Ravena menegang, meyakinkan dirinya kalau telinganya tidak salah dengar. Pria itu memintanya untuk tidak menyembunyikan diri? Apakah dia sedang bermimpi?
“Kau—tahu siapa aku?” Harvey mengangguk penuh keyakinan.
“Meskipun aku memakai topeng?” Tanyanya memastikan.
“Ya. Maaf karena terlambat mengenalimu.”
“Apa—maksudmu?” Ravena berusaha menenangkan kepalanya yang mulai berisik dan terus menebak-nebak.
“Jangan menghindariku. Tetaplah di sisiku seperti ini, Ravena.”
Ravena nyaris ambruk kalau saja tangan kokoh pria itu tidak segera menangkapnya dan memeluknya lebih erat dari sebelumnya. Dia tidak percaya kalau pada akhirnya penyamarannya akan terbongkar.
Sekarang dirinya tidak dapat lari lagi. Harvey melingkupinya dengan posesif, nampak enggan untuk melepaskannya. Saat musik kembali ke tempo cepat, Ravena mendengar pria itu mengumpat. Harvey hendak mer
Harvey yang merasakan hawa panas tengah melingkupinya, menjawab dengan sentuhan lembut bibirnya di atas bibir gadis itu. Menekannya perlahan, mengisap dan menarik bibir bawah Ravena.Pria itu meletakkan salah satu tangannya di tengkuk Ravena sementara tangan yang lainnya berada di sisi kursi, menopang tubuhnya yang menunduk untuk mencium gadis itu.“Akh!” Ravena mengerang di tengah ciuman mereka, kedua tangannya dengan berani menarik kerah tuxedo Harvey, membuat pria itu nyaris ambruk di atas tubuhnya.Harvey menahan diri, kali ini dia meletakkan salah satu tangannya di sisi kepala Ravena sementara bibir keduanya masih saling membelit dan mengisap satu sama lain.Ravena menduga Harvey Luther menyukai tantangan, dan hal itu merisaukannya. Meskipun kini terbukti nalurinya benar, kalau Harvey sama menginginkannya seperti dia menginginkan pria itu.“Kau boleh melakukan apapun padaku.” Ucap Harvey di tengah ciuma
“Ibuku memberikannya padaku sebelum meninggal, dia bahkan memberinya nama—sirion.” Harvey merasa udara di sekitarnya menipis. Ternyata itu memang sebagian lain dari sirion miliknya. ‘Ibunya? Berarti ratu Leonor yang memberikannya? Dari mana seorang ratu Feyre mendapatkan sirion? Bukankah itu adalah batu pusaka milik keluarga kerajaan Helion?’ Suara-suara itu terus menggema di kepalanya. Harvey tidak berpikir ratu Leonor mencurinya. Jadi dia memutuskan akan mencari tahu nanti. ‘Sepertinya pertemuan kita memang bukan sebuah kebetulan.’ Batinnya lagi. “Kau tidur?” Harvey mendapati gadis itu terlelap dalam pelukannya. Napasnya pelan teratur, Harvey bisa merasakan hembusannya di tangannya. “Tidurlah yang nyenyak, sayangku.” Harvey mengecup pucuk kepala Ravena sekali lagi sebelum dirinya ikut terlelap. “Ternyata tidurmu memang setenang ini. Bodohnya saat itu aku mengira kau sudah mati.” Harvey menyeringai, menertawai
“Apa-apaan ini?” Harvey menaikan sebelah alisnya, masih menatap Ravena otomatis menggeleng dan menatap bingung padanya. “Kau jangan gila Athens!” Suara permaisuri Camilia kembali terdengar, dia bahkan langsung berdiri dari kursinya. “Sepertinya kau salah paham. Wanita ini milikku.” Harvey meraih lengan Ravena dan membawanya ke sisinya. “Cih, sejak kapan kau tertarik dengan seorang wanita?” Athens bertanya dengan nada mengejek, mengabaikan ayah dan ibunya yang masih berada di sana. “Aku yakin kau tidak akan sanggup menerima wanita yang sudah pernah tidur dengan saudara tirimu.” Harvey menarik sudut bibirnya. Tidak hanya Athens. Ravena, bahkan semua orang yang ada di sana juga terkejut mendengar pengakuan Harvey. “Kau—apa yang kau bicarakan?” Athens mulai diserang kepanikan, dia tidak tahu kalau Elsa ternyata memiliki hubungan sedekat itu dengan saudara tirinya. “Di malam pesta ulang tahun ayah. Apa kalian lupa d
“Ada apa?” Tiba-tiba, Harvey menarik tubuhnya menjauhi Ravena—lagi dan duduk di ujung ranjang. Tangannya mengusap wajah dengan gusar.Ravena merasa canggung dengan situasi seperti ini, dia menggaruk lehernya yang tidak gatal, lalu memilih duduk di atas ranjang.“Aku tidak bisa melakukannya.” Ucapan pria itu terdengar seperti petir yang baru saja menyambarnya.“Kenapa?” Ravena merutuki pertanyaannya, mungkin Harvey akan benar-benar menganggapnya jalang setelah ini.“Maksudku, apa karena kita sudah pernah melakukannya sebelum ini? Jadi kau merasa aku sudah tidak menarik lagi?” Harvey menahan senyum mendengar ucapan wanita itu, Ravena benar-benar polos.Namun di sisi dirinya yang lain, dia bisa menjadi sangat—panas.“Tidak. Aku hanya tidak bisa melakukannya. Bukan karena kau tidak menarik, kau sangat menarik sampai membuatku harus setengah mati menahan diri.&rdqu
“Lihat, kalian tidak akan bisa saling membunuh tanpa menyakitiku.” Harvey dan Athens menarik pedangnya bersamaan, lalu menjatuhkannya di sisi masing-masing.“Aku tidak akan melepaskanmu, Elsa. Karena aku yakin, perasaanku jauh lebih besar dari pada si brengsek ini.”‘Dan juga, kau adalah alat yang bisa kugunakan untuk menjadi putra mahkota Helion.’ Lanjutnya dalam hati.“Selama aku masih hidup, itu tidak akan pernah terjadi. Satu hal lagi, namanya Ravena, bukan Elsa. Dan dia adalah calon istriku.” Harvey berhasil menyerang psikologis Athens dengan ucapannya.Terlebih suaranya terdengar sangat meyakinkan, pria itu menyeringai melihat Athens yang tampak kebingungan. Seperti anak bebek yang kehilangan induknya.“Tidak mungkin. Tidak mungkin secepat itu.” Athens menatap Ravena, menuntut penjelasan. Namun gadis itu hanya diam, tidak memberikan apa yang diinginkan Athens.
“Ada apa?” Ravena berlutut untuk mengambil kertas itu, lalu membacanya.“Kau tidak akan menanggapinya, kan?” Tanya Ravena, mempersiapkan diri untuk mendengar keputusan Harvey.“Tentu saja aku harus. Athens sudah mengumumkan perang denganku. Bisa kupastikan dia juga pasti telah menyebarkannya di seluruh penjuru Helion. Bagaimana aku bisa mengabaikannya.” Ucap pria itu tenang, sama sekali tidak ada emosi di wajahnya.“Aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu.”“Aku pasti akan memenangkannya.”“Harvey. Aku percaya padamu, tapi tidak dengan Athens. Kita sama-sama tahu pria itu bisa melakukan apapun. Lagi pula, semua ini adalah salahku. Kau tidak harus menanggungnya untukku.”“Kenapa kau berpikir begitu?”“Kalau sedari awal aku tidak melibatkan diri dengan Athens, dia mungkin—““Aku memang merebutmu darinya. San
“Lihat? Baru setengah dari kekuatanku saja, kau sudah nyaris mati seperti ini. Kau bisa menebaknya sendiri apa yang akan terjadi kalau aku meledakkan semuanya?” Athens terbatuk sembari mengeluarkan lebih banyak lagi darah segar dari mulut dan hidungnya.“Dengar, aku tidak akan mengampunimu kalau sesuatu terjadi padanya.” Ucap Harvey terakhir kali sebelum pergi meninggalkan Athens seorang diri di tengah lapangan dalam keadaan terluka cukup parah.“Uhuk! Uhuk! Brengsek! Athens meninju tanah di bawahnya sebelum akhirnya tumbang tak sadarkan diri.***Di waktu yang bersamaan…“Nona, kau harus tenang dan percaya kalau pangeran Harvey pasti memenangkan pertarungan.”“Aku percaya padanya, Naomi. Tapi entah kenapa, dari tadi perasaanku tidak enak.”“Mungkin karena kau terlalu mengkhawatirkannya.” Naomi mencoba tersenyum untuk membuat Ravena tena
“Apa yang terjadi?” Ravena menyentuhkan tangannya pada sesuatu yang tak kasat mata—pelindungnya. Samar-samar Ravena mendengar suara langkah kaki lain mendekat dengan cepat. Tak lama setelahnya, seluruh gua dibanjiri cahaya dan terdengar suara teriakan dan tembakan. “Ravena? Ravena!” Suara Harvey terdengar serak dan putus asa, emosi di dalam suara pria itu terasa meremas hati Ravena, dan dia tahu dia harus menenangkan tunangannya. Ravena menghambur ke dalam pelukan Harvey, dia bersyukur karena pria itu datang tepat waktu. “Syukurlah, kau datang.” Lirihnya yang nyaris tidak terdengar. “Maafkan aku karena terlambat datang.” “Aku takut sekali.” Ravena semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang pria itu. “Kau sudah aman sekarang. Apa kau terluka? Apa mereka menyakitimu?” Harvey melepas pelukannya, meletakkan kedua tangannya di sisi kepala Ravena, matanya menelusuri tubuh gadis itu dari atas hingga ba