Share

KENDLEYRA - ARDIKA

Seorang cowok yang mempunyai tinggi badan lebih dari 175 cm dengan atasan kemeja putih serta bawahan celana mocca tengah melangkahkan kaki panjangnya dengan santai menyusuri koridor.

Penampilan cowok itu cukup rapi dengan rambut yang tidak acak-acakan, dasi yang melingkar rapi di lehernya dan sebuah jam tangan yang bertengger rapi di tangan kanannya.

Orang itu mengukirkan senyumannya sepintas saat banyak para siswi yang memperhatikan dirinya dengan cukup serius, memberikan sebuah senyuman, bahkan menyapanya.

Dirinya hanya menghargai mereka, tanpa mengucapkan kata apa pun, karena dirinya malas untuk berkomunikasi dengan banyak orang.

Seorang perempuan yang sekarang tengah duduk dengan kepala yang tertunduk sebab dirinya tengah memperhatikan rumput Taman ini berhasil menarik perhatian cowok itu. Cowok itu berdiri sambil diam memperhatikan gadis itu beberapa saat.

Setelah beberapa saat memperhatikan perempuan itu, akhirnya cowok itu kembali melangkahkan kakinya ke arah di mana gadis itu berada.

Sepanjang dia melangkahkan kakinya dan bertemu dengan beberapa pasang mata, banyak dari mereka yang memperhatikan dirinya.

Penampilan cowok itu enak untuk dipandang, sehingga tidak heran jika banyak yang memperhatikan dirinya.

Cowok itu cukup famous di SMA Mekar Bangsa ini, tapi dirinya tidak masuk ke dalam kategori cowok bad boy di SMA ini. Dirinya lebih ke arah famous dan juga good boy.

Siapa cowok itu?

Cowok yang mempunyai penampilan cukup rapi, banyak diperhatikan oleh banyak siswi yang memperhatikan, salah satu siswa famous yang memiliki karakter layaknya good boy, itu bernama Ardika. Lebih panjangnya Ardika Stevano.

Ardika menghentikan langkahnya di tempat di mana perempuan itu berada. Ardika memperhatikan perempuan yang sekarang tengah menatap lurus ke depan dengan tatapan yang terlihat kosong.

“Hei, kenapa bengong?” tanya Ardika setelah beberapa saat perempuan itu tidak menyadari keberadaannya.

Perempuan itu baru tersadar dari bengongnya saat dia mendengar suara yang tidak asing di pendengarannya. “Kak Dika, ngagetin aja.”

Leyvira memang sedang terbengong. Jadi, pada saat Ardika berucap, maka Leyvira merasakan yang namanya kaget, padahal semula Ardika hanya bertanya dengan nada yang terdengar cukup santai.

Leyvira memanggil Ardika dengan sebutan ‘Kak’ sebab Ardika memang satu tingkat lebih tinggi darinya. Ardika sudah kelas XII, sedangkan Leyvira masih duduk di bangku kelas XI sekarang.

“Lagi bengong?” tanya Ardika.

Semula Ardika memang melihat kalau Leyvira sedang bengong, tapi pada saat mengetahui kalau Leyvira merasa kaget, maka dirinya semakin yakin kalau Leyvira sedang bengong.

Leyvira menarik napasnya dengan cukup dalam. “Hm. Bingung tahu Kak,” ujar Leyvira. Alasan yang membuat Leyvira terbengong sekarang sebab dirinya merasakan yang namanya bingung.

“Kenapa lagi?” tanya Ardika. Ardika yakin kalau ada sesuatu hal yang sudah terjadi, makanya Ardika menanyakan kenapa lagi, karena Ardika tahu kalau Leyvira sering banyak masalah.

“Biasa,” jawab Leyvira dengan nada yang cukup enteng.

Terdengar cukup enteng saat Leyvira berucap, tapi terasa begitu berat saat Leyvira harus menjalani semua hal ini. Leyvira bahkan mampu mengukirkan sebuah senyumannya.

Senyuman yang Leyvira ukirkan hanya untuk membuat dirinya terlihat baik-baik dan seolah terbiasa dengan kehidupannya yang seperti ini.

“Ada masalah?” tanya Ardika.

Dalam pertanyaan ini sebenarnya Ardika bukan mengatakan ada atau tidaknya masalah dalam hidup Leyvira, tapi masalah apa lagi yang sekarang menghampiri Leyvira.

“Aku kayaknya bosen Kak kalau terus-terusan seperti ini,” ucap Leyvira dengan begitu jujur.

Bukan kayaknya, tapi Leyvira memang sudah merasakan yang namanya bosan kalau dirinya harus terus menjalani kehidupannya dengan alur yang seperti ini. Leyvira sudah cape.

“Bosen terus, tapi masih dijalani.”

Leyvira terdiam sejenak memikirkan kalimat yang sudah Ardika ucapkan barusan. “Kalau aku memilih untuk mengakhiri ini semua, nanti yang ada Kak Dika larang aku lagi.”

Leyvira mengatakan hal ini, karena Leyvira menganggap kalau kalimat Ardika itu mengarah ke arah dirinya yang masih terus menjalani kehidupannya, padahal dirinya terus-terusan mengatakan kalau dirinya sudah bosan dengan semua ini.

Ardika terdiam setelah mengar kalimat itu. Ardika mengerti ke mana maksud dari kalimat yang baru saja keluar dari mulut Leyvira. “Hm, terserah.”

Ardika tidak mau terlalu jauh membahas hal ini, karena sebenarnya Ardika tidak ada maksud untuk menyinggung Leyvira akan hal ini.

Ardika sama sekali tidak bermaksud untuk membawa kalimatnya ke arah yang membuat Leyvira memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Semula Ardika hanya mencoba mengucapkan kalimat yang santai, bahkan niat awalnya Ardika ingin kalau Leyvira bisa tertawa dan jangan terus bengong seperti sekarang.

“Kak, ajakin aku main ya?”

“Kapan?” tanya Ardika.

Ardika akan dengan senang hati mengajak Leyvira untuk main, asalkan waktunya jelas. Kapan waktu yang Leyvira inginkan untuk bermain.

“Nanti malam,” jawab Leyvira dengan nada yang cukup santai.

Leyvira merasa kalau nanti malam dirinya memang ingin keluar dari Rumahnya. Leyvira sudah bosan terus berada di Rumahnya dan malam ini dirinya ingin membahagiakan dirinya.

“Ke mana?” tanya Ardika lagi.

Ardika bertanya seperti ini, karena Ardika mengira kalau Leyvira sudah mempunyai tempat yang ingin dia kunjungi malam nanti.

“Mana aja.” Leyvira menjawab dengan nada yang begitu santai.

Leyvira tidak mempunyai tempat yang ingin dia kunjungi malam ini dan Leyvira juga tidak akan mempermasalahkan ke mana Ardika akan mengajaknya pergi malam ini.

Leyvira hanya ingin pergi dari Rumahnya malam ini, tapi dirinya tidak mau pergi sendirian, maka dari itu Leyvira memilih untuk meminta Ardika untuk mengajaknya main.

“Ok.” Ardika dengan santai menyetujui semua itu.

“Bener?” tanya Leyvira. Leyvira tidak mau terbang tanpa sebuah kepastian.

“Iya,” jawab Ardika. Ardika semula berucap dengan cukup serius.

Bukan sebuah masalah bagi Ardika untuk mengajak Leyvira main malam ini. Ardika juga ingin mambahagiakan Leyvira dan kebetulan Leyvira ingin main. Ardika berharap kalau malam nanti Leyvira bisa merasakan yang namanya kebahagiaan.

*****

“Sekarang ke kelas ya, udah mau masuk.”

Ardika mengatakan hal ini setelah dirinya melihat ke arah jam tangannya kalau waktu istirahat sudah hampir habis.

Ardika tidak ingin kalau Leyvira terus-terusan berdiam diri di Taman dan memilih untuk bolos jam pelajaran. Leyvira melirik ke arah jam tangannya.

Leyvira semula memang merasa kalau dirinya di sini sudah terlalu lama, tapi sebelumnya dia belum ada niatan untuk kembali ke kelas.

“Iya Kak,” jawab Leyvira. Leyvira dengan mudah menuruti apa yang sudah Ardika katakan.

Leyvira akhirnya bangkit. Ardika mengikuti apa yang sudah Leyvira lakukan. Mereka berjalan menjauh dari Taman ini dengan tujuan untuk kembali ke kelas mereka.

Sebuah senyuman di bibir Leyvira kembali terukir saat Leyvira memperhatikan tubuh Ardika dari samping.

Leyvira menyadari kalau cowok yang sekarang berada di sampingnya baru saja mencukur rambutnya. Leyvira mengedarkan pandangannya ke arah sekitar. Banyak siswi yang memperhatikan Ardika.

Leyvira sudah merasa tidak aneh akan hal ini, padahal kalau diambil dari sudut pandang Ardika, Ardika juga melihat kalau banyak siswa yang memperhatikan Leyvira dengan tatapan yang sangat terlihat kalau mereka menyukai Leyvira.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status