Share

6. Makan Malam Pembawa Petaka

KAUM TERAKHIR

6. Makan Malam Pembawa Petaka

"Maafkan saya, Yang Mulia Lord!"

Kyana segera menundukkan kepalanya kembali. Di dalam hati, dia sudah menyumpah serapahi kecerobohannya. Bisa-bisanya dia tidak fokus dalam berjalan hingga berakibat fatal seperti ini?

Karena terlalu larut dalam pikirannya, Kyana tidak menyadari bahwa sosok yang paling disegani itu sudah mendekatkan diri kepadanya. Menarik tubuh mungil Kyana ke dalam dekapannya. Membuat sang gadis terlonjak kaget.

"Lord apa yang Anda lakukan."

Kyana gegas melepas rengkuhan itu. Gadis itu mengambil langkah mundur beberapa langkah. Wajahnya mengeras, mengingat tindakan laki-laki tampan di depannya itu. Dia tidak suka tubuhnya disentuh oleh laki-laki lain, selain mate-nya nanti. Tetapi, apakah mungkin dia memiliki seorang mate? Mengingat kaum kegelapan hanya tersisa dirinya.

"Aku hanya mengambil ini dari rambutmu," balas sang lord seraya memperlihatkan sehelai daun kering di tangan kanannya. Melihat itu membuat Kyana terdiam.

"Kalau begitu saya permisi, Lord! Salam," ujar Kyana cepat. Dia ingin segera keluar dari ruangan itu. Dia tidak mau dalam satu ruangan bersama laki-laki itu.

Tanpa menunggu balasan dari raja segala raja itu, Kyana bergegas berbalik. Meninggalkan ruangan istirahat sang lord. Dia tidak peduli jika dianggap tidak sopan, dia hanya ingin segera pergi dari istana itu. Tetapi, siapa sangka bahwa tingkahnya malah mengundang senyum kecil dari Sang Lord?

"Lord Avran."

Dua pengawal pribadi sang lord datang. Keduanya sebenarnya sejak tadi berdiri di sekitar sang lord, bahkan mereka juga melihat apa yang baru saja dialami raja mereka itu. Hingga telepati dari sang lord membuat keduanya keluar dari tempat mereka masing-masing dan langsung menghadap sang raja.

"Persiapkan diri kalian Chorloius, Phygeros. Kejutan menanti kalian," ucap Avran dengan tersenyum miring, membuat kedua pengawal pribadinya saling pandang.

Di sisi lain, Kyana telah berada di istananya. Orxphulus dan Archeros tentu langsung menyambut kedatangannya dengan penuh hormat. Walau begitu tidak berhasil membuat wajah tertekuknya mengendur sedikit pun. Membuat Orxphulus dan Archeros saling pandang dan hanya bisa mengekori gadis itu dalam diam. Sesampainya di dalam ruangan, Kyana langsung mengambil salah satu guci dan melemparnya kuat. Membuat suara pecahan itu terdengar nyaring dan memekakkan telinga.

Napas gadis itu terlihat memburu, dadanya naik-naik turun. Pancaran amarah terlihat jelas di iris hitam legamnya. Setelah puas melempar salah satu guci di ruangan tersebut, Kyana menyugar surai panjangnya. Mencoba menjernihkan pikirannya yang mulai kalut karena hasil rapat hari ini.

Orxphulus dan Archeros pun memilih diam. Mereka tidak mau menambah suasana hati ratu mereka semakin kacau. Melihat aura kemarahan yang terpancar dari punggung tegap gadis itu membuat mereka enggan mengusiknya. Hingga seekor kelelawar berukuran cukup besar datang dengan membawa sebuah surat di mulutnya. Kelelawar itu hingga tepat di telapak tangan Kyana yang mengadah, menyambut kedatangan kelelawar tersebut.

"Undangan makan malam rupanya," gumamnya pelan.

Membaca surat undangan itu membuat tubuhnya sedikit rileks. Setelah menimang-nimangnya, akhirnya Kyana memutuskan untuk menghadirinya. Terlebih yang mengundangnya adalah Queem langsung. Dia tidak mau mengecewakan adik kecilnya itu.

"Katakan kepadanya bahwa aku akan datang," ucap Kyana kepada kelelawar yang masih setia di telapak tangannya. Setelah mendapatkan balasan dari Kyana, kelelawar itu kembali terbang menuju ke tempat asalnya–Kerajaan Vampir.

"Persiapkan diri kalian. Nanti malam kita akan berkunjung ke Kerajaan Vampir," titah Kyana kepada kedua pengawalnya.

Orxphulus dan Archeros dengan segera menuju ke kamar mereka masing-masing. Mempersiapkan diri mereka. Meninggalkan Kyana yang termenung di ruang aula. Dia tahu bahwa kedatangannya dan kedua pengawalnya nanti tidak akan disambut ramah oleh bibinya.

***

Malam hari datang dengan begitu cepat. Kyana menatap kosong rembulan yang kini memancarkan sinarnya dengan begitu indah di langit malam. Setelah mengembuskan napas, gadis itu memilih untuk segera keluar dari kamar. Tepat saat pintu kamarnya terbuka, Orxphulus dan Archeros langsung membungkuk hormat menyambut kedatangannya. Rupanya dua pengawalnya itu telah menunggunya sejak tadi.

"Kita berangkat sekarang."

Ketiganya terbang melintasi langit malam dengan Kyana yang menjadi pemimpin perjalanan. Tatapan gadis itu mengarah pada hutan yang berada di bawahnya. Hutan lebat itu terlihat sunyi, membuatnya terlihat seperti tidak memiliki kehidupan sama sekali. Padahal, di hutan itulah banyak para monster tinggal. Tetapi sekarang, keadaan telah berbeda. Para monster tertidur dalam kurung waktu yang tidak bisa diprediksikan. Melihat itu membuat Kyana menghela napas panjang. Wilayahnya semakin terlihat sepi dan mati.

Jika begini, apa gunanya dia hidup? Apa gunanya gelar ratu atau tuan putri yang terpajang di depan namanya? Dunia seakan-akan tengah menertawakannya yang terjebak di dalam kondisi yang begitu miris seperti ini. Seakan-akan gelar yang tersemat dalam namanya hanyalah sebuah cemooh untuknya sadar bahwa dia bukanlah siapa-siapa di dunia ini.

"Ya Mulia, Kerajaan Vampir sudah terlihat." Suara Archeros membuat kesadaran Kyana kembali. Gadis itu mengangkat wajahnya, benar saja pucuk menara istana terlihat di depan sana.

Membuatnya memelankan laju kepakan sayapnya, sebelum akhirnya dia mendarat tepat di depan gerbang istana. Tanpa mau berlama-lama, langsung dia keluarkan surat undangan resmi yang ditulis langsung oleh Queem, membuat prajurit penjaga dengan segera membukakan pintu gerbang untuknya. Sebenarnya, dia bisa saja mendarat langsung di halaman istana hanya saja dia masih memiliki adab untuk itu.

"Kenapa Yang Mulia Ratu Kegelapan datang kemari? Kedatangannya bisa saja menyulut amarah ratu."

"Benar, sudah dipastikan acara makan malam kali ini akan hancur. Ditambah lagi ada Pangeran Nathan."

Kyana menajamkan indera pendengarannya. Mendengar nama Pangeran Nathan disebut-sebut oleh beberapa pelayan istana, membuat rahang Kyana mengeras. Dia tidak percaya bahwa pangeran itu juga akan diundang untuk makan malam. Apa karena itulah Queem mengundangnya?

"Aku hanya berharap semoga tidak terjadi kegaduhan malam ini."

"Aku juga berharap begitu. Aku takut Yang Mulia Ratu Kegelapan akan mengamuk dan menyulut amarah ratu untuk memulai peperangan lagi."

"Kita berdoa saja semoga Yang Mulia Kegelapan bisa berbaik hati atau setidaknya menahan amarahnya kali ini."

Kyana menarik ujung bibirnya. Berbaik hati katanya? Itu terdengar konyol di telinga Kyana. Sejak kapan ada kata ampun dalam rumus hidupnya selama ini?

Langkahnya dengan kedua pengawal rupanya berhasil menarik perhatian orang-orang yang telah duduk di meja makan. Gelak tawa yang semula terdengar seketika lenyap tergantikan dengan keheningan. Kyana mengulas senyum miring ke arah Pangeran Nathan yang terlihat tidak menyukai kehadirannya. Begitu pula dengan sang Ratu Vampir. Hanya Queem yang terlihat tersenyum senang menyambut kedatangannya.

"Siapa yang mengundang gadis itu kemari?" Pertanyaan sang ratu vampir membuat atmosfer semakin rendah.

"Saya, Yang Mulia Ratu." Ditambah lagi akan jawaban jujur dari Queem. Membuat sang ratu terlihat menatap nyalang putri satu-satunya itu.

"Untuk apa kau mengundangnya, Putri Mahkota?"

"Saya pikir kakak juga harus ikut serta mengenai perencanaan pertunangan saya, Ratu."

Brakk!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status