Sementara itu, Sagara Byakta tampak gundah mendengar apa yang terjadi di luar lewat jendela. Paham jika di luar sana ada pertempuran sengit tanda bahwa kapal memang sedang tidak baik-baik saja.
"Ada mayat mengambang?" keluh Sagara Byakta yang melihat ada mayat terapung di lautan persis di bawah jendela. Jelas bahwa itu adalah pertanda tidak baik dengan situasi yang ada di tempat tersebut, mengingat dia mengenal mayat tersebut, salah satu awak kapal.
"Kenapa aku harus terkurung di sini?" keluh Sagara Byakta tampak kesal. Sambil memegang kitab yang sama sekali tidak dimengertinya, dia terus mondar mandir mencoba memahami kitab apa yang ada padanya sekarang ini.
"Sial, kenapa aku harus di sekap di tempat ini pula!" bentak Sagara yang kesal tidak bisa membuka pintu yang terbuat dari baja tersebut.
Ruangan tersebut memang sangat aman, tidak ada yang bisa masuk dan membobol tempat tersebut. Sehingga orang yang ada di dalam juga sangat sulit keluar dari tempat tersebut, selain aman dapat menyebabkan dirinya mati karena tidak bisa keluar jika kapal tenggelam.
"Aku harus keluar dari tempat ini, tidak mungkin berdiam diri. Tidak mungkin hidup berlari lagi!"
Setelah berusaha agar keluar dari tempat tersebut dengan mencari jalan lain yang mungkin bisa dibobol. Pada akhirnya baru sadar jika ada jalan keluar yaitu jendela yang menjorok ke Laut. Meskipun lubang itu sangat kecil dan sulit seorang manusia bisa keluar dari tempat tersebut.
"Aku hanya tengkorak berjalan, lubang sebesar ini bisa dimasuki!" ucap Sagara yang langsung nekat akan menceburkan diri ke laut.
BYARR!
Pada akhirnya Sagara malah terjun ke lautan karena tak bisa menahan energi besar dari tubuhnya. Sehingga dia berusaha meraih tali agar bisa naik ke dek kapal, dimana sumber suara pertarungan datang.
Sagara tampak semakin kaget dengan adanya Kapal besar yang meninggalkan Kapal Bajak Laut Bendera Darah. Jelas membuat Sagara dengan sekuat tenaga meraih tali agar sampai ke dek kapal, meskipun jelas tubuhnya tidak sekuat dulu.
Namun alangkah terkejutnya ketika Sagara melihat apa yang terjadi, dimana puluhan mayat bergelimpangan. Dimana ada Zhang Hao dan Mei Liang yang sedang disandera oleh seorang.
"Ratu?" keluh Sagara yang melihat perempuan tersebut tergeletak bersimbah darah. Entah apa yang terjadi, apakah pingsan atau tewas. Satu hal yang pasti bahwa Ratu Bajak Laut sudah kalah dalam pertarungan melawan musuhnya, Sagara Byakta tahu bahwa orang yang telah mengalahkan Bajak Laut sudah naik ke Kapal Kekaisaran Han Zhou.
"Feng Go, kapal ini aku serahkan padamu. Aku tunggu di Pelabuhan dengan membawa mereka untuk menghadapi tiang gantungan!" ucap Jiang Yi sambil melambaikan tangan kepada Si Pengkhianat di Kapal, Feng Go.
"Jadi kau yang membuat Kapal ini bersimbah darah?!" bentak Sagara yang tidak terima dengan apa yang terjadi pada semua yang ada di tempat tersebut. Meskipun dia lima tahun menjadi sandera, namun melihat hal tersebut dia tak tinggal diam. Terlebih ketika tahu orang yang melakukannya adalah Feng Go, orang yang paling dibencinya.
"Ternyata masih ada orang yang masih hidup di kapal ini, kacung tangan jerongkong!" bentak Feng Go yang kesal ternyata Sagara masih hidup.
"Tangkap dia!"
Beberapa orang yang juga berkhianat bersama Feng Go langsung mendekati Sagara untuk membuat perhitungan. Semua memang tak menyukai Sagara yang dianggap makhluk menjijikkan, sehingga pantas dilenyapkan.
BRUK!
Sagara Byakta terpental ketika menerima tendangan yang muncul secara tiba-tiba, jelas membuat dia hanya bisa mengeluh. Tubuhnya harus membentur lantai kapal hingga ambruk, tubuhnya terlalu lemah untuk menerima serangan.
Mei Liang hanya bisa menutup mata melihat apa yang terjadi pada Sagara, tahu jika dia akan tewas dalam keadaan mengenaskan.
"Aku sebenarnya tak ingin bertarung!" keluh Sagara pada dirinya sendiri. "Tetapi aku tak akan membiarkan mereka membunuhku!"
Setelah bicara Sagara bak kesetanan menggunakan segala kemampuannya untuk memukul lawannya. Bahkan lawannya yang memakai senjata dibuat tak berdaya oleh kemampuan yang dimiliki oleh Sagara. Meskipun dia tanpa kekuatan apapun, seperti orang yang tidak pernah belajar kanuragan, menyerang secara ngasal dan tidak terstruktur. Pemuda itu tak bisa bertarung padahal memiliki kekuatan mengerikan di dalam dirinya. Namun ada satu hal aneh ketika lambat laun kekuatan Sagara seperti kembali akibat gerakan silat yang diajarkan ayahnya dulu.
BRAKK!
Semua orang yang diperintahkan oleh Feng Go langsung ambruk tak sadarkan diri, tak menyisakan satupun. Jelas membuat Feng Go terkejut bukan main dengan apa yang terjadi di depannya.
"Ternyata kau punya kekuatan simpanan juga, Kacung kurang ajar!" bentak Feng Go yang langsung membuka pedang dari sarungnya. Langsung menyerang Sagara yang sama sekali tidak menggunakan senjata, cenderung menggunakan tangannya yang hanya tulang belulang tersebut.
Hasilnya membuat Sagara hanya bisa mengelak dan membiarkan beberapa wadah air hancur oleh pedang Feng Go. Jelas membuat Sagara hanya menunggu waktu hingga akhirnya terkena sabetan pedang oleh lawannya.
KRASS!
BRUK!
Sagara ambruk ketika mencoba menghindari serangan dari pedang lawannya yang terkena dadanya. Alhasil dia sudah hanya bisa mengeluh ketika dirinya ingin mencoba untuk berdiri kembali.
"Saga, ambil ini!" tiba-tiba ada suara wanita yang dikenal oleh seluruh orang yang di kapal.
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa