resmi, pernikahan sudah disiapkan. Tidak ada jalan mundur lagi. ‘Cinta… Apakah itu cinta…Bertanya… tanpa sengaja…’ Kembali alunan lagu itu mengiang di telinganya. Apakah benar dia telah jatuh cinta kepada Bunga? Apakah Bunga yang menjadi cintanya? Ah, sulitnya meramalkan jodoh, siapa yang dicinta dan siapa yang dinikahi… ‘Tetapi, berikanlah Bunga sedikit kesempatan untuk bertemu,’ teriak hati Heru sendiri. ‘Jangan biarkan dia, kasihan, jangan didiamkan. Apa salahnya? Kamu harus bertan

  • KALIMAYA (Mencari Cinta Sejati)   Bab 58 - Bunga Galau

    SEBENARNYA, Heru dan Laksmi tidak ingin merayakan pernikahan mereka secara besar-besaran. Bahkan mereka ingin menikah di luar negeri saja, tanpa pesta. Tetapi pak Kusuma mempunyai keluarga besar yang ningrat dari Yogyakarta, tidak mungkin anak tunggalnya menikah begitu saja tanpa perayaan yang melibatkan keluarga besar. Sementara dari keluarga Heru yang di Malang, tidak terlalu mempersoalkan pesta pernikahan. Heru sudah merantau sejak tamat SMA ke Jakarta, dan jarang pulang. Heru sudah seperti ‘anak hilang’. Dalam rangka pernikahan ini, orang tua Heru hanya sekali datang ke Jakarta untuk melakukan prosesi lamaran. Sesuai janjinya, pak Kusuma mengatur semua pesta pernikahan di sebuah hotel mewah di Jakarta, termasuk seluruh biayanya. Bagi pak Kusuma, pesta pernikahan putri tunggalnya ini adalah show atas keberhasilannya di ibukota. Seluruh keluarga besarnya tidak boleh memandang rendah kepadanya! Laksmi menjadi repot sekali dengan urusan w

  • KALIMAYA (Mencari Cinta Sejati)   Bab 57 - Ungkapan Rudi

    BERITA tentang rencana pernikahan Heru dengan Laksmi ternyata disampaikan oleh pak Kusuma kepada Rudi. “Jadi, kamu memutuskan untuk nikah dengan Laksmi,” kata Rudi ketika mereka bertemu di sebuah kafe. Heru tidak segera menjawabnya, dia ingin tahu dulu bagaimana sikap Rudi. Hal ini terkait dengan banyak hal, termasuk ‘misi’nya menjadi direktur di perusahaan Rudi, serta --dugaan Heru-- hubungannya dengan Bunga yang menjadi sahabat Astrid! Tetapi karena Rudi sendiri memilih diam tidak berkomentar lagi, Heru akhirnya bertanya, “apakah kamu keberatan?” Rudi menatap Heru dan tersenyum. Entah kenapa, senyum Rudi kali ini terasa misterius bagi Heru. “Memangnya kenapa aku keberatan, brother!” kata Rudi. Tetapi Heru yakin, kata-kata Rudi itu hanyalah lip service belaka. Ada hal lain yang seharusnya dia katakan, sehingga dia meminta Heru untuk bertemu. “Katakan, Rud! Apa menurutmu?” desak Heru. Rudi menyeruput kopinya, b

  • KALIMAYA (Mencari Cinta Sejati)   Bab 56 - Pernyataan Heru

    MINGGU pagi, sudah cukup siang, Heru iseng mengunjungi lapak bu Ratna. “Selamat pagi mas, butuh Bunga lagi?” sapa bu Ratna ceria. Heru tersenyum. “Tidak bu, saya butuh secangkir cairan hangat,” jawab Heru berteka-teki. Bu Ratna mengerenyit, mencoba berpikir apa yang dimaksud Heru. “Secangkir kopi?” “Tidak bu Ratna cantik…” sahut Heru nakal menggoda, membuat wajah bu Ratna merona merah. Efek pujian gombal itu ternyata masih mengena pada bu Ratna. Memang bu Ratna belum terlalu tua, dan masih selalu berdandan. “Saya mau bu Ratna membuatkan saya secangkir coklat panas, mau kan bu?” Coklat panas tidak ada dalam menu yang dijual bu Ratna, tetapi siapa tahu bu Ratna mau berbaik hati mebuatkannya? Heru hanya mencari sesuatu yang tidak biasa saja. “Oh, tentu saja!” ternyata bu Ratna menyanggupinya. Ketika Heru sedang menikmati coklat panas spesial itu, tiba-tiba Laksmi muncul dan mendatangi. Laksmi berpakaian olah raga, terlihat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status