Share

05. Kerja Bagus

Karena ajakan sang Pangeran untuk bermain sepak bola, di sini lah semua anak bangsawan yang menjadi tamu di pesta ulang tahunnya sekarang, sebuah tanah lapang yang amat luas di belakang hall pesta tadi.

Beruntung, cuaca hari ini sangat baik, matahari bersembunyi malu-malu di balik awan dan angin sepoi-sepoi berembus.

Setelah diperhitungkan, tim pun dibagi menjadi tiga. Tim pertama diketuai Seanne (yang mereka tahu adalah Helio), dan akan melawan tim kedua yang diketuai oleh Altheo. Tim yang menang akan lanjut melawan tim ketiga yang tentu saja diketuai oleh Zekiel.

Seanne dan Altheo maju dan saling berhadapan. Di tengah-tengah keduanya ada seorang pengawal yang akan melempar koin untuk menentukan penguasa bola pertama.

“Angka.” jawab Seanne ketika pengawal itu bertanya sisi koin mana yang ia pilih. Maka, secara otomatis Altheo adalah kebalikannya.

Koin dilempar kemudian ditangkap dengan cepat. Pengawal itu membuka telapak tangannya, sehingga Seanne dan Altheo dapat melihat ... itu angka!

Dan saat pengawal itu berseru untuk memulai permainan, tanpa ragu dan dengan amat cekatan Seanne mengambil bola itu dan menggiringnya pada teman-teman satu timnya.

Permainan semakin seru karena tim lawan tentu saja berusaha untuk merebut bolanya, mereka tak akan membiarkan tim Seanne menang dengan mudah.

“HELIO!”

Namun, tentu saja anak-anak bangsawan itu bukan tandingan Seanne yang begitu sering bermain sepak bola bersama Helio di halaman kediaman Keluarga Fenheir. Dan bisa dibilang, bahkan Seanne lebih jago daripada Helio sendiri. Maka, tak butuh lama baginya untuk menjadi bintang kedua di hari ini.

“HOREEEE!!!” seluruh anggota tim Seanne bersorak, mereka berhambur pada Seanne yang berhasil membobol gawang lawan dengan gerakan mengecohnya.

Di sisi lain, ada seseorang yang mengamati senyum yang merekah lebar itu dengan tatapan datar khas miliknya. ‘Sama. Semuanya persis sama.’

✦ㅤ✦ㅤ✦

Suhu tinggi tubuh Helio sudah mulai turun sejak pagi tadi walaupun tubuhnya masih cukup lemah untuk beraktivitas normal kembali. Setidaknya, Helio sudah merasa lebih baik sampai-sampai ia duduk di bangku taman yang dekat dengan pintu masuk mansion besarnya itu. Tentu saja ia beralasan ingin mencari udara segar, suntuk berada di kamar berhari-hari.

Ia menunggu saudari kembarnya, Seanne.

Pikiran-pikiran buruk tak dapat diusir dari kepalanya. Helio terus mengkhawatirkan Seanne di pesta ulang tahun Zekiel, ia takut penyamaran saudarinya itu ketahuan dan akan mendapat masalah besar.

Jika bukan karena Count Fenheir yang lebih mementingkan hubungan antar bangsawan untuk memperluas relasi──atau apalah itu, Seanne tidak perlu mengorbankan dirinya untuk berubah semirip itu dengan Helio. Tak dipungkiri, Helio merasa bersalah pada kembarannya itu.

Awalnya, Helio memang bersemangat untuk datang ke pesta. Ia berpikir untuk mencari teman yang benar-benar ‘teman’, bukan untuk suatu kepentingan berpolitik di masa depan. Oh, ayo lah, ia hanya anak-anak yang baru menginjak usia 10 tahun. Kenapa ayahnya terlalu terburu-buru, sih? ‘Memang apa yang akan anak-anak usia 10-13 tahun mengerti?’ ia tak memahaminya.

Suara tapak kaki-kaki kuda dan decit roda yang beradu dengan tanah atau sesekali bebatuan itu mengalihkan atensi Helio. Ia langsung bangun dari duduknya dan berlari kecil ke arah kereta kuda itu.

“SEANNE!” panggilnya.

Seanne yang baru saja akan turun dari kereta kuda sontak menoleh padanya. Wajahnya tak menunjukkan raut senang?

‘Apa terjadi sesuatu? Apa Seanne ketahuan? Apa ia mendapat masalah?’ seketika, pikiran-pikiran buruknya menyerbu.

Tapi, matanya memicing begitu kusir membantu Seanne turun bahkan memapahnya untuk berjalan ke masuk ke dalam. “Sea, ada apa denganmu? Kau terluka?”

Seanne meringis saat kakinya mencoba melangkah, “Kakiku ... terkilir.”

Helio membulatkan matanya, “APA? Bagaimana bisa?!”

“Sstt, tenang lah.” desisnya. “Lagipula, kau 'kan masih sakit, kenapa berada di luar?”

“Aku menunggumu.” tanpa menutupinya, Helio menjawab dengan jujur. “Biar kubantu,”

“Tidak perlu, Lio──”

“Kau sudah pulang?”

Seanne hampir saja merotasi matanya malas ketika melihat sosok Count Fenheir yang berdiri di pijakan teratas tangga kini tengah menatapnya. “Seperti yang Ayah lihat,” jawabnya, ia berusaha keras untuk menjaga nada bicaranya.

“Bagaimana pestanya? Apa kau membuat Pangeran Zekiel terkesan dengan Helio?”

Helio membelalak tak percaya. Ia maju selangkah, “Ayah, Sea terluka! Bukan kah seharusnya kita mengobatinya lebih dulu?”

Count Fenheir terdiam sejenak setelah Helio menyelanya. Detik demi detik berlalu, hingga ia menghela napas sambil membuang pandangannya ke arah lain. “Baik lah, segera ke kamarmu. Dokter akan datang memeriksa.”

Seanne tersenyum pada Helio. Bagi Helio, itu cukup untuk menyampaikan ‘terima kasih’.

“Helio, kau juga kembali ke kamarmu. Jangan membuat keadaanmu kembali memburuk. Mungkin, dalam waktu dekat bisa saja ada kunjungan dari ‘teman’.” peringat Count Fenheir.

.

.

/ To be Continue /

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status