Malam harinya Maya memberitahu kepada ayahnya jika besok akan datang tetapi sama bosnya, awalnya Tejo merasa kaget sekaligus heran kenapa seorang bos mau-maunya menemani anaknya pulang ke kampung, namun karena janji Tejo pada temannya itu akhirnya dia mengiyakan saja perkataan Maya. Tak lupa Tejo memberitahu pada Tinah tentang kepulangan Maya beserta bosnya, jadi besok keluarga Maya bisa masak yang enak. "Bu besok Maya mau pulang, tadi sudah kabari bapak," ucap Tejo antusias. "Serius pak? Alhamdulillah akhirnya kita masih bisa bertemu Maya, ibu rindu sekali pak," jawab Tinah terharu dan meneteskan air mata bahagia. "Iya bu bapak pun juga senang sekali apalagi besok teman bapak mau memperkenalkan anak laki-lakinya, eh bu pokoknya besok kita masak besar dan menunya harus enak, bosnya Maya mau ikut katanya," ucap Tejo membuat Tinah kaget. "Loh kok tumben ada bos yang mau mengantarkan pembantunya pulang? Apa jangan-jangan Maya dipecat pak karena bapak memaksanya cuti pulang, jangan-ja
Pagi harinya teman lama Tejo akhirnya datang juga, tak lupa ia membawa anak laki-lakinya yang ingin bertemu dengan Maya. "Assalamu'alaikum.. Jo.. Tejo," panggil Eko-teman lama Tejo. "Waalaikumsalam.. Wah sudah datang rupanya, mari masuk, Ko," jawab Tejo mempersilahkan masuk. "Apa kabar? Maaf ya saya baru bisa main sekarang," tanya Eko basa basi. "Alhamdulillah baik, gimana kabar kalian? Ah gak papa, masih ingat denganku rasanya aku sudah senang kok, ini anakmu? Adit kan?" tanya Tejo memastikan. "Ah jangan ngomong gitu to Jo, kamu tetap kawan baikku, iya ini Adit anakku, masih ingat rupanya kamu Jo," jawab Eko membenarkan. "Ya masih lah, dia kan teman kecilnya anakku Maya mana bisa aku lupa, kamu dulu sering buat Maya nangis kan haha," goda Tejo. "Selamat pagi om, benar saya ini Adit teman kecilnya Maya, hehe iya om habisnya dulu Maya gampang banget nangis," sapa Adit sambil tersenyum malu. "Iya ya kenapa dulu Maya anaknya cengeng, aku pun sampai heran setiap pulang main selalu
Episode ini menceritakan bagaimana Boy, Maya juga Tinah pergi ke pasar tradisional guna menyambut kedatangan teman lama ayahnya. Awal mula yang membuat Boy merasa lebih bersyukur dengan kehidupan yang ia rasakan selama ini. Pagi hari sekali Maya dan Tinah sudah bersiap ingin ke pasar dan keduanya berencana ingin menaiki andong sembari menikmati hawa pagi yang sejuk. Semuanya menjadi buruk karena tiba-tiba saja Boy muncul dan mengatakan jika ingin ikut, awalnya Maya menolak karena ia sudah memiliki pemikiran bagaimana nanti reaksi Boy ketika masuk ke pasar tradisional apalagi di bagian Los ayam, daging dan ikan asin. "Bu jadi kan kita ke pasar?" tanya Maya memastikan. "Jadi May sebentar ya ibu ambil tas dulu," pamit Tinah berlalu ke kamar. "Mau kemana May?" tanya Tejo. "Ke pasar pak mau memasak agak banyak kan kita mau ada tamu," jawab Maya dan Tejo hanya mengangguk saja setelah itu pergi ke sawah. "Maya," panggil Boy setengah berteriak. "Ish ada apa sih masih pagi udah teriak-t
Setelah acara pertemuan dengan kawan lamanya kini kedua orang tua Maya bergegas menuju kamar karena badannya sudah sangat lelah apalagi ibunya yang tadi harus ke pasar dengan seribu drama yang dialami majikan dan anaknya. Begitu juga dengan Maya yang ingin masuk ke kamar namun dicegah oleh Boy. "Ada apa sih pak?" tanya Maya kaget. "Ikut saya," ajak Boy terus menggengam tangan Maya erat. "Mau kemana pak? Aku mau bersih-bersih," protes Maya. "Jangan membantah," gertak Boy dan Maya hanya diam saja. "Handoko antarkan kami, cepat," suruh Boy dengan suara sedikit meninggi. "Si..siap pak," jawab Handoko lalu bergegas melajukan mobil dengan arah yang tidak jelas, setiap kali ditanya Boy hanya meminta lurus dan lurus saja. "Pak," panggil Handoko hati-hati. "Apalagi? Udah saya katakan jalan aja lurus," pekik Boy kesal. "Saya tau pak, tapi.." jawab Handoko terpotong oleh Boy. "Tapi apa? Jangan banyak protes, mau saya potong gajimu selama 6 bulan?" ancam Boy serius. "Aduh jangan pak,"
Pagi harinya Maya sedang menyapu halaman depan sambil bernyanyi, tanpa disadari ada Adit yang sedari tadi memperhatikan Maya. Karena yang diperhatikan tak kunjung sadar juga akhirnya Adit menepuk pelan bahu Maya. "Pagi May," sapa Adit yang mengejutkan Maya. "Oh eh Adit, sejak kapan disini?" tanya Maya. "Daritadi," jawab Adit sambil tersenyum. "Kok aku gak tau?" gumam Maya yang didengar oleh Adit. "Karena kamu sibuk bersenandung," sindir Adit yang membuat Maya tersipu malu. "Jadi kamu dengerin?" tanya Maya malu dan Adit mengangguk saja. "Aduh malunya aku," batin Maya. "Udah selesai nyapunya?" tanya Adit. "Udah nih, kamu pagi-pagi udah datang kesini mau apa?" tanya Maya. "Mau ajak kamu pergi May," ucap Adit. "Ha? Pergi kemana?" tanya Maya kaget. "Ya sekitar sini saja sambil menikmati udara segar di kampung kita, kalau lagi di, kota mana bisa kamu merasakan udara sesegar ini," ucap Adit. "Udara di kota gak sehat, cuaca juga panas untung rumah majikanku pakai AC jadi sejuk,"
"Anda ini ngomong apa sih pak? Muak dengan Adit ya jangan dilimpahkan ke saya dong," protes Maya kesal. "Karena kamu penyebab utama semua ini, kenapa dengan lancang nya kamu menerima perjodohan itu?" tanya Boy mengintimidasi. "Per..perjodohan? Maksudnya apa sih pak? Jangan ngawur deh, udah saya mau keluar aja," protes Maya dan tangannya di cekal oleh Boy hingga dirinya hampir terpeleset, untung saja Boy dengan cekatan menangkap tubuh Maya. "Aduh.. Hampir aja," lirih Maya. "Makanya jangan sok melawan saya, masalah ini belum selesai jadi jawablah pertanyaan saya dengan jujur," gertak Boy. "Saya tidak tau apapun pak, memang saat ini antara saya juga Adit sedang dekat tapi itu hanya teman, lagian kalau pun akhirnya sampai menikah pun juga gak papa dong pak kan kita ini menikah nya hanya setahun saja," ucap Maya dengan entengnya. "Brak.. Berani sekali kamu berbicara semudah itu Maya Syaqilla," ucap Boy penuh penekanan sambil menggebrak dinding kamar. "Memang apa yang salah dari pemb
Pagi hari yang cerah seharusnya menjadi awal yang menyenangkan bagi Boy, namun sayangnya kecerahan sinar pagi menjadi suram karena kehadiran Adit dengan wajah yang membuat Boy kesal. Memang kedua orang tua Maya menyambut baik kedatangan Adit ataupun tamu yang lain, namun tidak bagi Boy.. Baginya kehadiran Adit menjadi penghalang dan juga membuat moodnya buruk. "Kenapa sih dia kalau bertamu pagi sekali? Dasar gak sopan!! Pagi hari itu waktunya orang beraktivitas," gumam Boy yang didengar Maya. "Siapa pak yang bertamu?" tanya Maya membuat Boy kaget. "Bisa gak jangan mengagetkan saya," protes Boy sambil memegangi dadanya. "Ya habisnya bapak ngomong-ngomong sendiri jadi mana tau ada saya daritadi," protes balik Maya. "Ah.. Tuh ada calon pengantinmu datang, pagi hari bukannya beraktivitas malah datang ke rumah orang," sindir Boy kesal. "Calon pengantin? Siapa pak? Adit ya?" tebak Maya dan membuat Boy semakin merasa kesal. "Bisa gak jangan sebut nama dia ketika kita berduaan," prote
Hari ini Maya sudah diajak Boy ke sebuah butik terkenal dan disana Maya dilayani oleh beberapa pelayan yang sudah menanti kehadirannya, terdapat beberapa model pakaian yang sangat cantik dan terlihat mewah, ketika Maya di suruh memilih jujur saja ia merasa kebingungan karena semuanya bagus. Akhirnya Boy meminta pelayan untuk mencoba kan semua pakaian yang sudah disiapkan, kebetulan semua pakaian sangat cocok dipakai oleh Maya apalagi warna kulitnya sangat mendukung dengan pakaian yang ia kenakan. Boy dibuat kagum oleh kecantikan alami istrinya itu, namun segera ia tepis karena tidak mau nantinya Maya narsis. "Pak jadinya yang mana?" tanya Maya bingung. "Semuanya ambil," jawab Boy. "Apa?? Lalu untuk apa pakaian semua ini pak?" tanya Maya kaget. "Salah satu dari pakaian itu nantinya akan kamu pakai nanti malam, kebetulan mamah mengundang kita ke acara anniversary pernikahan mereka," ucap Boy lalu membayar semua pakaian. Setelah tiba di rumah Maya pun disuguhkan dengan berbagai tas