Share

05. Kerja Bagus

Author: j-Taesyaa
last update Last Updated: 2022-12-07 11:03:56

Karena ajakan sang Pangeran untuk bermain sepak bola, di sini lah semua anak bangsawan yang menjadi tamu di pesta ulang tahunnya sekarang, sebuah tanah lapang yang amat luas di belakang hall pesta tadi.

Beruntung, cuaca hari ini sangat baik, matahari bersembunyi malu-malu di balik awan dan angin sepoi-sepoi berembus.

Setelah diperhitungkan, tim pun dibagi menjadi tiga. Tim pertama diketuai Seanne (yang mereka tahu adalah Helio), dan akan melawan tim kedua yang diketuai oleh Altheo. Tim yang menang akan lanjut melawan tim ketiga yang tentu saja diketuai oleh Zekiel.

Seanne dan Altheo maju dan saling berhadapan. Di tengah-tengah keduanya ada seorang pengawal yang akan melempar koin untuk menentukan penguasa bola pertama.

“Angka.” jawab Seanne ketika pengawal itu bertanya sisi koin mana yang ia pilih. Maka, secara otomatis Altheo adalah kebalikannya.

Koin dilempar kemudian ditangkap dengan cepat. Pengawal itu membuka telapak tangannya, sehingga Seanne dan Altheo dapat melihat ... itu angka!

Dan saat pengawal itu berseru untuk memulai permainan, tanpa ragu dan dengan amat cekatan Seanne mengambil bola itu dan menggiringnya pada teman-teman satu timnya.

Permainan semakin seru karena tim lawan tentu saja berusaha untuk merebut bolanya, mereka tak akan membiarkan tim Seanne menang dengan mudah.

“HELIO!”

Namun, tentu saja anak-anak bangsawan itu bukan tandingan Seanne yang begitu sering bermain sepak bola bersama Helio di halaman kediaman Keluarga Fenheir. Dan bisa dibilang, bahkan Seanne lebih jago daripada Helio sendiri. Maka, tak butuh lama baginya untuk menjadi bintang kedua di hari ini.

“HOREEEE!!!” seluruh anggota tim Seanne bersorak, mereka berhambur pada Seanne yang berhasil membobol gawang lawan dengan gerakan mengecohnya.

Di sisi lain, ada seseorang yang mengamati senyum yang merekah lebar itu dengan tatapan datar khas miliknya. ‘Sama. Semuanya persis sama.’

✦ㅤ✦ㅤ✦

Suhu tinggi tubuh Helio sudah mulai turun sejak pagi tadi walaupun tubuhnya masih cukup lemah untuk beraktivitas normal kembali. Setidaknya, Helio sudah merasa lebih baik sampai-sampai ia duduk di bangku taman yang dekat dengan pintu masuk mansion besarnya itu. Tentu saja ia beralasan ingin mencari udara segar, suntuk berada di kamar berhari-hari.

Ia menunggu saudari kembarnya, Seanne.

Pikiran-pikiran buruk tak dapat diusir dari kepalanya. Helio terus mengkhawatirkan Seanne di pesta ulang tahun Zekiel, ia takut penyamaran saudarinya itu ketahuan dan akan mendapat masalah besar.

Jika bukan karena Count Fenheir yang lebih mementingkan hubungan antar bangsawan untuk memperluas relasi──atau apalah itu, Seanne tidak perlu mengorbankan dirinya untuk berubah semirip itu dengan Helio. Tak dipungkiri, Helio merasa bersalah pada kembarannya itu.

Awalnya, Helio memang bersemangat untuk datang ke pesta. Ia berpikir untuk mencari teman yang benar-benar ‘teman’, bukan untuk suatu kepentingan berpolitik di masa depan. Oh, ayo lah, ia hanya anak-anak yang baru menginjak usia 10 tahun. Kenapa ayahnya terlalu terburu-buru, sih? ‘Memang apa yang akan anak-anak usia 10-13 tahun mengerti?’ ia tak memahaminya.

Suara tapak kaki-kaki kuda dan decit roda yang beradu dengan tanah atau sesekali bebatuan itu mengalihkan atensi Helio. Ia langsung bangun dari duduknya dan berlari kecil ke arah kereta kuda itu.

“SEANNE!” panggilnya.

Seanne yang baru saja akan turun dari kereta kuda sontak menoleh padanya. Wajahnya tak menunjukkan raut senang?

‘Apa terjadi sesuatu? Apa Seanne ketahuan? Apa ia mendapat masalah?’ seketika, pikiran-pikiran buruknya menyerbu.

Tapi, matanya memicing begitu kusir membantu Seanne turun bahkan memapahnya untuk berjalan ke masuk ke dalam. “Sea, ada apa denganmu? Kau terluka?”

Seanne meringis saat kakinya mencoba melangkah, “Kakiku ... terkilir.”

Helio membulatkan matanya, “APA? Bagaimana bisa?!”

“Sstt, tenang lah.” desisnya. “Lagipula, kau 'kan masih sakit, kenapa berada di luar?”

“Aku menunggumu.” tanpa menutupinya, Helio menjawab dengan jujur. “Biar kubantu,”

“Tidak perlu, Lio──”

“Kau sudah pulang?”

Seanne hampir saja merotasi matanya malas ketika melihat sosok Count Fenheir yang berdiri di pijakan teratas tangga kini tengah menatapnya. “Seperti yang Ayah lihat,” jawabnya, ia berusaha keras untuk menjaga nada bicaranya.

“Bagaimana pestanya? Apa kau membuat Pangeran Zekiel terkesan dengan Helio?”

Helio membelalak tak percaya. Ia maju selangkah, “Ayah, Sea terluka! Bukan kah seharusnya kita mengobatinya lebih dulu?”

Count Fenheir terdiam sejenak setelah Helio menyelanya. Detik demi detik berlalu, hingga ia menghela napas sambil membuang pandangannya ke arah lain. “Baik lah, segera ke kamarmu. Dokter akan datang memeriksa.”

Seanne tersenyum pada Helio. Bagi Helio, itu cukup untuk menyampaikan ‘terima kasih’.

“Helio, kau juga kembali ke kamarmu. Jangan membuat keadaanmu kembali memburuk. Mungkin, dalam waktu dekat bisa saja ada kunjungan dari ‘teman’.” peringat Count Fenheir.

.

.

/ To be Continue /

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   16. Keluarga Kecil Loeyzen

    ‘Ini ... dimana?’Gelap. Seluruh yang bisa ia lihat hanyalah kegelapan yang hampa. Sama sekali tak ada penerangan meski ia mencoba untuk menengok kesana dan kemari.“UHUK!!”“Akhh, sakit! Sakit sekali, tenggorokanku sangat sakit seperti terbakar.”“Ha ... menyesakkan.”“Pengkhianat!”“Cinta yang besar, dukungan, bahkan nyawa seseorang. Segalanya telah kuberikan.”“Tetapi kau membunuhku, sialan!”“Benci. Aku membencimu!”“Oh, Dewa Yang Agung, tolong biarkan aku membalaskan dendamku pada dia yang telah berkhianat padaku.Suara-suara yang familier itu terdengar lagi dan lagi. Terdengar menyakitkan namun juga penuh amarah.Ah, Altheo akhirnya mengingat siapa pemilik suara itu.Seanne De Fenheir.✦ㅤ✦ㅤ✦“Selamat pagi, Tuan Muda. Apa tidur Anda semalam nyenyak?”Altheo mengerjapkan matanya perlahan, membiasakan matanya yang telah terpejam berjam-jam dengan cahaya.Ia melihat seorang pelayan yang membuka gorden, membiarkan lebih banyak cahaya matahari memasuki kamar dan meneranginya. Pelayan i

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   15. Bertemu Orang Aneh

    Seanne memberikan gigitan terakhirnya pada sebuah manisan berwarna merah muda yang kini menjadi salah satu makanan yang ia sukai. Kemudian ia membersihkan sudut-sudut bibirnya, takut menyisakan remah makanan-makanan yang ia makan.Beberapa anak-anak yang lebih kecil dari mereka berlarian di sekitarnya, membuat Seanne terkejut. Helio dengan sigap menahan tangan kembarannya itu, takut bila Seanne terjatuh.“Hei! Kemari~ jangan kabur kau!”“Ayo kejar aku jika kau mampu~”“Dasar kau! Hahahaha.”“AKH JANGAN MENARIK HIASAN RAMBUTKU!”Mereka saling berkejaran dengan senyum yang lebar. Kemudian, suara omelan para ibu mulai terdengar meneriaki anak-anak mereka agar kembali dan tak pergi terlalu jauh.Seanne mendongak, menatap langit yang semakin menjingga, lalu beralih pada Helio di sisinya yang baru saja menghabiskan kue lembah persik yang dibelinya. “Lio, ayo kita pulang, hari kian sore.”Helio menoleh, lalu matanya menyorot tak rela. “Ya ... baiklah.”Setelah menghabiskan berjam-jam waktu un

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   14. Di Akhir Pekan

    Altheo tersenyum segaris saat ia mendapati sebuah surat yang datang kepadanya hanya satu saja. Tanpa membukanya pun ia sudah tahu, surat balasan siapa dari antara dua orang yang ia kirimi surat beberapa hari lalu.Maka, ia hanya menerimanya, lalu meletakkan surat itu begitu saja di meja. Tak berminat untuk membuka dan membacanya.✦ㅤ✦ㅤ✦“Maaf. Apa aku mengganggumu?” Duchess Wilonia yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja suaminya itu tercengir kecil, nampak cerah sekali, sepertinya ia tengah membendung kesenangan.Duke Hardef tanpa ragu menutup buku catatan keuangan yang sedang diperiksanya itu dan bangkit dari duduknya. Langkahnya membawa ia pada Duchess, tangannya melingkar pada pinggang kecil itu. “Tidak. Tapi, ada apa, Nia? Kau sedang senang?”Semakin lebar lah senyuman Duchess Wilonia. Hardef Loeyzen tak akan berbohong atau menyangkal bahwa senyuman manis itu adalah candu untuknya dari waktu ke waktu. “Aku dengar surat balasan telah dikirimkan dari Keluarga Fenheir.”Duke Hardef

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   13. Surat Darinya

    “Kau tidak akan keberatan untuk berbagi pelajaran denganku, 'kan?”Pertanyaan──ah, itu bukan pertanyaan biasa, melainkan permintaan tersirat yang Seanne utarakan pada Helio.Sudah dikatakan, Seanne itu cerdas dan peka. Ia bukannya tak tahu jika sang ayah, Elcan Fenheir bersikap lebih baik kepada saudara kembarnya, Helio. Bukankah terlalu jelas? Helio mendapatkan segala yang jauh lebih baik darinya.Patriarki? Seanne berpikir begitu.Mulanya, ia tak peduli siapa yang akan ayahnya tunjuk untuk menjadi suksesor Keluarga Fenheir. Mulanya, Seanne mengerti jika anak laki-laki akan diutamakan untuk mendapatkan posisi kepala keluarga dan mewarisi gelar bangsawan. Ya, itu mulanya. Karena entah sejak kapan tepatnya ... Seanne mulai jengkel dan merasa tak senang karena gendernya menjadi poin minus di mata sang ayah.Pernah──tidak, tapi seringkali Seanne berpikir: ‘Bagaimana Ibu akan memperlakukan aku dan Lio?’. Dan tentu saja sampai kapanpun ia tak akan pernah mendapatkan jawabannya.Terhitung s

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   12. Pelajaran ‘Etiket’

    “Jari kelingkingmu, Lady,” Madam Laura menegurnya pelan. Tidak, tapi lagi-lagi Seanne mengulangi kesalahan yang sama.Dengan segera Seanne memperbaiki posisi kelingkingnya itu dan melanjutkan kegiatannya; menuangkan teh. Salah satu ajaran etiket bagi para lady. Teh kemudian mengucur dari mulut teko cantik itu dan mengisi penuh cangkir.Madam Laura tersenyum tipis, Seanne dapat menangkap raut ketidak-puasan di wajahnya. “Lady bisa mengulanginya sekali lagi, mungkin akan sempurna.”Meski enggan, namun Seanne tetap mengangguk dan melakukan pengulangan. Pelajaran etiket bangsawan ini telah dimulai sejak satu jam lalu, Seanne lelah dan muak. Entah kenapa ia seperti tak berbakat dengan hal-hal yang memang seharusnya seorang lady lakukan.“Ah ... bagus!” Madam Laura memuji ketika ia lihat kali ini Seanne menuangkan teh dengan baik, tak mengulang kembali kesalahannya. “Hanya saja jemari Lady seperti masih kaku? Lady bisa terus berlatih.”“Baiklah, Madam.” Seanne menanggapinya.“Kemudian, berik

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   11. Perubahan Altheo

    Pintu dengan ukiran-ukiran corak yang khas itu terbuka, cahaya dari luar menyelinap masuk sepersekian detik sebelum pintu kembali ditutup. Pantulan cahaya rembulan membuat bayangan mengiri langkah anggunnya.Duchess Wilonia baru saja memasuki kamarnya bersama sang suami. Sementara suaminya, Duke Hardef yang sebelumnya memandang langit malam itu membalik diri, menatap sang istri yang telah dibalut gaun tidurnya, kemudian melangkah mendekat.Dua insan yang telah terikat oleh janji suci pernikahan itu bertemu, saling melepaskan rindu dari tatapan teduh keduanya.“Aku merindukanmu, Nia ....” Duke Hardef berucap rendah, seraya ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher Duchess Wilonia.Duchess Wilonia tersenyum, tangannya menggenggam kembali tangan Duke Hardef, merasakan kehangatan dari sana. “Kau baik-baik saja bersama anak kita, 'kan?”“... Mungkin?” Duke Hardef menyahut tak yakin. “Jangan tersinggung, tapi anak kita sepertinya ada sesuatu, dia tak seperti biasanya.”“Melihatnya menangis p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status