30. Semakin DekatSepasang kelopak mata itu akhirnya terbuka setelah hampir satu jam tidak sadarkan diri. Kyana mengerjap, menelisik di mana kini ia berada. Kerutan di dahinya tercetak jelas, sebelum akhirnya gadis itu mendengus kesal ketika mengingat tempat apa yang saat ini ia tempati. Kaki jenjangnya terulur menyentuh lantai. Suara ketukan heels miliknya meraung di ruang luas itu. Disibaknya gorden berwarna merah yang melambai-lambai tertiup angin. Manik hitam itu bergerak, mengamati pemandangan luar dari tempatnya."Tidak ada yang berubah," gumamnya.Gadis itu masih setia bergeming di depan jendela besar itu, tidak memperdulikan seseorang yang kini mendekat ke arahnya lalu memeluk tubuhnya dengan erat. Tanpa meoleh pun ia tahu siapa pelakunya. Cukup dari aroma tubuhnya saja, Kyana dapat mengetahuinya. Untuk sejenak keduanya bertahan pada posisi mereka masing-masing dengan ditemani semilir angin malam yang membuat suasana semakin syahdu untuk keduanya menghabiskan waktu bersama."T
31. Gejolak DendamAvram benar-benar mengantar Kyana hingga mereka sampai di istana gadis itu. Bahkan tidak sampai di sana, laki-laki juga bersikukuh tidak mau pulang hingga gadis itu belum terlelap ke dalam mimpi. Membuat wajah Kyana terus tertekuk hingga sekarang di mana keduanya berjalan beriringan di keheningan lorong istana yang begitu besar. Kedua tangan mereka saling bertautan-lebih tepatnya hanya Avram yang memegang lengan gadisnya. Sejak kepergian mereka dari istana pusat pun, laki-laki itu terus menggenggam lembut lengan Kyana. Ketika mereka terbang, ketika mereka mendarat sempurna di halaman Istana Kegelapan dan hingga sampai saat ini. Avram bahkan tidak peduli jika ia menjadi bahan tontonan para pengawal setianya dan milik gadisnya yang sejak tadi mengekori mereka dalam diam.Blaamm!Kyana mengerjap, cukup terkejut mendengar suara pintu yang ditutup kencang. Dia menoleh, mendapati senyum menyebalkan yang ditampilkan Avram kepadanya. Sudah pasti laki-laki itulah pelakunya.
32. Kerusakan Alam Dunia ImmortalDuaarr! Duaarrr!"Siapa yang menyerang di pagi-pagi buta seperti ini?""Aku tidak tahu. Tapi kita harus memperkuat pelindung istana!"Suara ribut itu berhasil membangunkan gadis cantik yang terlelap di kamar sang ayah. Istananya yang terasa bergetar lalu disusul suara ledakkan memekakkan telinga membuat gadis itu dengan sigap mengubah posisinya menjadi berdiri. Kaki jenjangnya melangkah lebar ke arah asal suara keributan terjadi-pintu utama istana. Dapat ia dengar jelas suara ketiga pengawalnya yang tengah mencoba menahan serangan mendadak pagi ini, membentuk kubah pelindung berupa asap hitam hingga menutupi penampilan istana megah tersebut. Membuat para penyerang yang belum bisa merengsek maju karena kubah pelindung tak kasat mata yang tercipta di sekeliling istana itu-tediam, tidak bisa melihat bangunan megah yang sejak tadi coba mereka runtuhkan.Orxphulus, Archeros dan Glo saling pandang. Hingga suara ketukan heels yang terdengar nyaring penuh pen
33. Memadu Kasih"Ratu, Pangeran Nathan ingin menemui anda."Laporan dari salah satu pelayannya yang tergopoh-gopoh memasuki kamarnya membuat Queem mendengus pelan. Mendengar nama Nathan yang disebut-sebutkan membuat mood gadis itu seketika terganggu. Pasalnya, laki-laki itu suka mengganggunya dan mengekorinya ke mana pun ia pergi. Layaknya seekor anak itik yang mengekori induknya. Benar saja tidak lama kemudian pintu kamarnya kembali terbuka, masuklah sang nama pemilik yang baru saja dia bicarakan. Membuat pergerakan Queem yang tengah menyisir surai panjangnya seketika terhenti. Manik matanya menatap nyalang ke arah laki-laki itu yang menatapnya intens dari pantulan kaca rias.Dengan gerakan tangan kanannya yang mengibas tangan kanannya, menyuruh para pengawal yang ada di kamarnya sejak tadi membantunya merias diri untuk keluar kamar-meninggalkannya dan Nathan berdua saja. Setelah sepeninggal para pelayan, suasana kamar itu menjadi begitu hening. Queem masih setia duduk di kursi rias
34. Kekalahan TelakRaja Aquatis, Raja Kredis, Ratu Elle tak lupa bersama ketua dari ketiga pemimpin itu-Ratu Magistri, kini terkepung. Keempatnya saling memunggungi, mencoba melindungi punggung mereka masing-masing dari serangan tak terlihat dari ketiga hewan yang kini mengitari mereka dengan tatapan lapar. Geraman dari ketiga hewan itu berhasil membuat bulu kuduk mereka meremang.Ratu Magistri mengangkat tongkat panjangnya ke atas. Membuat kubah pelindung berwarna hijau tua, melindungi keempat orang itu ketika ketiga hewan buas itu menyerang mereka secara bersamaan. Magistri mundur beberapa langkah ketika dengan mudah kubah pelindungnya retak dan berakhir hancur berkeping-keping. Napasnya terengah-engan. Kedua matanya membola terkejut mendapati kubah pelindung terkuatnya hancur dengan begitu mudahnya."Akhhh!"Pekikan itu keluar dari bibir Ratu Elle yang mendapatkan cakaran dalam dan lebar dari sang harimau emas. Perempuan itu kehilangan fokusnya karena keterkejutan akan dasyatnya k
35. KerinduanUsai pertempuran kecil yang mereka menangkan tadi, kini Istana Kegelapan tampak ramai dengan seruan dan canda tawa penghuninya. Lebih tepatnya hanya Orxphulus dan Glo. Keduanya sudah kehilangan kesadaran mereka karena alkohol yang mereka teguk. Tubuh keduanya bergeyol-geyol menikmati alunan musik yang sebelumnya telah disiapkan Orxphulus. Sebuah benda berbentuk segi panjang dengan speakers di dua sisi benda itu, mengalunkan musik yang begitu syahdu. Radio kuno itu entah didapatkan darimana oleh laki-laki itu. Kyana bahkan tidak mengetahui bahwa pengawalnya satu itu suka bolak-balik ke dunia manusia.Hampir dua jam, pesta kecil-kecilan itu digelar. Hampir satu jam pula mereka berdua kehilangan kesadaran mereka. Hingga akhirnya tubuh Glo meluruh, tidak kuat lagi menahan beban tubuhnya. Ia terlentang di atas lantai aula tersebut, seraya meracau tidak jelas. Sedangkan Orxphulus tampak berlari menjauh, menuju ke jendela ruangan. Lalu memuntahkan isi perutnya sebelum terduduk
36. Langit MerahAvram tersentak dari tidurnya. Arah pandangnya langsung tertuju pada jendela kamarnya yang telah terbuka, dengan gorden yang berkibar-kibar tertiup angin kencang. Laki-laki dengan langkah cepat menuju ke jendela kamarnya, menatap langit malam yang kini berwarna merah gelap dengan kilatan petir yang sesekali terlihat. Walau angin berhembus dengan kencang, tetapi suhu yang ia bawa adalah suhu panas. Membuat perasaan laki-laki itu semakin resah. Kedua tangannya mencengkeram erat pembatas jendelanya. Ia sangat tahu bahwa keanehan alam malam ini bukanlah pertanda baik.Pintu kamar terbuka kencang hingga menimbulkan suara cukup keras. Phygeros dan Chorlouis datang dengan tergesa-gesa. Tanpa bertanya Avram tahu apa yang membuat mereka mendatanginya dengan raut cemas sekaligus bingung di wajah mereka. Dengan serempak keduanya berlutut-memberi hormat kepada laki-laki yang masih setia memunggungi mereka."Yang Mulia," ucap mereka serempak. Avram dapat menangkap nada penasaran p
37. Kembalinya Sosok 'Dia'Kyana mengerutkan dahinya ketika merasakan sebuah lengan kekar melingkar erat di perut ratanya. Dia menoleh ke belakang, mendapati Avram yang masih terlelap di belakangnya. Tunggu, apa semalam mereka tidur satu ranjang? Menyentak kasar tangan itu, menjauh dirinya dari Avram yang tersentak-menatap sipit ke arahnya. Mulutnya menguap, masih tampak mengantuk."Kenapa kau di sini?" tanya Kyana penuh penekanan.Bisa-bisanya ia kecolongan seperti ini? Wajahnya memerah antara kesal dan malu. Ini pertama kalinya untuknya tidur satu ranjang dengan laki-laki selain ayahnya.Avram hanya menguap lebar, memandangi gadisnya dengan mata yang menahan kantuk. "Ayolah, Sayang. Responmu terlalu berlebihan, kita ini sepasang mate tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak akan ada yang menghakimimu," jawabnya pelan.Tanpa merasa bersalah ia kembali menarik tubuh mungil gadisnya lalu merengkuhnya. Mengunci pergerakan Kyana membuat gadis itu tidak bisa melepaskan diri. Dengan santa