Dimana dia melemparkan Pedang Tengkorak tepat di hadapan Sagara yang sudah dalam posisi setengah berdiri. Entah keajaiban apa yang terjadi ketika Pedang itu langsung sampai ke tangan Sagara.
"Apa yang kau tunggu?"
"Cepat habisi Pengkhianat itu!"
Sagara Byakta lalu melihat tubuh lemah seorang wanita yang terduduk dengan luka di dada yang menganga. Dimana seluruh tubuhnya telah bersimbah darah tanda lukanya sangat parah.
"Ratu?" keluh Sagara yang melihat kondisi dari pimpinan Bajak Laut Bendera Darah tersebut. Diikuti oleh suara Mei Ling dan Zhang Hao yang hanya bisa mengeluh melihat apa yang terjadi.
Kedua orang tersebut juga harus pasrah karena akan mati juga di tiang gantungan bersama kepala Sang Ratu. Jelas hampir tidak ada kesempatan untuk mereka bisa selamat dari kejadian tersebut.
Semua orang tak mungkin berharap kepada Sagara yang merupakan orang lemah dan seorang musuh. Meskipun pemuda itu justru malah mau membantu untuk menyelamatkan orang yang tersisa. Jelas bahwa ada sesuatu yang tidak beres, ketika pengkhianat melawan musuh yang berkhianat.
"Kau bisa apa dengan memakai Pedang Tengkorak itu?" ucap Feng Go dengan tatapan merendahkan. "Lebih baik kau berikan padaku sebelum diakhiri hidupmu!"
Feng Go tampak terkejut dengan apa yang terjadi pada Sagara yang diberikan Pedang Tengkorak. Sebuah senjata yang menjadi bukti bahwa dia adalah Pimpinan Bajak Laut Bendera Darah.
Namun tampaknya Sagara Byakta hanya diam saja ketika menerima Pedang Tengkorak tersebut. Pedang dengan gagang yang sangat mengerikan itu hanya diam saja, tak digerakkan oleh Sagara yang baru saja terluka dalam.
"Apa kau mampu memakai Pedang Tengkorak itu?" bentak Feng Go yang diberi tugas oleh Panglima Angkatan Laut Kekaisaran Han Zhou. Dimana kapal beserta orang tersisa akan diserahkan kepada Kekaisaran karena mereka adalah buronan.
"Tidak, apa kau menginginkannya?" tanya Sagara yang malah menyilangkan senjata tersebut.
"Kau meremehkan diriku, kacung kurang ajar!"
Setelah bicara, Feng Go langsung menyerang menggunakan senjata miliknya, bernafsu mengalahkan lawannya. Selain itu ingin merebut senjata sakti yang kini dipegang oleh Sagara, juga mempunyai dendam kepada si pemuda.
Tak ada orang yang tidak ingin Pedang Tengkorak, salah satu senjata paling mengerikan. Dimana Pedang itu dikeluarkan maka akan ada nyawa yang harus dipersembahkan.
Namun sebuah keanehan luar biasa terjadi ketika Feng Go tidak berhasil mengenai Sagara. Sosok yang menjadi lawannya justru seperti bayangan samar yang tidak ditembus oleh lelaki dengan jenggot panjang tersebut.
"Apa yang terjadi?" keluh Feng Go tampak kesal.
"Pedang Tengkorak telah memilih tuannya yang baru! Hahaha." ucap Sang Ratu Bajak Laut yang ternyata malah tertawa melihat apa yang terjadi. Wanita itu tampak senang meskipun dirinya sudah terluka sangat parah.
"Aku tidak percaya itu. Mana mungkin sandera lemah itu lebih kuat dariku!?"
Feng Go tampaknya sudah dikuasai hawa nafsu untuk menyerang Sagara yang mau tak mau harus melawan. Paham jika dia tak bisa lari lagi dengan situasi yang terjadi saat ini, mencoba menggunakan kemampuan menggunakan pedang yang dipelajarinya ketika kecil.
TRANG!
BRUK!
Sebuah hantaman keras ketika dua pedang beradu sangat keras, membuat percikan api disertai dentuman keras. Hingga membuat kedua orang yang menjadi pemegang pedang terlempar sangat jauh.
Sagara harus terlempar di dekat Zhang Hao dan Mei Ling dalam keadaan diborgol. Tepat mengenai tiang pancang dimana Bendera Darah berkibar di atasnya.
Sedangkan Feng Go mengenai tumpukan wadah kayu berisi air hingga hancur berantakan. Lelaki tinggi kekar tersebut hanya bisa mengeluh ketika ada darah segar yang keluar dari mulutnya. Pertanda jika dia terluka parah ketika menghadapi Pedang Tengkorak yang dipakai oleh Sagara.
"Aku tak akan kalah oleh kacung tangan jerangkong sepertimu!" bentak Feng Go sambil menyuruh beberapa anak buahnya yang masih bisa berdiri untuk menyerang Sagara. Jelas membuat bahaya mengintai Sagara yang kondisinya sudah terluka cukup parah.
KRAS!
Namun Sagara Byakta justru membuka ikatan dari Zhang Hao dan Mei Ling dengan menggunakan Pedang Tengkorak. Paham jika dirinya sendiri tak akan mampu menghadapi orang yang ada di depannya sekarang.
"Biar kami saja yang menyerang mereka!" ucap Zhang Hao yang menyadari bahwa Sagara tak memiliki kemampuan apa-apa untuk bertarung. Begitu juga Mei Ling yang langsung mengambil pedang yang tergeletak di lantai.
Sagara hanya diam saja tanpa banyak bicara, dia masih bingung apa yang harus dilakukannya. Sebenarnya dia memiliki sedikit kemampuan, namun ragu akan digunakan atau tidak.
"Berikan Pedang Tengkorak padaku, Aku yang semestinya menjadi Pimpinan Bajak Laut Bendera Darah!" bentak Zhang Hao dengan nada sedikit congkak dengan menadahkan tangan tanda meminta senjata yang dipegang oleh Sagara.
Tanpa bicara, Sagara memberikan Pedang Tengkorak kepada salah satu pimpinan Bajak Laut Bendera Darah. Pemuda congkak itu seorang yang menduduki jabatan sebagai penanggung jawab atas semua anggota. Meskipun terlihat songong dia tidak sampai seperti Feng Go yang main fisik kepada Sagara.
BRUK!
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa
Tuan Putri itu akhirnya mengambil beberapa harta, lalu memasukkan ke dalam kain hitam. Setelah itu membiarkan harta sisa yang jumlahnya masih sangat banyak."Ini kamu ambil saja, untukmu secukupnya. Sedangkan sisanya kau bagikan ke rakyat kecil yang ada di Negeri Perak ini," ucap Tuan Putri Dara Murti. Meskipun punya niat baik dia tak punya niatan untuk mengembalikan harta ke Negeri Perak.Perempuan itu paham jika rakyat Negeri Perak memang sedang kesulitan sehingga membutuhkan uluran tangan. Hal itu terjadi akibat ulah para pejabat mereka yang terkenal tamak. Pajak yang dari masyarakat kadang tidak sampai ke pusat dengan tarif yang cukup mahal."Terima kasih, saya berjanji tidak akan merampok lagi," ucap pimpinan begal tersebut."Itu terserah kau, namu
Setelah itu para begal terkejut dengan kedatangan dua orang pemuda yang kini berada di belakang si gadis. Keduanya tampak tersenyum kepada gadis yang akan ditolongnya tersebut."Kalian? Kenapa bisa ke sini?" ucap gadis berpakaian hijau corak tersebut. "Sagara, dari mana saja?" tanya gadis itu lagi yang jelas adalah orang yang dikenalnya."Simpan saja pertanyaan itu Tuan Putri, nanti kami Jawab," ucap pemuda yang tak lain Sagara yang sedang berada di samping kanan sang gadis yang ternyata adakah Tuan Putri Dara Murti."Lebih baik kita cepat selesaikan pertarungan, lalu kita pergi dari sini!" seru pemuda satunya yang tak lain Randu Pandega, dia berada di samping kiri Tuan Putri.Lalu menatap lawan dengan posisi waspada. Ketiganya saling membelakangi
“Tentu saja, aku berjanji,” ucap Randu Pandega. “Lagi pula kita bisa bekerja mengungkap tabir di Negeri Perak, kan?”Mendengar hal itu, Sagara kemudian menatap Randu Pandega ternyata tersenyum kepadanya. Tak ada salahnya jika dilakukan bersama, apalagi mereka adalah sahabat sedari kecil. Meskipun Sagara selalu menjadi korban ejekan dari Randu Pandega karena menjadi anak yang sangat lemah.“Sepakat?” tanya Sagara.“Sepakat!”Keduanya lalu bersalaman, pertanda mereka sudah baikkan. Keduanya memang saling segan sehingga timbul prasangka yang tidak baik. Kini semua sudah beres ketika keduanya berani jujur.“Aduh, aku melupakan sesuatu?” keluh Sagara yan