Share

5. Salah Jalan

KAUM TERAKHIR

5. Salah Jalan

Kabut hitam seketika memenuhi lantai ruangan. Suhu pun mendingin, dengan bertambahnya kabut itu yang semakin menebal. Semua tatapan kini mengarah tepat ke arah gadis bergaun hitam itu. Tatapan tajamnya membuat siapa saja yang menatapnya seketika menunduk, atau membuang muka. Ada kelebihan tersendiri yang gadis itu miliki dengan tatapannya, membuat mereka langsung menunduk tahluk tidak berani melawan.

"Saya menolak tegas pembasmian ini." Ucapan pelan tetapi penuh penekanan itu membuat para pemimpin kerajaan lainnya semakin menunduk. Walau di dalam hati mereka, rasa kesal serta ingin melawan menggebu. Tetapi, aura dan tatapan tajam itu membuat mereka tidak bisa berkutik.

"Ratu Kyana tolong tenang sebentar. Kita belum mengetahui keputusan dalam masalah ini."

Kepala Kyana tertoleh, menatap ke arah wanita cantik dengan gaun biru kesukaannya. Wajahnya yang cantik dengan surai berwarna pirang itu membuatnya terlihat semakin cantik. Ditambah dengan kulit bersih dan bibir merah muda alaminya. Membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan tergila-gila dengan sosoknya.

Wanita itu tersenyum lembut. Semakin membuat siapa saja yang melihatnya akan terpana. Karenanya sang raja yang berada di sampingnya langsung memeluk erat pinggang pasangannya itu.

"Saya yakin Yang Mulia Lord tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusannya," lanjutnya dengan penuh kelembutan.

Melihat itu membuat Kyana mencoba mengatur emosinya yang sempat tersulut. Perlahan kabut itu berangsur menghilang dan ruangan kembali seperti semula.

"Baiklah, Ratu Dara," jawab Kyana sopan seraya memberikan sedikit penghormatan kepada ratu dari kaum Fairy tersebut.

Setelah dirasa suasana sudah kondusif sang lord yang sejak tadi duduk tenang di singgasananya, kembali berdiri. "Seperti yang telah diatur sebelumnya, para monster diciptakan untuk menjaga ekosistem alam. Dengan kata lain menjaga keseimbangan dunia immortal, tanpa adanya mereka sudah dipastikan beberapa hewan dan tumbuhan yang dilindungi akan punah," ujarnya menjelaskan.

Tatapan sang lord menyapu ke sekitar. Mencoba melihat ekspresi yang ditampilkan para pemimpin kaum lainnya. Kebanyakan dari mereka tampak merenung setelah mendengar penuturannya.

"Karena itu leluhur dari Ratu Kyana–klan kegelapan menciptakan mereka." Tatapan sang lord mengarah kepada gadis yang kini menatap lurus ke depan tanpa menatap sedikit pun ke arahnya. "Walau tidak bisa dipungkiri bahwa penciptaan mereka memiliki dampak negatif bagi kita semua. Banyak kaum yang dirugikan entah dari korban jiwa atau kerusakan wilayah," sambungnya.

Kalimat sang lord membuat seseorang berseru dengan lantang. "Benar! Kalau begitu kita musnahkan saja para monster, Yang Mulia Lord. Kita bisa mencari cara lain untuk menjaga hewan dan tumbuhan langka."

Kyana melirik tidak suka ke arah pemimpin kaum mermaid/mermain yang dengan lantang mengucapkan kalimat itu. Decihan pelan keluar begitu saja dari bibir gadis itu. Walau begitu dia memilih untuk tetap duduk di bangkunya dengan tenang.

Seruan dari pemimpin kaum mermaid/n itu menimbulkan seruan setuju dari beberapa pemimpin kaum lain. Bahkan ada yang menambahi, "Jika kita masih mempertahankan kehadiran para monster itu di dunia ini, bisa saja salah satu atau bahkan semua kaum akan musnah karena ulah mereka, Yang Mulia!"

Ah, itu suara dari pemimpin penyihir. Wanita bertudung kerucut berwarna ungu tua itu memang sepertinya memiliki dendam tersendiri. Terlihat darinya yang tersenyum miring ke arah Kyana yang hanya memutar bola mata jengah melihat kelakuan wanita tua itu.

Suasana rapat saat itu juga semakin memanas. Banyak dari pemimpin kaum yang semakin bertambah, menyetujui adanya pembasmian para monster. Membuat Kyana yang mendengarnya terasa panas. Bahkan kedua tangan gadis itu sudah mengepal kuat. Hanya dari kaum Fairy dan Kurcaci yang masih tidak mempermasalahkan kehadiran para monster.

Sisanya menyetujui adanya pembasmian monster. Termasuk juga kaum vampir yang kini dipimpin oleh bibi tiri Kyana sendiri. Mendapati hal itu membuat Kyana semakin geram, dia tidak percaya bahwa bibinya pun kini tidak lagi mendukungnya. Jika para monster dibasmi lalu apa gunanya dia diangkat sebagai Ratu Kegelapan? Mengingat tidak ada lagi kaum kegelapan yang tersisa di dunia ini. Lalu, apa yang akan dia atur?

"Diam!" Perintah tegas dari suara berat sang lord membuat suara kericuhan yang tercipta seketika hening. Sang lord menghela napas panjang, ditatapnya gadis yang duduk tidak jauh darinya.

"Bagaimana dengan Anda, Ratu Kyana?" tanyanya.

Kyana mendengus. Mau melawan pun rasanya percuma. Kini hampir semua kaum menginginkan pembasmian itu. Sudah dipastikan ucapannya akan ditolak mentah-mentah oleh mereka. Jadi, daripada dia harus berkata panjang-lebar tetapi berujung sia-sia, Kyana memilih jalan satu-satunya yang menurutnya terbaik. Gadis itu bangkit dari duduknya, menatap dingin semua orang yang ada di sana.

"Akan saya buat mereka tertidur." Kyana menjawab datar. Giginya sedikit bergelatuk menahan amarah.

"Tetapi jika kalian gagal menjaga keseimbangan dunia ini, jangan salahkan saya jika mereka kembali terbangun dengan keadaan yang lebih buas daripada sebelumnya."

***

Kyana mengembuskan napas panjang. Kedua tangannya yang semula terangkat ke atas langit perlahan dia turunkan. Penampilannya yang semula formal berangsur berubah menjadi sedia kala. Dia baru saja memberikan perintah mutlak kepada para monster yang tersebar di penjuru dunia immortal. Ditatapnya para pemimpin yang mengelilinginya–saksi akan tindakannya–dengan datar.

"Sudah," lapornya. Wajahnya semakin mengeras ketika melihat senyum miring dan senang dari para pemimpin kaum lainnya.

Dengan langkah tegas dia kembali ke tempat duduknya. Mencoba menekan amarahnya yang semakin bergejolak, ingin segera dikeluarkan. Tetapi karena tidak mau membuat kericuhan, gadis itu akhirnya hanya bisa mendesis kesal.

"Dengan ini, rapat siang ini telah selesai. Anda sekalian dapat kembali ke kerajaan masing-masing, terima kasih atas kehadiran kalian semua."

Suara sang lord membuat para pemimpin sontak berdiri dari tempat duduk mereka masing-masing. Membungkuk, memberi hormat kepada raja dari segala raja itu. Setelah sang lord pergi dari ruangan bersama dua pengawal pribadinya, para pemimpin bergegas pergi ke kerajaan masing-masing. Begitu pula dengan Kyana.

"Baru langkah pertama menuju kehancuranmu, Ratu Kyana."

Suara itu membuat Kyana berdecak pelan. Langkahnya harus berhenti karena salah satu pemimpin kaum yang kini berdiri bersedekap dada, menatapnya remeh. Jubah dan tudung berwarna ungu tua itu menandakan bahwa ia berada dari kaum penyihir.

"Oh ya?" Kyana menaikkan satu alisnya. Setelahnya dia terkekeh kecil seraya menggelengkan kepalanya pelan. Dia melanjutkan kalimatnya, "Akan kutunggu saat itu."

Senyum miring dia terbitkan. Membuat sang lawan bicara kesal, terlihat dari raut wajahnya yang berubah masam. Puas akan tindakannya, Kyana kembali melanjutkan langkahnya. Melewati ratu penyihir itu dengan tenang. Tidak terimindasi oleh tatapan menusuk yang kini dilayangkan sang ratu penyihir ke arahnya.

"Dasar wanita tua bangka," gumam Kyana pelan. Dia kembali mendengus geli mengingat tingkah pemimpin kaum penyihir itu. Sejak awal dia tidak tahu alasan dari wanita penyihir itu tidak menyukainya.

"Sepertinya kau sedang bahagia, hingga tanpa sadar kau salah jalan, Ratu Kyana?"

Mendengar itu membuat Kyana terlonjak pelan. Dengan segera dia mendongakkan wajahnya. Wajahnya seketika memerah tipis, mendapati sosok yang kini berdiri di hadapannya dengan bertelanjang dada.

Shit! Dia salah jalan!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status