Home / Fantasi / KAUM TERAKHIR / 6. Makan Malam Pembawa Petaka

Share

6. Makan Malam Pembawa Petaka

Author: Kyna
last update Last Updated: 2023-06-09 18:25:51

KAUM TERAKHIR

6. Makan Malam Pembawa Petaka

"Maafkan saya, Yang Mulia Lord!"

Kyana segera menundukkan kepalanya kembali. Di dalam hati, dia sudah menyumpah serapahi kecerobohannya. Bisa-bisanya dia tidak fokus dalam berjalan hingga berakibat fatal seperti ini?

Karena terlalu larut dalam pikirannya, Kyana tidak menyadari bahwa sosok yang paling disegani itu sudah mendekatkan diri kepadanya. Menarik tubuh mungil Kyana ke dalam dekapannya. Membuat sang gadis terlonjak kaget.

"Lord apa yang Anda lakukan."

Kyana gegas melepas rengkuhan itu. Gadis itu mengambil langkah mundur beberapa langkah. Wajahnya mengeras, mengingat tindakan laki-laki tampan di depannya itu. Dia tidak suka tubuhnya disentuh oleh laki-laki lain, selain mate-nya nanti. Tetapi, apakah mungkin dia memiliki seorang mate? Mengingat kaum kegelapan hanya tersisa dirinya.

"Aku hanya mengambil ini dari rambutmu," balas sang lord seraya memperlihatkan sehelai daun kering di tangan kanannya. Melihat itu membuat Kyana terdiam.

"Kalau begitu saya permisi, Lord! Salam," ujar Kyana cepat. Dia ingin segera keluar dari ruangan itu. Dia tidak mau dalam satu ruangan bersama laki-laki itu.

Tanpa menunggu balasan dari raja segala raja itu, Kyana bergegas berbalik. Meninggalkan ruangan istirahat sang lord. Dia tidak peduli jika dianggap tidak sopan, dia hanya ingin segera pergi dari istana itu. Tetapi, siapa sangka bahwa tingkahnya malah mengundang senyum kecil dari Sang Lord?

"Lord Avran."

Dua pengawal pribadi sang lord datang. Keduanya sebenarnya sejak tadi berdiri di sekitar sang lord, bahkan mereka juga melihat apa yang baru saja dialami raja mereka itu. Hingga telepati dari sang lord membuat keduanya keluar dari tempat mereka masing-masing dan langsung menghadap sang raja.

"Persiapkan diri kalian Chorloius, Phygeros. Kejutan menanti kalian," ucap Avran dengan tersenyum miring, membuat kedua pengawal pribadinya saling pandang.

Di sisi lain, Kyana telah berada di istananya. Orxphulus dan Archeros tentu langsung menyambut kedatangannya dengan penuh hormat. Walau begitu tidak berhasil membuat wajah tertekuknya mengendur sedikit pun. Membuat Orxphulus dan Archeros saling pandang dan hanya bisa mengekori gadis itu dalam diam. Sesampainya di dalam ruangan, Kyana langsung mengambil salah satu guci dan melemparnya kuat. Membuat suara pecahan itu terdengar nyaring dan memekakkan telinga.

Napas gadis itu terlihat memburu, dadanya naik-naik turun. Pancaran amarah terlihat jelas di iris hitam legamnya. Setelah puas melempar salah satu guci di ruangan tersebut, Kyana menyugar surai panjangnya. Mencoba menjernihkan pikirannya yang mulai kalut karena hasil rapat hari ini.

Orxphulus dan Archeros pun memilih diam. Mereka tidak mau menambah suasana hati ratu mereka semakin kacau. Melihat aura kemarahan yang terpancar dari punggung tegap gadis itu membuat mereka enggan mengusiknya. Hingga seekor kelelawar berukuran cukup besar datang dengan membawa sebuah surat di mulutnya. Kelelawar itu hingga tepat di telapak tangan Kyana yang mengadah, menyambut kedatangan kelelawar tersebut.

"Undangan makan malam rupanya," gumamnya pelan.

Membaca surat undangan itu membuat tubuhnya sedikit rileks. Setelah menimang-nimangnya, akhirnya Kyana memutuskan untuk menghadirinya. Terlebih yang mengundangnya adalah Queem langsung. Dia tidak mau mengecewakan adik kecilnya itu.

"Katakan kepadanya bahwa aku akan datang," ucap Kyana kepada kelelawar yang masih setia di telapak tangannya. Setelah mendapatkan balasan dari Kyana, kelelawar itu kembali terbang menuju ke tempat asalnya–Kerajaan Vampir.

"Persiapkan diri kalian. Nanti malam kita akan berkunjung ke Kerajaan Vampir," titah Kyana kepada kedua pengawalnya.

Orxphulus dan Archeros dengan segera menuju ke kamar mereka masing-masing. Mempersiapkan diri mereka. Meninggalkan Kyana yang termenung di ruang aula. Dia tahu bahwa kedatangannya dan kedua pengawalnya nanti tidak akan disambut ramah oleh bibinya.

***

Malam hari datang dengan begitu cepat. Kyana menatap kosong rembulan yang kini memancarkan sinarnya dengan begitu indah di langit malam. Setelah mengembuskan napas, gadis itu memilih untuk segera keluar dari kamar. Tepat saat pintu kamarnya terbuka, Orxphulus dan Archeros langsung membungkuk hormat menyambut kedatangannya. Rupanya dua pengawalnya itu telah menunggunya sejak tadi.

"Kita berangkat sekarang."

Ketiganya terbang melintasi langit malam dengan Kyana yang menjadi pemimpin perjalanan. Tatapan gadis itu mengarah pada hutan yang berada di bawahnya. Hutan lebat itu terlihat sunyi, membuatnya terlihat seperti tidak memiliki kehidupan sama sekali. Padahal, di hutan itulah banyak para monster tinggal. Tetapi sekarang, keadaan telah berbeda. Para monster tertidur dalam kurung waktu yang tidak bisa diprediksikan. Melihat itu membuat Kyana menghela napas panjang. Wilayahnya semakin terlihat sepi dan mati.

Jika begini, apa gunanya dia hidup? Apa gunanya gelar ratu atau tuan putri yang terpajang di depan namanya? Dunia seakan-akan tengah menertawakannya yang terjebak di dalam kondisi yang begitu miris seperti ini. Seakan-akan gelar yang tersemat dalam namanya hanyalah sebuah cemooh untuknya sadar bahwa dia bukanlah siapa-siapa di dunia ini.

"Ya Mulia, Kerajaan Vampir sudah terlihat." Suara Archeros membuat kesadaran Kyana kembali. Gadis itu mengangkat wajahnya, benar saja pucuk menara istana terlihat di depan sana.

Membuatnya memelankan laju kepakan sayapnya, sebelum akhirnya dia mendarat tepat di depan gerbang istana. Tanpa mau berlama-lama, langsung dia keluarkan surat undangan resmi yang ditulis langsung oleh Queem, membuat prajurit penjaga dengan segera membukakan pintu gerbang untuknya. Sebenarnya, dia bisa saja mendarat langsung di halaman istana hanya saja dia masih memiliki adab untuk itu.

"Kenapa Yang Mulia Ratu Kegelapan datang kemari? Kedatangannya bisa saja menyulut amarah ratu."

"Benar, sudah dipastikan acara makan malam kali ini akan hancur. Ditambah lagi ada Pangeran Nathan."

Kyana menajamkan indera pendengarannya. Mendengar nama Pangeran Nathan disebut-sebut oleh beberapa pelayan istana, membuat rahang Kyana mengeras. Dia tidak percaya bahwa pangeran itu juga akan diundang untuk makan malam. Apa karena itulah Queem mengundangnya?

"Aku hanya berharap semoga tidak terjadi kegaduhan malam ini."

"Aku juga berharap begitu. Aku takut Yang Mulia Ratu Kegelapan akan mengamuk dan menyulut amarah ratu untuk memulai peperangan lagi."

"Kita berdoa saja semoga Yang Mulia Kegelapan bisa berbaik hati atau setidaknya menahan amarahnya kali ini."

Kyana menarik ujung bibirnya. Berbaik hati katanya? Itu terdengar konyol di telinga Kyana. Sejak kapan ada kata ampun dalam rumus hidupnya selama ini?

Langkahnya dengan kedua pengawal rupanya berhasil menarik perhatian orang-orang yang telah duduk di meja makan. Gelak tawa yang semula terdengar seketika lenyap tergantikan dengan keheningan. Kyana mengulas senyum miring ke arah Pangeran Nathan yang terlihat tidak menyukai kehadirannya. Begitu pula dengan sang Ratu Vampir. Hanya Queem yang terlihat tersenyum senang menyambut kedatangannya.

"Siapa yang mengundang gadis itu kemari?" Pertanyaan sang ratu vampir membuat atmosfer semakin rendah.

"Saya, Yang Mulia Ratu." Ditambah lagi akan jawaban jujur dari Queem. Membuat sang ratu terlihat menatap nyalang putri satu-satunya itu.

"Untuk apa kau mengundangnya, Putri Mahkota?"

"Saya pikir kakak juga harus ikut serta mengenai perencanaan pertunangan saya, Ratu."

Brakk!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KAUM TERAKHIR   109. End

    109. End"Oh lihat siapa tamu tak diundang yang datang."Kyana menatap tajam pria berjubah hitam yang kini wajahnya telah terpampang jelas karena tudung jubahnya yang berhasil terlepas. Gadis itu tampak terlihat santai, sepertinya gadis itu telah memprediksikan hal ini akan terjadi. Berbeda dengan Kyana yang telah memprediksikan hal ini sehingga membuatnya bersikap tenang tanpa lagi merasa terkejut, berbeda dengan Avram yang saat ini berdiam diri memandang terkejut pria yang berdiri di hadapannya. Pria yang sejak tadi dirinya lawan. Pria yang menjadi dalang dari peperangan ini terjadi. Pria yang menjadi musuhnya sendiri."Ayah ...." Kalimat itu akhirnya meluncur di bibir Avram. Memandang pria yang selama ini dia kira telah tiada-meninggalkannya di dunia ini. Tetapi rupanya, kematian sang ayah hanyalah rekayasa semata.Raja Demian mengulas senyum ketika panggilan itu keluar dari bibir putra semata wayangnya. "Kau akhirnya bisa mengingatku hm?" balasnya seraya terkekeh. Mengingat sejak

  • KAUM TERAKHIR   108. Kekalahan Lawan

    108. Kekalahan Lawan Kedatangan gadis itu tentu saja mengejutkan banyak orang terutama pihak musuh. Terlebih ketika kubah ungu yang sejak tadi mencoba dihancurkan dengan mudah runtuh saat gadis itu perlahan mendekat ke area perang. Hanya dengan tekanan aura yang gadis itu bawa, kubah yang sangat mustahil dihancurkan itu melebur tanpa disentuh sama sekali. Sang orc dengan perlahan menurunkan gadis itu ke tanah, membiarkan sang pemimpin asli mereka memimpin mereka kembali. Kyana-gadis itu benar-benar mencolok di tengah-tengah para monster yang berada di belakangnya, siap menjadi pasukan gadis itu. Gadis itu menatap sejenak para pemimpin kaum dan juga kedua kesatria sang suaminya, sebelum melayangkan tatapannya ke arah pihak musuh yang kini tampak mengambil langkah mundur tidak kuat menerima penekanan aura yang gadis itu bawa. Tangan kanannya terulur ke depan, menunjuk pasukan musuh yang tampak gentar karena kehadirannya. Dengan pelan penuh penekanan gadis itu berucap. "Mati." Hanya d

  • KAUM TERAKHIR   107. Kebangkitan

    107. Kebangkitan"Serang mereka!"Semua pemimpin kerajaan dengan sigap berkumpul menjadi satu, bersama dengan dua kesatria sang lord-Chorluois dan Phygeros. Masing-masing dari mereka membuat kubah pelindung, menjaga satu sama lain dengan formasi mereka. Kaum malaikat mendapatkan tugas melindung mereka dari atas, kanan diisi dengan Nathan dan Queem, di sisi kiri dijaga oleh pemimpin kaum fairy dan elf, di belakang dijaga oleh pemimpin kaum demons sedangkan di depan dijaga oleh Phygeros dan Chorlouis. Mereka menjaga pemimpin kaum kurcaci yang saat ini juga terus-menerus memberikan sihir penambah energi untuk mereka.Semua seluruh pasukan mereka berhasil diambil alih oleh para sekumpulan siren yang saat ini tengah tertawa merasa senang sebab kemenangan sebentar lagi mereka dapatkan. Semua pemimpin kini hanya bisa berharap semoga sang lord baik-baik saja sekarang dan bisa menyelamatkan mereka dari pasukan mereka sendiri. Melawan kaum sendiri sama saja akan membuat mereka hancur. Pemimpin

  • KAUM TERAKHIR   106. Siren

    106. SirenBugh!Ekor naga hitam itu menghempaskan tubuh serigala suci yang menggigit punggungnya dengan kuat. Membuat sang serigala terpental dan menghantam salah satu pohon hingga tumbang. Tetapi, seakan tidak merasakan sakit sedikit pun, sang serigala kembali bangkit. Melolong panjang lantass kembali menerjang sang naga yang ukurannya dua kali lipat dari tubuhnya sendiri. Sang naga tampaknya kesal melihat sang serigala masih terus dapat bangkit padahal darah telah menguncur menodai bulu putih sang serigala menjadi berwarna merah. Naga itu meraung, lalu menyemburkan api birunya dari mulutnya. Mengincar sang serigala yang dengan gesit melompat ke sana-kemari menghindari seringannya.Sreet!Rawrrr!Sang naga hitam meraung kuat ketika lehernya mendapatkan serangan berupa cakaran memanjang dan dalam. Membuat darahnya dengan deras seketika menguncur keluar. Dengan segera sang naga mengepakkan sayap besarnya, lantas kembali menyerang sang serigala dari atas. Sang serigala kembali berlari

  • KAUM TERAKHIR   105. Pertempuran Saudara

    105. Pertempuran Saudara"Apa yang terjadi?"Archeros tiba-tiba terdiam di tempatnya dengan wajah yang menunduk, membuat Glo merasa khawatir dengan keadaan pria itu. Perlahan Glo mencoba mendekati Archeros. Menepuk pundak kanan pria itu pelan seraya mencoba melihat wajah Archeros. Takut jika pria itu tiba-tiba jatuh sakit atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan lainnya."Archeros kau baik-baik saja?" tanya Glo sekali lagi.Pria itu tersentak ketika merasakan sesuatu menusuk perutnya dengan kuat dan tajam. Bibirnya terbuka, menahan erangan sakit yang menyiksa perutnya. Tubuhnya terasa limbung jika saja Archeros tidak menahannya. Tetapi sialnya, pria itu menahannya bukan karena untuk membantunya menjaga keseimbang tetapi karena pria itu semakin memperdalam serangan yang dirinya lakukan kepada Glo. Setelah puas dengan apa yang dirinya lakukan, barulah Archeros melepaskannya dengan paksa membuat erangan kesakitan yang sejak tadi Glo tahan keluar tanpa bisa lagi dirinya tahan."Apa yang

  • KAUM TERAKHIR   104. Pengorbanan

    104. PengorbananKedua mata Orxphulus terlihat mulai sayu. Napas pria itu tersenggal-senggal, dengan darah yang mengalir dari wajahnya. Hidung pria itu mengeluarkan cairan merah kental tersebut, menandakan bahwa hidung pria itu mengalami luka yang cukup parah bahkan kemungkinan mengalami keretakkan. Kondisi si pelaku pun tidak sama mengenaskannya. Gaun seksi yang Magistri kenakan bahkan banyak yang sobek dan ternodai darahnya sendiri. Napas wanita itu juga sama halnya dengan yang dialami Orxphulus-memburu. Entah karena energinya yang mulai menipis atau karena amarah yang begitu membuncah ingin menghabisi pria di hadapannya itu. Untuk sejenak keduanya saling pandang satu sama lain. Yang membedakan keadaan keduanya hanyalah seulas senyum kemenangan yang terpancar di wajah Magistri, sedangkan Orxphulus tampak menggelatukkan gigi-giginya mencoba melepaskan diri dari jeratan tali sihir itu.“Tidak kusangka sosok yang selama ini begitu ditakuti dan disegani hanyalah hama kecil yang sekali t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status