BAB KE : 19416+Kemudian kalimat itu juga dapat dijadikan bamper oleh Faiz. Seandainya Naufal mengatakan akan menuntut Karta Setiawan, atas apa yang telah dia lakukan pada orang tua mereka. Faiz punya kesempatan untuk membela Karta Setiawan, tentu perasaan Sisilia akan terobati dengan pembelaan Faiz nantinya, karena Sisilia telah mengetahui isi hati Faiz berdasarkan ucapan Naufal tadi."Berarti mereka memang sehati. Sisilia juga seperti itu, dia tidak akan menikah kalau tidak dengan Faiz." Tawa Vira kembali meledak di ujung kalimatnya. "Saya tidak ada berkata seperti itu!" Cubitan Sisilia langsung mendarat di lengan Vira, yang membuat Vira meringis.Ruangan itu kembali penuh oleh suara tawa Naufal, Dudun dan Vira. Karta Setiawan juga ikut tertawa walau tawanya belum begitu jelas."Yang sehati, sebenarnya saya dengan kamu! Saya tidak nikah-nikah, kamu juga ikutan menjomblo sampai sekarang," balas Sisilia dengan mulut geregetan. Tangan Sisilia kembali bergerak untuk mencubit Vira,
BAB KE : 195 16+Seketika dada Faiz bergemuruh, gemuruh itu bertalu dengan rasa cemas yang kembali hadir. Faiz dapat menebak apa maksud ucapan Dudun itu. Naufal pun tertegun ketika mendengar apa yang disampaikan Dudun, dia menatap Dudun sesaat, seakan sedang memikirkan sesuatu. "Oh, iya. Hampir lupa," jawab Naufal kemudian, lalu ujung matanya melirik pada Faiz.Naufal tercenung dengan raut serius, seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya, kemudian dia bangkit, membuat semua yang ada di ruangan itu mengarahkan mata pada Naufal. "Kamu berdiri, Dun!" perintah Naufal pada Dudun. Dudun pun mengikuti titah kakaknya. "Dorang kursimu ke belakang!" Naufal kembali memerintah yang segera dilaksanakan Dudun. Hati Faiz semakin cemas melihat tingkah kedua kakak-beradik itu. Raut heran juga tergambar di wajah Vira, Sisilia dan Karta Setiawan. Naufal berjalan di antara celah meja dan kursi yang didorong Dudun tadi.Setelah posisinya berada antara Faiz dan adiknya, Naufal mendorong meja
BAB KE : 19616+Faiz merasa heran dengan perubahan sikap Dudun dan Naufal itu, padahal jelas sekali betapa besar keinginan Dudun untuk balas dendam beberapa hari yang lalu. "Kita tidak perlu lagi menuntutnya, karena Tuhan telah memberi teguran pada beliau, dan beliau telah menyesali perbuatannya," jawab Naufal. "Lalu, bagaimana dengan kamu, Dun?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada Dudun yang sedang mengemudi. "Sebelum ke sini, kami telah membicarakan tindakan apa yang akan kami lakukan, dan inilah yang terjadi. Kalau mau detilnya, tanya saja pada Mas Naufal, apa yang dilakukan Mas Naufal tadi adalah keputusan Mas Naufal sendiri. Tapi saya mendukung, karena memang itu yang terbaik," jawab Dudun sambil melirik kaca spion dalam. Dia menatap wajah Faiz sekilas dari sana. Saat ini Faiz dan Naufal duduk berdua di bangku tengah, sedangkan Dudun sendirian di depan memegang kemudi. Rupanya sebelum menemui Sisilia, Naufal dan Dudun sempat berdiskusi. Naufal meminta Dudun untuk menjaga per
BAB KE : 19716+Setelah pertemuan itu, hubungan mereka pun semakin membaik, malah Dudun dan Faiz hampir tiap minggu bertandang ke rumah Sisilia. Setiap hari libur, mereka berkumpul di rumah Sisilia, ada-ada saja yang mereka lakukan untuk menuai kebahagiaan. Tidak hanya Dudun dan Faiz. Naufal dan istrinya juga suka ikut berkumpul bersama mereka. Satu hal yang paling membuat Sisilia terharu. Perhatian Naufal, Dudun dan Faiz sangat luar biasa kepada papanya. Padahal Sisilia telah mengetahui bahwa orang tua Naufal dan Dudun juga termasuk korban kejahatan papanya di masa lalu, walau hal ini masih mereka rahasiakan pada Karta Setiawan. Anak-anak dari korban pembunuhan Karta Setiawan itu malah paling senang mendorong kursi roda Karta Setiawan, bahkan mereka tidak pernah bosan melatih Karta Setiawan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kesehatan papa Sisilia tersebut. Pertemuan demi pertemuan, telah membuat cinta mereka semakin mekar, bahkan Faiz tidak sungkan lagi menyusul S
KAPAN AYAH PULANG BAB KE : PERTAMA ADA APA DENGAN AYAH 18+ POV : FAIZ Ayah menciumku bertubi-tubi, tak biasanya Ayah seperti itu. Biasanya kalau Ayah mau pergi kerja, beliau hanya mencium pipi dan memperhatikan, setelah itu pamitan ... hanya itu.
KAPAN AYAH PULANGBAB KE : 2DIPUKUL IBUPOV : FAIZ18+"Tina! Urus anak kamu itu! Sudah sore belum juga mandi. Ngapain tiap hari duduk di depan pintu. Sudah gila anak kamu itu, ya?!" Suara Om Darto melengking dari dalam rumah, diiringi dengan kasak-kusuk Ibu yang keluar dari kamar. Pertanda sebentar lagi aku akan digiring Ibu untuk mandi.Walau suara itu mengagetkan, tapi aku tidak beranjak dari duduk. Mataku hanya melirik sebentar ke dalam. Ke arahnya. Setelah itu beralih lagi menatap gang jalan yang cukup jauh dari rumahku.Gang yang selama ini selalu menghadirkan harapan di hati. Harapan kemunculan seseorang dari sana. Sosok yang sangat aku rindu....Ayah!Tapi, sejauh ini. Harapan itu masih sia-sia, yang membuat hatiku selalu kecewa. Karena Ayah tidak pernah muncul dari sana. Entah kemana Ayah pergi! Begitu lama bel
KAPAN AYAH PULANGBAB : 3FAIZ PINGSAN18+POV : DUDUN"Ya Allah ... kenapa si Faiz, Mas?!"Aku dikejutkan oleh teriakan Ibu. Sarung kembali ku lemparkan ke atas ranjang. Gegas aku keluar kamar. Mengabaikan niatku untuk pergi salat berjama'ah ke langgar."Faiz kenapa, Yah?!" tanyaku penuh cemas, ketika melihat Ayah memasuki rumah dengan menggendong Faiz."Di pukul Tina," jawab Ayah. Mungkin jawaban itu untuk Ibu, tapi aku jadi tau apa sebenarnya yang terjadi dengan Faiz, sahabatku itu.Kasihan Si Faiz! Sejak Ayahnya pergi, dia semakin sering dimarahi. Bahkan tidak jarang dipukul. Dulu Faiz juga sering diomelin Ibunya, tapi tidak sampai dipukul, karena selalu ada Ayahnya yang melindungi.Kini yang melindungi itu telah pergi. Kata orang, aAyah Faiz pergi merantau dan tak pulang-pulang. Kata orang juga ... Ta
KAPAN AYAH PULANGBAB KE : 4ULTIMATUM MAS DARTO18+POV : TINA"Tidak bisa lagi, Tina! Aku tidak bisa lagi bertahan di sini. Aku sudah tidak memiliki pekerjaan, aku tidak bisa hidup tanpa uang, sementara semua simpananmu telah habis. Mencari pekerjaan di sini, jelas aku tidak mampu ... mau cari kerja di mana? Apa lagi sikap masyarakat sini yang selalu sinis terhadap kita, membuat aku semakin tidak betah. Setelah kamu memukul Faiz sampai berdarah, pasti mereka semakin tidak senang terhadap kita. Lihatlah, betapa bencinya tatapan Mas Kemal waktu itu. Bisa saja orang tidak waras seperti dia menggor*k kita suatu saat. Kalau kamu masih kekeh tetap ingin tinggal di sini, terserah! Aku akan kembali ke kampungku sendiri. Itu artinya rumah tangga kita bubar!"Ultimatum Mas Darto siang tadi membuat aku gelisah. Walau kantuk telah menyerang namun mata tidak mau terpejam.Mungkin hal