Malam sudah pergi berganti menjadi pagi. Cahaya sinar rembulan sudah terganti oleh sinar mentari. Sinar mentari terus naik bersamaan dengan waktu yang terus bertambah.
Seorang cowok sekarang sedang tertidur dengan cukup nyenyak di atas tempat tidurnya. Tidak ada tanda-tanda kalau orang itu akan bangun, karena dirinya memang masih nyaman di alam tidurnya.
“Bangun,” ucap seorang perempuan dengan nada yang terdengar cukup lembut.
“Hm.” Orang yang dibangunkannya tidak bangun, tapi hanya menggeliat dengan mata yang masih terpejam.
“Bangun,” ulang perempuan itu.
“Emh.” Orang itu masih merasakan yang namanya mengantuk, makanya dia tidak langsung keluar dari alam tidurnya, meski beberapa kali sudah dibangunkan.
“Bangun sayang, ini Mamah.” Orang yang sedari tadi membangunkan dirinya ternyata orang yang berstatus sebagai Mamahnya.
Cowok itu akhirnya keluar dari alam tidurnya. Dia terdiam bengong sambil melirik ke arah sekitar. Di kamarnya sekarang tidak ada siapa pun.
Apa yang semula dia rasakan itu hanya ada di alam mimpinya, bukan di alam kenyataannya. Kenyataannya sangat jauh berbeda, karena sekarang dirinya tengah tidur sendirian di sebuah Apartemen.
“Argh!”
Cowok itu merasa begitu kesal saat tahu bahwa semua itu hanyalah mimpi. Dia benar-benar sangat tidak suka akan hal itu. Dia mengacak-ngacak rambutnya. Dia pusing sama kehidupannya yang seperti ini.
Cowok itu langsung turun dari tempat tidurnya. Cowok itu kemudian melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi. Sekarang dirinya berniat untuk membersihkan tubuhnya. Dia juga ingin menetralkan perasaannya.
*******
Seorang gadis tengah merapikan rambutnya yang hitam berkilau serta panjang. Dia sekarang sudah menggunakan seragam sekolahnya.
Atas kemeja putih dengan sebuah blazer coklat susu sebagai outerwear-nya serta rok dengan motif square warna sama dengan blazernya sudah terpasang rapi di tubuhnya.
Bola mata yang cukup indah dengan bulu mata yang berjejer dengan lentik serta alis yang berbentuk cukup rapi, pipi yang sedikit chubby serta hidung minimalis yang membuat wajah perempuan ini terlihat begitu cantik dengan bibir berwarna merah muda, meski tanpa ada balutan lip matte. Bibirnya merona alami.
Dia menyemprotkan beberapa kali eu deu parfume ke pergelangan tangannya dan juga ke beberapa bagian pakaiannya. Dia menghirup wangi parfume miliknya yang dia rasa wanginya begitu enak untuk dinikmati.
Setelah dia selesai merapikan dirinya, dia melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Gadis itu terus melangkahkan kakinya dengan langkah yang begitu teratur.
Gadis itu bukan mengatur langkah kakinya saat berjalan, tapi dirinya memang sudah terbiasa berjalan dengan langkah yang seperti itu.
Gadis yang mempunyai tinggi badan sekitar 160 cm dengan wajah yang terlihat imut, body yang begitu menawan dan juga kulit yang terlihat begitu mulus ini bernama Leyvira. Lebih lengkapnya Leyvira Arstella.
“Mah, Pah aku pamit ya.” Leyvira langsung berpamitan saat dirinya sudah berada di depan kedua orang tuanya yang sekarang sedang duduk di kursi meja makan.
“Gak mau sarapan dulu?” tanya perempuan yang sekarang sedang berhadapan dengan sebuah piring yang berisikan makanan di depannya. Perempuan itu adalah Mamah dari Leyvira, yaitu Bella Mawarni.
Leyvira menggelengkan kepalanya. “Enggak,” jawab Leyvira. Leyvira memang tidak mempunyai niatan untuk sarapan pagi ini. Selera makan Leyvira sedang hilang.
“Papah juga mau langsung pergi sekarang Mah,” ucap seorang lelaki yang duduk di kursi single meja makan ini. Orang itu adalah Papahnya Leyvira, Hendra Hermawan.
Bella sedikit mengernyitkan keningnya. “Lho ini kan masih pagi?” tanya Bella. Bella cukup tanda tanya kenapa suaminya berangkat sekarang, padahal hari masih sangat pagi.
“Ada urusan di kantor.” Hendra menjawab dengan nada yang terdengar cukup datar.
“Ya sudah Mah, Pah aku pamit.” Leyvira kemudian menyalami tangan Papah dan juga Mamahnya yang tak lama kemudian langsung melangkahkan kakinya keluar dari Rumah ini.
Leyvira tidak mau lebih lama lagi berada di Rumahnya pagi ini, karena Leyvira tidak mau kalau sampai pagi ini dirinya harus mendengar sebuah pertengkaran yang terjadi antara Mamahnya dan juga Papahnya.
Leyvira sangat tidak menginginkan hal itu, maka dari itu Leyvira langsung buru-buru pergi. Leyvira dengan santai melajukan mobilnya keluar dari pekarangan Rumahnya.
Leyvira membuka kaca pintu mobilnya yang membuat dirinya bisa menikmati sejuknya udara pagi ini. Leyvira begitu santai menikmati perjalanan menuju ke Sekolahnya.
*****
Sebuah mobil sport berwarna hitam masuk ke pekarangan Rumah yang bercat warna krem. Seorang cowok bertubuh tinggi dengan hidung yang mancung, rambut yang acak-acakan keluar dari mobil itu.
Cowok itu melangkahkan kakinya langsung masuk ke Rumah itu. Di dalam Rumah ada seseorang yang sedang duduk tak jauh dari arah pintu.
Cowok yang sekarang hanya menggunakan kaos hitam polos sebagai atasannya serta bawahan celana jeans itu berjalan ke arah di mana cowok itu berada.
Cowok itu menyalami orang yang berstatus sebagai Papahnya dengan cukup sopan, tapi dengan ekspresi muka yang cukup biasa saja. Papahnya memperhatikan cowok itu dengan tatapan yang cukup serius.
“Kamu habis dari mana?” tanya Papah cowok itu yang bernama Jefri.
“Bukan urusan Papah,” jawab cowok itu dengan nada yang cukup datar.
Dia menjawab seperti ini, sebab dirinya sudah melihat ekspresi orang yang berstatus sebagai Papahnya itu bertanya bukan sebab peduli, tapi sebab ingin tahu apa alasan yang membuat dirinya baru pulang ke Rumahnya.
“Kamu masih pagi sudah buat saya darah tinggi?!” tanya Jefri yang mulai menaikkan nada bicara. Jefri cukup kesal sama jawaban yang baru saja anaknya keluarkan.
“Terserah,” jawab cowok itu dengan nada yang terdengar begitu acuh.
Jefri memperhatikan anaknya yang sekarang tengah melangkahkan kakinya menjauh dari tempat di mana dirinya berada. Jefri semakin kesal sama tingkah anaknya.
Cowok itu punya alasan tersendiri kenapa sekarang dirinya menjadi bersikap seperti ini, padahal dia sedang berhadapan dengan Papahnya sendiri.
Sesampainya di kamar, cowok itu langsung mengganti pakaiannya. Cowok itu sudah mandi dan sekarang dia sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Cowok itu dengan santai menggunakan jam tangannya.
Saat sedang memperhatikan jam tangannya, dia menyadari kalau sekarang waktu sudah siang, tapi dirinya sama sekali tidak memedulikan hal itu.
Dia berjalan keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah berganti menjadi seragam dan sebuah tas yang sudah berada di pundaknya.
Cowok itu berjalan ke arah seorang perempuan yang sekarang
“Kamu baru mau pergi ke sekolah sekarang? Gak puas kamu tidur?”
“Terserah,” jawab cowok itu dengan begitu acuh.
Cowok itu menjawab dengan begitu acuh, sebab dirinya ingin menertawakan dirinya sendiri. Kenapa ingin menertawakan dirinya sendiri?
Iya sebab barusan Mamahnya menanyakan apakah dirinya tidak puas tertidur, padahal dirinya baru saja kembali ke Rumah ini.
Di Rumah ini dirinya merasa tidak ada orang yang memedulikan dirinya. Cowok itu terus melangkahkan kakinya keluar dari Rumahnya. Dia langsung melajukan mobilnya ke arah SMA-nya.
Seorang cowok yang mempunyai tinggi badan lebih dari 175 cm dengan atasan kemeja putih serta bawahan celana mocca tengah melangkahkan kaki panjangnya dengan santai menyusuri koridor.Penampilan cowok itu cukup rapi dengan rambut yang tidak acak-acakan, dasi yang melingkar rapi di lehernya dan sebuah jam tangan yang bertengger rapi di tangan kanannya.Orang itu mengukirkan senyumannya sepintas saat banyak para siswi yang memperhatikan dirinya dengan cukup serius, memberikan sebuah senyuman, bahkan menyapanya.Dirinya hanya menghargai mereka, tanpa mengucapkan kata apa pun, karena dirinya malas untuk berkomunikasi dengan banyak orang.Seorang perempuan yang sekarang tengah duduk dengan kepala yang tertunduk sebab dirinya tengah memperhatikan rumput Taman ini berhasil menarik perhatian cowok itu. Cowok itu berdiri sambil diam memperhatikan gadis itu beberapa saat.Setelah beberapa saat memperhatikan perempuan itu, akhirnya cowok itu kembali melangkahk
Leyvira dengan santai sedang merapikan celana dan juga kaos tangan panjangnya. Leyvira kemudian mengambil jam tangan yang tak lama itu dia pakaian. Leyvira mengambil tas dan juga handphone-nya.Setelah itu Leyvira melangkahkan kakinya dengan santai keluar dari kamar dan berniat untuk langsung pergi.Leyvira tidak langsung menuju ke arah pintu saat dirinya melihat ada seorang perempuan yang ternyata Mamahnya sedang berjalan.Leyvira melangkahkan kakinya ke arah orang itu. “Kamu mau ke mana?” tanya Bella. Bella merasa yakin kalau anaknya sekarang akan pergi ke luar.“Aku mau keluar, makan malam.” Leyvira menjawab dengan penuh kejujuran. Leyvira lebih baik dilarang, tapi dirinya sudah mengucapkan hal yang sejujurnya.“Oh, ya sudah.” Bella tidak mau terlalu memperpanjang pembahasan tentang hal ini dengan Leyvira.“Iya, aku pamit.” Leyvira kemudian menyalami tangan Mamahnya dengan cukup santai yang
Leyvira tengah melangkahkan kakinya dengan santai di koridor sekolah. Leyvira mengedarkan pandangannya ke arah sekitar.Leyvira terdiam saat ada seorang cowok yang tengah berjalan tak jauh di depannya. Leyvira mendadak mengubah tujuan langkah kakinya.Leyvira melangkahkan kakinya mengikuti ke mana arah cowok itu sekarang tengah melangkahkan kakinya.Leyvira memperhatikan tubuh bagian belakang cowok itu. Rambut cowok itu terlihat sedikit acak-acakan. Cara cowok itu berjalan sulit untuk didefinisikan.Karena apa?Karena kalau dikatakan bahwa dia berjalan dengan langkah yang cukup tegak, beberapa kali cowok itu malah berjalan dengan santai.Dia siapa? Kenapa dari sekian banyak cowok yang gue lihat, kenapa cuma dia yang berhasil membuat gue tertarik untuk memperhatikannya?Leyvira tanda tanya sendiri dalam hatinya. Beberapa langkah terus dia lalui sampai akhirnya dia semakin dekat dengan cowok itu, hanya saja dia ragu untuk menyapa atau m
“Eh Ra, lo yakin gak—Sinta tidak melanjutkan kalimatnya saat dia melihat tidak ada siapa pun di sampingnya. Sinta bingung di mana Leyvira berada.“Vira mana?” tanya Sinta kebingungan.Milly mengedarkan pandangannya dan mencari di mana Leyvira berada. Sinta juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua tidak ada yang menyadari kalau Leyvira meninggalkan mereka.“Heh Vira, tunggu!” teriak Milly saat melihat Leyvira yang sekarang sedang melangkahkan kakinya menjauh dari kerumunan ini.Leyvira menghentikan langkah kakinya dan melirik ke arah dari mana dia mendengar suara yang sangat dia kenali.“Cepet,” ujar Leyvira dengan begitu enteng.Leyvira seolah tidak mau berada di sana. Milly dan juga Sinta langsung melangkahkan kakinya untuk mengejar Leyvira.“Lo kenapa maen nyelonong pergi gitu aja sih?” tanya Sinta dengan nada yang terdengar cukup kesal saat mengetahui kalau Leyv
Waktu pembelajaran sudah berlalu dengan berbagai materi yang sudah dijelaskan dan juga dicatat oleh beberapa orang. Sekarang sudah waktunya istirahat.Sebagian siswa dan juga siswi sudah banyak yang berhamburan keluar dari kelas, meski tidak sedikit yang masih berada di dalam kelas.Seorang siswa dengan atasan kemeja putih pendek, celana berwarna mocca tengah melangkahkan kakinya dengan santai menuju ke suatu tempat yang sudah dia pikirkan sejak awal dia melangkahkan kakinya keluar dari kelasnya.Siswa itu terbilang cukup tinggi dengan tinggi badan lebih dari 170cm, kulit putih, wajah yang cukup tampan dengan hidung yang mancung dan sebuah senyuman yang terlihat manis kala dia sedang menunjukkannya.Penampilan cowok itu tidak bisa dikatakan rapi, tapi tetap meninggalkan kesan keren dalam diri cowok itu.Sepanjang melangkahkan kakinya, tidak sedikit orang yang memperhatikan dirinya, terutama para siswi. Tidak sedikit siswi yang memperhatikan dirinya
“Reka, ada apa lo nemuin gue?” tanya Leyvira.Leyvira langsung bertanya to the point. Leyvira bukan orang yang sudah berbasa-basi, makanya Leyvira langsung menanyakan hal yang ingin dia ketahui.Leyvira bingung akan hal apa yang membuat Reka memilih untuk menemuinya sekarang, bahkan sepertinya Reka sengaja datang ke kelasnya hanya untuk bertemu dengan dirinya. Cukup terasa tidak mungkin jika Reka sengaja datang menemuinya tanpa sebuah alasan di baliknya.“Ada yang harus gue dan lo bicarakan,” jawab Reka dengan nada bicara yang terdengar cukup serius.Leyvira dengan seketika mengernyitkan keningnya. “Apa?” Leyvira menjadi tanda tanya sama apa yang sudah Reka maksud. Hal apa yang harus dirinya dan Reka bicarakan.“Nanti akan gue bicarakan,” jawab Reka.Reka tidak memiliki niatan untuk memberi tahu Leyvira akan hal apa yang akan mereka bicarakan sekarang. Reka ingin memulia pembicaraan tentang sem
Dering handphone Reka terdengar tidak terlalu nyaring, tapi masih membuat pemiliknya sadar akan hal itu. Reka mengambil handphone yang semula berada di atas meja. Mata Reka membaca pesan yang masuk dengan cukup serius. Leyvira melirik ke arah di mana Reka berada. Leyvira menyadari kalau sekarang Reka tengah membaca sebuah pesan, tapi Leyvira tidak ingin tahu pesan apa yang sekarang tengah Reka baca. Leyvira terus melanjutkan kegiatannya bersama dengan sendok dan juga garfu. Leyvira lebih asyik menikmati makanannya, dibandingkan harus tanda tanya dengan apa yang sedang Reka lakukan. “Ada apa?” tanya Leyvira saat melihat Reka yang terlihat seperti orang yang kebingungan. “Nanti ke Kelas sendiri gak papa?” tanya Reka dengan nada yang terdengar sedikit ragu. “Ada apa emangnya? Lo mau ke mana?” Leyvira yakin kalau alasan yang membuat Reka tadi bertanya mengenai hal itu, karena Reka tidak bisa bersama dengan dirinya. “Gue ada urusan,
Waktu pembelajaran untuk hari ini sudah habis. Mereka sekarang tengah melangkahkan kakinya keluar dari kelasnya.Semuanya terus melangkahkan kaki mereka dengan hampir semuanya mempunyai tujuan yaitu menuju ke tempat parkir, kecuali mereka yang tidak membawa kendaraan. Mereka langsung melangkahkan kakinya keluar dari SMA Mekar Bangsa.Leyvira melihat Reka yang sekarang sedang melangkahkan kakinya. Leyvira menjadi menghentikan langkah kakinya. Leyvira melihat kalau Reka sekarang tengah berjalan menuju ke arah dirinya. Maka dari itu, Leyvira lebih memilih untuk menghentikan langkah kakinya.“Mau ngomong di mana?” tanya Leyvira.Leyvira menanyakan hal ini, karena dirinya ingat kalau tadi Reka akan membicarakan sesuatu hal dengan dirinya setelah pulang sekolah.“Di Taman depan gimana? Jangan di area Sekolah,” jawab Reka.Reka tidak ingin membahas hal ini di area Sekolah, apalagi dengan waktu yang sekarang sudah bukan jam p